Ginny terbangun dari tidurnya dan menatap Rose yang sedang duduk dilantai dan menyisir rambut hitam panjangnya. Jaceworth duduk tepat disebelahnya, seperti yang dilakukannya beberapa hari ini, duduk menemani Rose di kasurnya. Kecuali saat Ron memberinya makan. Rose yang melihat Ginny terbangun langsung tersenyum lebar "Pagi, Ginny!" sapanya.
Ginny masih menatapnya, tak berkedip. 'Bagaimana bisa orang yang tadi malam masih terduduk murung diatas kasurnya, bisa berubah dalam semalam? Apa dia benar-benar Rose?' pikirnya.
"Kau boleh heran, tapi ini benar-benar aku!" jawab Rose. Ginny melotot. Dia lupa bahwa Rose bisa membaca pikirannya. Dia segera beranjak dari kasur dan menghampiri kakaknya.
"Apa kau baik-baik saja?" tanyanya. "Seperti yang kau lihat!" Rose masih menyisir rambutnya.
"Rasanya aneh melihatmu dengan warna rambut hitam. Tapi harus kuakui itu lebih cocok." Ginny menatap Rose yang langsung tertawa mendengarnya. "Terima kasih. Oh ya! Dan maaf aku membuatmu berteriak ketakutan lima tahun yang lalu." ujarnya.
"Aku sudah melupakannya." jawab Ginny.
"Syukurlah. Hei, ayo kita turun. Yang lain sudah menunggu dibawah untuk sarapan." Rose meletakkan sisirnya diatas kasur dan menarik tangan Ginny untuk membawanya keluar dari kamar. Melihat Rose meninggalkannya, Jaceworth segera bangun dan berlari mengejar langkah Rose.
"Kau bersemangat sekali hari ini." Ginny berujar sembari mengikuti langkah Rose menuruni tangga.
"Selamat pagi!" Rose menyapa seluruh keluarga yang sudah berkumpul di ruang makan. Seketika semua mata tertuju padanya. "Selamat pagi, putriku sayang..." Molly langsung menghampiri Rose dan memeluknya. Dia juga memeluk Ginny bersamaan.
"Kau pernah dipeluk ibu?" bisik Fred pada Ron. Dengan wajah asam Ron menggeleng.
"Bahkan ibu lebih menyayangi Rose daripada kau." ejek George. Ron menatap kedua kakaknya dengan kesal. "Enyahlah kalian!" katanya setengah berseru membuat si kembar tertawa puas.
Masih dalam pelukan Nyonya Weasley, Rose menatap Fred dan George dengan tatapan galak. Seperti mengatakan 'Hentikan itu atau kalian akan menyesal!'. Fred yang melihatnya, memutar kepala George yang masih tertawa ke arah Rose. Seketika tawanya berhenti. "Dia mencoba mengancam kita. Mana bisa kita diancam oleh anak berusia 10 tahun?" bisiknya. Ron tersenyum lebar penuh kemenangan melihat kejadian itu.
Selesai sarapan, Rose dengan menggendong Jaceworth, segera melangkahkan kakinya ke padang ilalang di depan rumah mereka. Seperti biasa, dia akan terduduk disitu sembari mendengarkan suara ilalang yang ditiup angin. Natal akan datang dalam dua hari, namun dia merasa Natal tahun ini akan menjadi natal terhambar dalam hidupnya. Tak buruk, hanya hambar.
Dia meletakkan Jaceworth kemudian merebahkan tubuhnya di tanah. Memejamkan matanya merasakan semilir angin yang menyapa wajah dan menerbangkan rambutnya. Rose membiarkan dirinya menikmati suasana itu untuk sejenak sembari membelai lembut badan Jaceworth, hingga rasa kantuk mulai menghampirinya. Tanpa dia sadari, dia pun tertidur di tengah ilalang itu.
Dia merasa waktu tak berjalan lama saat dia kembali membuka matanya dan terduduk. "Sudah berapa lama aku tertidur di sini?" ujarnya seraya menggosok pelan kedua matanya.
Rose menengok kebelakang karena merasa ada seseorang yang berjalan ke arahnya. Dia dapat melihat Ron, Fred, dan George yang sedang menyibak ilalang sambil berbincang asyik. Tiba-tiba mereka berhenti dan menatap kearahnya.
"Tunggu, apakah menurut kalian dia tertidur atau pingsan?" Ron bertanya kepada kedua kakaknya. Pandangannya tak lepas dari Rose. Membuatnya sedikit menaikkan alis keheranan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSEMARY POTTER and The Year She Found Herself
Fanfiction[BOOK 1] Mengetahui dirinya adalah satu dari Dua Potter yang Hidup, membuat Rose harus merelakan kenyataan bahwa keluarga yang selama ini mengasuhnya bukanlah keluarga yang sebenarnya. Sama seperti Harry yang dititipkan pada keluarga pamannya, Dumbl...