"Za, lihat kaus kaki warna hitamku enggak?"
Aku yang baru saja selesai memasakkan nasi goreng pagi ini, dibuat menoleh ke arah Pasha. Dia keluar dari kamar dengan handuk masih melingkar di lehernya."Cucian yang udah Za setrika ada di keranjang warna biru Mas, belum sempat Za masukin ke lemari. Coba dicari di sana."
Tapi Pasha malah menggelengkan kepala. Dia mendekatiku yang tengah menyiapkan nasi goreng di atas meja makan."Cariin, dari tadi aku nggak nemu."
Setelah mengatakan itu dia malah menarik kursi, lalu mengambil piring dan sendok. Setelah itu segera mengambil nasi goreng buatanku. Entah kenapa dia setiap hari maunya makan nasi goreng, mungkin itu salah satu makanan favoritnya. Aku saja yang tiap hari masak jadi bosan."Ya udah Za coba cari."
Akhirnya aku masuk ke dalam kamar, dan melangkah menuju tumpukan baju yang baru saja aku setrika kemarin tapi belum sempat aku masukkan ke dalam lemari. Saat menemukan kaos kaki milik Pasha aku segera beranjak ke depan. Dia sudah selesai makan dan kini malah sibuk mengotak atik ponselnya."Ini kan Mas?"
Aku meletakkan kaos kaki hitam miliknya ke atas meja. Pasha menatap kaos kaki itu lalu mendongak menatapku."Kok tadi aku nggak nemu?"
Aku hanya mengangkat bahu dan kini menarik kursi untuk duduk di sampingnya. Lalu mengambil nasi putih dan juga telur goreng. Saat aku menyuapkan nasi ke mulutku, aku merasakan kepalaku diusap oleh Pasha. Hal itu membuat aku terkejut. Tapi belum juga aku bersuara, Pasha sudah beranjak bangun dan menerima panggilan telepon dari ponselnya.Dia tampak berbicara dengan serius, aku menatapnya dari sini dan Pasha terlihat kesal. Dia berdiri tak jauh dariku.
"Kenapa kamu kasih tahu ke dia?"
Pasha sepertinya membentak dan membuat aku berjenggit. Rupanya Pasha menyadari intonasinya yang membuatku kaget. Dia langsung mematikan ponselnya begitu saja.
"Za, hari ini ada kuliah?"
Dia mendekatiku lagi dan kugelengkan kepala."Ehm, kamu di rumah aja ya. Jangan keluar-keluar. Cuaca juga lagi mendung begini. "
Setelah mengatakan itu, dia segera masuk ke dalam kamar. Pasha itu memang tidak bisa diduga.
******
Hujan memang turun dengan lebat siang hari sampai sore. Aku berkutat dengan pekerjaan rumah dan memang tidak ingin keluar. Tapi saat tadi sedang menyapu ruang tamu dan membereskan ruang tamu, aku melihat beberapa orang ada yang berhenti di depan rumah kontrakan. Ada sepertinya 3 kali orang yang berbeda dan semuanya wanita. Mungkin rumah itu sudah ada penyewanya, mungkin saja.
Tapi saat sore menjelang, dan suara motor Pasha terdengar, aku ingin menyambutnya saat aku malah melihat dia menghentikan motor di depan rumah kontrakan itu dan ada seorang wanita yang sejak tadi ada di situ lalu mereka berbincang. Temannya Pasha?
Aku mengintip dari balik tirai, Pasha tampak serius berbicara. Hujan masih deras mengguyur, dari balik jas hujannya aku tidak bisa melihat ekspresi Pasha. Lalu tiba-tiba wanita itu naik ke atas mobil, lalu mengikuti Pasha yang meninggalkan rumah kontrakan itu. Dia mau kemana?
******
Hampir dua jam, aku baru mendengar suara motor Pasha memasuki halaman rumah. Baru saja aku selesai melipat baju kering saat suara pintu depan terbuka.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Aku melihat Pasha sudah basah kuyup. Kuambilkan handuk kering dan langsung mengulurkan kepadanya.
"Mas darimana? Tadi udah pulang kan?"
Dia mengeringkan rambutnya yang basah, lalu mendekat ke arahku. Menyentuh kepalaku dengan tangannya yang terasa dingin."Nanti aku jelasin, sekarang bisa buatkan aku coklat panas? Kemarin aku beli."
Kuhela nafasku dan menganggukkan kepala. Aku membuatkannya coklat panas sementara Pasha membersihkan diri. Saat akhirnya kami duduk di sofa depan televisi, Pasha sudah beraroma sabun dan tampak segar. Dia meyesap coklat panasnya lalu menatapku.
"Selalu saja enak buatan kamu."
"Itu kan cuma nyeduh Mas, coklat instan juga."
Dia meletakkan cangkir itu ke atas meja. "Tetap saja apapun bikinan kamu pasti enak. Bikin kangen."
Ucapan yang diucapkan dengan wajah datar tanpa ekspresi. Tetap saja membuat pipiku memanas."Tadi itu ada yang mau nyewa rumah, makanya aku anterin ke rumah Pak Mustofa gitu. Terus Pak Mustofa tadi minta beberapa detail rumah yang udah aku tinggalin jadinya agak lama. Maaf ya?"
Penjelasan itu membuat aku menatap Pasha. Jadi memang ada yang mencari rumah? Bukan wanita yang mencarinya?
"Wanita dong yang nyewa."
Pasha menganggukkan kepala dan mengambil cangkir lagi. Dia menyesap coklat panas itu perlahan."Kirain temen Mas lagi gitu, kayak yang kemarin."
Pasha hanya diam dan tidak menjawab. Tapi kemudian dia menoleh ke arahku lalu mengusap kepalaku lagi,
"Aku nggak punya temen cewek."
Ucapannya itu membuat aku teringat apa yang aku bicarakan dengan Raihan kemarin.
"Mas, ehm kemarin aku bicara ama Bang Raihan, katanya Mas itu temen SMA nya? Bener, berarti umur Mas nggak 31 dong?"
Dia meletakkan cangkir itu dengan tenang, lalu menoleh ke arahku masih dengan tenang, tapi aku tahu dari tatapannya ada kekesalan yang terlihat.
"Kamu kenapa masih ngomong sama Raihan?"
Aku menatap Pasha dengan bingung "Za cuma bicara aja Mas. Menyelesaikan apa yang belum selesai.""Besok lagi jangan deket ama Raihan. Kalau enggak, kamu pindah aja kuliahnya."
Loh kok jadi gini?
"Ih Mas belum jawab pertanyaan Za..."
Akhirnya Pasha menghela nafasnya, lalu dia menyandarkan kepalanya di sofa. Masih menatapku dengan tatapannya yang tak bisa dibaca itu.
"Siapa bilang aku udah 31 tahun? Kamu nggak baca data yang aku berikan pasti."
Eh masa aku kelewatan ya bacanya? tapi kan penampilannya emang kayak pria 30 tahunan gitu. Itu awalnya aja sih, kalau udah di rumah dan memakai kaos serta celana santai dan rambut nggak di sisir dia malah kelihatan lebih muda.
Dia kini mendekat dan malah merangkul bahuku lagi "Kamu belum mengenal suami kamu nih, mau kenalan lebih dalam lagi?"
"Maksud Mas?"
Dan bisikannya malah membuatku tersipu malu. Ah kenapa Pasha nggak bisa dibantah kalau soal ini?Bersambung
typo atau kesalahan nama dibenerin sendiri ya. Kadang memang nggak dibaca ulang lsg pos gitu. Tahu sendiri ketik juga disela kesibukan di dunia nyata harap maklum deh. Udah bisa up saja udah bersyukur banget. Kalau ada ide ya bisa up secepatnya kalau enggak ada ya nggak bisa. Jadi nikmati sajaaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
SURPRISE WEDDING
RomanceZaskia pikir calon suaminya yang dijodohkan ayah untuknya adalah seorang karyawan biasa saja. Zaskia juga berpikir kalau dia hanya menuruti permintaan terakhir ayahnya sebelum meninggalkannya untuk selamanya. Hidup hanya berdua dengan sang ayah men...