Part 10

775 121 3
                                    

Malam begitu bising di ruang santai, saat Rose dan Hermione baru saja selesai mengerjakan PR mereka. Dua gadis itu duduk dijendela, menatap keempat anak laki-laki yang sedang asyik mengobrol di depan perapian.

"Kita pasti akan menang!" Seru Ron.

"Kau tahu, Oliver Woods nyaris melompat-lompat kegirangan saat memberitahu kami kau menjadi seeker! Belum ada yang sebagus Charlie setelah dia pergi." Ujar Fred.

"Dia bisa saja masuk ke timnas Inggris jika tidak memilih mengejar naga. Ngomong-ngomong, kami juga ada di tim. Sebagai beater (pemukul)." Imbuh George.

Harry tersenyum. Ia duduk berhadapan dengan si kembar Weasley.

"Kau tinggal bersama mereka sejak malam itu?" tanya Hermione. Rose memalingkan wajahnya dari anak-anak laki itu menatap Hermione.

"Ya." Rose mengangguk. Dia kemudian kembali menatap ke perapian.

"Bagaimana mereka memberitahumu?" Hermione masih penasaran. Gadis itu menatap Rose lekat.

Rose tak memalingkan pandangannya. Menarik nafas dan menghembuskannya. "Kau sungguh ingin tahu?" tanyanya.

Hermione merasa tak enak. "Kau tak perlu cerita jika tak mau." Jawabnya.

"Aku bertanya tentang Dua Potter yang Hidup kepada ayah." Rose menatap Hermione. "Aku lebih banyak di rumah karena mereka mengkhawatirkanku. Jadi, aku tak tahu apa yang orang-orang bicarakan."

"Menurut buku yang kubaca, kau adalah cara paling mudah bagi mereka untuk mendapatkan Harry Potter. Tak heran topi seleksi hampir saja meletakkanmu di Slytherin. Anak-anak juga beranggapan kau seharusnya di sana." Hermione memelankan suaranya saat mengucapkan kalimat terakhir.

"Aku mendengarnya." Rose mengangguk.

"Aku mengerti bagaimana khawatirnya Tuan dan Nyonya Weasley atas keselamatanmu." Ujar Hermione. "Kurasa sangat bijak menitipkanmu pada mereka."

"Ya, aku sangat beruntung." Rose tersenyum pada Hermione.

"Rosie! Ikut kami, cepat!!" Fred dan George berseru dari depan pintu asrama.

Rose menatap mereka dan mengernyitkan keningnya. Fred membuka pintu. "Cepatlah!"

"Kurasa kau harus pergi." Ujar Hermione.

"Sampai nanti!" Rose kemudian beranjak meninggalkan Hermione. Dia berlari mendekati George dan Fred. Kemudian mengikuti mereka keluar asrama.

"Ada apa?" tanya Rose saat mereka sudah diluar asrama.

"Kami tak sabar membuat kekacauan denganmu disekolah." Fred dan George berjalan menuruni tangga sambil cekikikan.

"Kau dengar ancaman Prefek Percy kepadamu saat makan malam beberapa hari yang lalu, kan?" Rose mengikuti langkah si kembar.

"Dan kau nyaris terinjak troll gunung."

"Kami tak mau kehilangan kau saat kita belum sempat mengacau." Fred dan George mengoceh sambil tertawa.

"Boleh aku memaki?" tanya Rose.

"Tentu saja." Jawab Fred dan George.

"Sialan, kalian!" Rose tertawa setelah mengumpat. Begitu pula dengan si kembar yang mendengar umpatannya.

Mereka tiba di lantai dasar sayap barat kastil. Dilewatinya koridor demi koridor yang gelap ketika malam hari. Rose melihat sekeliling. Dia merasa ngeri jika tiba-tiba ada sesuatu yang menyerang mereka. Hantu jahil Peeves bisa saja diam-diam melempari mereka dengan batu kerikil yang digunakan untuk bermain gobstone tanpa bisa kita lihat saking gelapnya. Fred dan George berhenti didepan sebuah pintu oval yang besar. Rose yang masih waspada dengan sekitarnya, seketika menabrak mereka.

ROSEMARY POTTER and The Year She Found HerselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang