Seorang gadis kecil berusia 5 tahun tampak sangat menikmati indahnya bintang-bintang dilangit malam. Rambut merah panjangnya yang ikal, ia ikat kuda. Mata gelapnya menelanjangi langit, mencoba mencari misteri apa yang ada dibaliknya.
Ia tak menyadari seseorang datang menghampirinya, hingga orang tersebut menyapanya. "Bintang apa yang kau dapat hari ini?"
Gadis kecil itu menengok dan tersenyum lebar. "Ayah! Kau lihat bintang merah itu?" Tanya gadis kecil itu penuh semangat. "Hmm..." Pria disebelahnya menatap langit di arah yang ditunjuk gadis kecil itu.
"Aku bisa melihat banyak titik yang bekerlap-kerlip di langit. Tapi apakah itu bintang?"
"Tentu saja. Memangnya apa lagi?" gadis itu menatap pria disampingnya yang ia panggil ayah.
"Mungkin saja itu kunang-kunang yang sedang terbang, kan?" Jawab ayahnya. Kemudian mereka tergelak bersama. "Kunang-kunang tidak akan terbang setinggi itu, ayah!" ujar gadis itu sambil masih tertawa.
"Sayang! Sudah malam, cepat bawa Rose masuk!" seruan seorang wanita dari dalam rumah dibelakang mereka membuat mereka menghentikan tawanya.
Gadis itu menatap ayahnya. Pria itu berbisik. "Cepat kita masuk, sebelum ibumu mengurung kita diluar!" candanya membuat gadis kecil itu tertawa lagi. Kemudian mereka berdua berdiri dan beranjak masuk ke dalam bangunan bertingkat yang reot dibelakang mereka.
"Fred! George! Apa yang kalian lakukan? Bereskan ini semua!" teriak wanita paruh baya yang badannya sedikit lebih gemuk dibanding pria tadi. Dia menunjuk semua barang di ruang tengah yang melayang-layang.
"Ron yang melakukannya, bu!" seru George.
"Ya, bukan kami!" Imbuh Fred.
"Ron? Kau pikir siapa yang mengajarinya? Aku tidak mau tahu! Cepat bereskan! SE-KA-RA-NG!" Kemudian dia pergi meninggalkan ruang tengah.
Gadis kecil itu menghampiri kakak kembarnya. "Kalian mengganggu Ron lagi." ujarnya.
"Tidak." Jawab George.
"Kau berbicara sebaliknya." Jawab gadis kecil itu datar. Kemudian dia menghampiri seorang anak laki-laki seumurannya yang duduk di sudut ruangan.
"Ibu sudah menyuruh mereka membereskan ruangan. Lebih baik kau segera pergi ke kamar." Gadis itu mengulurkan tangannya, mengajak anak laki-laki itu berdiri.
"Hei George, seharusnya kau terlahir sebagai anak perempuan! Sepertinya menyenangkan jika kita kembar beda kelamin. Lagipula aku tidak harus berbagi kamar denganmu, seperti Ron dan Rose." Fred berkata sembari menatap kedua adiknya yang berjalan melewatinya.
"Kenapa tidak kau saja?" Jawab George ketus.
"Diamlah! Ginny sudah tidur!" Gadis bernama Rose itu berbisik dengan nada sedikit membentak kepada kedua kakaknya.
***
"AAHHHHHHH!!!!!!!!"
Suara jeritan dari kamar para gadis pagi ini mengejutkan anggota keluarga lain yang tengah bersiap untuk sarapan di ruang makan. Bill sebagai anak tertua dan ayahnya segera berlari ke kamar para gadis dan mendapati Ginny terduduk di lantai, tampak ketakutan menunjuk ke sudut ruangan.
Di sana, mereka melihat seorang gadis meringkuk dan membenamkan kepalanya diantara kedua kakinya. Rambut panjang hitamnya tergerai dengan sangat berantakan.
Arthur Weasley, ayah mereka kemudian mendekati gadis kecil itu. Sementara Bill segera meraih Ginny yang saat itu usianya baru saja hampir menginjak 4 tahun dan menenangkannya. "Siapa itu?" Bisik Ginny pada Bill.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSEMARY POTTER and The Year She Found Herself
Fanfiction[BOOK 1] Mengetahui dirinya adalah satu dari Dua Potter yang Hidup, membuat Rose harus merelakan kenyataan bahwa keluarga yang selama ini mengasuhnya bukanlah keluarga yang sebenarnya. Sama seperti Harry yang dititipkan pada keluarga pamannya, Dumbl...