Part 8

1K 151 1
                                    

Kelas hari ini adalah kelas ramuan di ruang bawah tanah yang diajar oleh pria tinggi berambut hitam sebahu dengan hidung yang bengkok. Mata hitamnya serasi dengan jubah hitam kelam panjangnya yang menjulur sampai ke lantai.

Professor Snape. Begitu anak-anak memanggilnya. Nada bicaranya yang dingin membuat Rose merasa, jika ada seseorang yang patut dicurigai karena menjadi pelahap maut, maka pastilah Snape orangnya. Karena entah kenapa, dia terus memandangi Harry. 'Seperti cerita orang tentang Harry dan pangeran kegelapan, mungkin Snape ingin Harry mati' Pikir Rose.

"Merasa terkenal, Potter, sehingga kau tidak memperhatikan kelasku?" tanya Snape tiba-tiba setelah menghentikan penjelasannya. Rose menoleh menatap Harry yang ternyata sedang asik menulis dibuku.

"Apa yang kau dapat jika menambahkan bubuk akar asphodel ke cairan wormwood?" tanya Snape.

Harry celingukan. Dia menatap Ron sebentar yang tampak sama bodohnya dimata Rose. Gadis itu kemudian menatap Hermione yang mengacungkan jarinya tinggi-tinggi.

"Tidak tahu, professor." Ujar Harry.

"Baiklah kita coba lagi. Dimana kau mencari, jika kuminta untuk membawakan bezoar?" Snape menatap Harry lekat.

Draco Malfoy beserta Crabbe dan Goyle tertawa melihat wajah Harry dan Ron yang seperti orang tolol. Sementara Hermione seperti tak kapok setelah tadi Snape mengabaikannya, dia kembali mengangkat tangannya tinggi-tinggi tanpa bangun dari duduknya.

Harry menggeleng. "Sepertinya Hermione tahu, Professor. Kenapa tak memberinya kesempatan?"

Anak-anak lain tertawa. Seamus mengedipkan sebelah matanya pada Harry. Namun Snape tak terlihat senang. Dia membentak Hermione, "Turunkan tanganmu!"

Anak perempuan itu seketika menarik tangannya dan melipatnya kembali diatas meja. Wajahnya memerah. Sepertinya dia menahan malu.

"Kupikir dia sudah diusir sejak ketahuan menggunakan sapu terbang di kelas pertama kemarin." Rose mendengar ocehan Draco yang terkekeh dengan Goyle dan Crabbe.

"Seharusnya dia sudah naik kereta kembali ke dunia muggle." Tambahnya.

"Itu gara-gara kau, Malfoy!" Rose berujar pelan. Menatap ketiga anak laki-laki itu tajam.

Draco menoleh. "Diam kau!" bentaknya.

"Tapi, baguslah. Karena kau, Harry sekarang jadi seeker tim Quidditch yang baru. Terima kasih." Rose tersenyum setengah mengejek anak itu.

"Sepertinya obrolan kalian menyenangkan." Tiba-tiba Snape sudah berdiri didepan Rose. Draco tertawa tanpa suara melihat kejadian itu.

"Kita punya dua Potter pembangkang dikelas ini." Snape menatapnya tajam.

Rose balik menatap pria itu. "Dan kedengarannya anda tertarik dengan percakapan kami." Jawabnya.

Anak-anak lagi-lagi tertawa. Snape kembali merengut. Wajahnya kelihatan sangat tidak senang sekarang. "Mungkin." Jawabnya singkat.

Dia berbalik memunggungi Rose. "Lima point dari Gryffindor." Ujarnya.

Rose terbelalak. "Ini tidak adil. Professor, Malfoy juga..."

"Haruskah kita buat jadi 10?" Snape berhenti dan menoleh kearah Rose dan memotong kalimatnya. Rose mendengus keras.

Ketika Snape mengakhiri kelasnya, seketika anak-anak berhamburan keluar. Rose menghampiri Ron dan Harry untuk mengajaknya keluar bersama.

"Potter payah!" Draco mengumpat tepat disebelah Rose dan dihadapan Harry.

"Aku ingin tahu apakah kau bisa duel penyihir, Potter?" Draco menatap Harry. "Temui kami saat tengah malam di ruang piala jika kau tak takut." Begitu saja. Setelah itu dia pergi meninggalkan mereka.

ROSEMARY POTTER and The Year She Found HerselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang