Keesokan paginya, seluruh anak di Hogwarts geger. Poin asrama Gryffindor yang nyaris menyamai Slytherin tiba-tiba merosot jauh karena kehilangan 150 poin. Semua anak, bahkan anak-anak dari asrama Ravenclaw dan Hufflepuff, juga mengutuk-ngutuk. Kecuali anak-anak Slytherin yang tertawa-tawa riang menyerukan ucapan terima kasih pada Harry.
Seluruh sekolah berharap tahun ini piala asrama tidak jatuh ke tangan Slytherin, dan Gryffindor, sempat memberi harapan. Namun semua pupus, hanya dalam waktu satu malam.
Penyebabnya adalah Harry, Hermione, dan Neville yang tertangkap basah oleh Filch di menara astronomi saat mengantar Norbert. Beruntung Norbert sudah berhasil dibawa pergi oleh teman-teman Charlie. Rose tak tahu bagaimana Neville bisa tahu tentang naga itu, tapi dalam alibinya, dia berusaha menghentikan Malfoy yang mau mencelakai Harry.
Rose merasa bersalah karena dirinya tanpa sadar terlelap saat menunggu Harry dan Hermione di ruang santai, sehingga Neville bisa dengan mudah melewatinya keluar dari asrama. Jika saja dia tidak tertidur, poin Gryffindor mungkin saja tidak akan hilang sebanyak ini.
Semua orang tak ada yang mengajak mereka bertiga bicara. Harry paling parah. Fred dan George, bukan, tapi seluruh tim quidditch Gryffindor bahkan tak mau menyebut namanya. Mereka memanggilnya 'si seeker'.
Rose berusaha menghibur Hermione, namun sepertinya anak itu bahkan terlalu malu untuk mengangkat kepalanya. Hermione Granger si muggleborn jenius yang patuh pada guru, melanggar peraturan berat? Itulah isi pikiran yang Rose baca dari hampir semua orang yang berpapasan dengannya.
"Maaf, ini salahku..." gumam Rose saat dirinya, Harry, dan Hermione berjalan ke aula besar untuk sarapan.
Harry menggeleng keras. "Bagaimana bisa ini salahmu? Kami yang ceroboh meninggalkan jubah gaib diatap menara."
"Dan jika kami tak ceroboh, mungkin poin Gryffindor hanya akan hilang 50." Timpal Hermione.
Rose menatap Neville didepannya yang berjalan tertunduk. "Malang sekali nasibnya."
"Rosie!" Dari kejauhan, si kembar mendekatinya.
"Kau sudah dengar, kan, kalau sepupumu yang terkenal itu merampok poin asrama kita?" Terdengar dari nada bicaranya, Fred jelas sangat jengkel.
Rose menatap si kembar. Anak perempuan itu merasa tak enak. "Merampok?" Rose mengulangi kalimat Fred.
"Ya, bahkan selama tiga tahun kami di Hogwarts, jumlah poin yang hilang dari kami tidak sebanyak itu!"
"Uhm Freddie, itu agak... Maksudku, dia hanya sedang..." Rose tak mampu melanjutkan kalimatnya dan memberitahu yang sebenarnya pada Fred. Dia memalingkan wajahnya pada Harry.
"Harusnya aku tahu kalau kau akan membelanya, dia kan saudaramu." Fred menekankan kalimatnya pada kata saudaramu. Dia kemudian meninggalkan Rose.
"Bukan begitu..." Rose berpaling pada George yang masih ada disebelahnya. "Georgie..."
"Fred ada benarnya." Ujar George dingin. Kemudian dia menyusul Fred berjalan mendahului ketiga anak itu ke aula.
Di meja Gryffindor, Harry, Hermione, Neville, dan Rose, makan dalam diam. Rose bahkan tak minat memasukkan makanan ke mulutnya karena merasa bersalah. Terutama pada Neville.
Percy yang melihat itu, mengambil sepotong sandwich dan meletakkannya dipiring Rose. "Makanlah!"
"Kau tak salah. Sama sekali tidak. Sekarang makan dan jangan dengarkan isi pikiran mereka!" Percy merangkul bahu Rose yang tangannya gemetar ketika mengambil potongan sandwich didepannya.
Seperti biasa, waktu sarapan merupakan waktu menerima surat dan paket. Burung hantu berhamburan masuk kedalam aula besar yang masing-masing mengantarkan barang kepada pemiliknya. Harry, Hermione, dan Neville masing-masing mendapat satu surat. Rose melongokkan kepalanya kearah Neville yang duduk disebelahnya agar dapat ikut membaca isi suratnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSEMARY POTTER and The Year She Found Herself
Fanfiction[BOOK 1] Mengetahui dirinya adalah satu dari Dua Potter yang Hidup, membuat Rose harus merelakan kenyataan bahwa keluarga yang selama ini mengasuhnya bukanlah keluarga yang sebenarnya. Sama seperti Harry yang dititipkan pada keluarga pamannya, Dumbl...