"Pasti malam ini!" Ujar Harry saat malam mulai merayap.
"Taruhan! Surat itu hanyalah surat palsu seperti yang dia gunakan untuk menjebak Rose. Kementrian Sihir pasti akan terkejut ketika melihat Dumbledore datang." Ron tak bisa tenang.
Hermione tampak memikirkan sesuatu. Rose berdiri bersandar pada sudut ruang santai Gryffindor. Mereka sengaja duduk memisahkan diri dari anak-anak lain. Harry bilang, 'Tak apa, toh, mereka memang sedang mendiamkan aku dan Hermione.'
"Kalau begitu, apa boleh buat." Harry berdiri. "Aku akan kesana malam ini dan mengambil batu itu lebih dulu."
"Kau gila!" kata Ron.
"Jangan!" Rose buru-buru mencegah Harry.
Hermione ternganga. "Setelah Snape dan McGonagall mengancammu seperti itu? Kau akan dikeluarkan!"
"LALU APA?!" Kini Harry yang berseru keras. Matanya mendelik. Semua anak diruangan yang mendengarnya langsung melirik kearah mereka. Keempat anak itu pun salah tingkah.
"Pelankan suaramu, Harry." bisik Rose.
Harry kembali menatap teman-temannya. "Apa kita akan diam saja sementara batu itu diambil dan diberikan pada Voldemort?"
"Tidakkah kalian tahu hal mengerikan apa yang akan terjadi jika Voldemort kembali hidup dan mencoba merebut kekuasaan? Tak ada sekolah! Tak ada lagi poin asrama! Tak ada lagi Hogwarts! Kalaupun ada, pastilah sudah menjadi sekolah sihir hitam."
Mata Harry beradu dengan sepupunya. "Rose bisa saja menjadi bagian dari mereka, seperti apa yang sudah diramalkan. Dan meski aku harus kembali kerumah keluarga Dursley, aku hanya butuh waktu sebentar sampai Voldemort menemukan dan membunuhku."
"Kau benar, Harry..." Hermione berkata pelan.
"Aku akan pakai jubah gaibku. Seseorang sudah mengembalikannya dari Menara astronomi."
Ron memicingkan mata. "Tapi apa jubah itu muat untuk kita semua?"
"Kita?" Harry termangu.
"Kau pikir, kami akan membiarkanmu pergi sendirian?" seru Ron yang langsung disambut gelengan keras Hermione.
"Tentu tidak. Kau tidak akan mencapai batu itu tanpa kami!"
Harry terduduk kembali. "Jubah itu hanya bisa menyelimuti tiga orang. Aku dan Hermione sudah mencobanya ketika membawa Norbert."
Keempat anak itu kemudian saling berpandangan.
"Pergilah tanpaku." Rose memutuskan. "Aku bisa melakukan hal lain."
"Mana bisa? Kau ahli dalam mantra. Itu pasti berguna!" Ron protes.
Rose menggeleng. "Aku mungkin menguasai mantra, tapi Hermione menguasai semua bidang. Jelas siapa yang lebih berguna."
Hermione menatap Rose. "Terima kasih, Rose. Aku akan membuka lagi buku-bukuku. Siapa tahu ada hal yang bisa membantu kita."
Mereka menunggu waktu tidur dengan memikirkan rencana. Hermione fokus dengan buku-bukunya. Hingga satu persatu anak-anak kembali ke kamar mereka masing-masing. Kini tersisa Fred, George, dan Lee Jordan yang masih terduduk didepan perapian.
Lee Jordan menguap. "Kurasa aku akan tidur sekarang." Anak itu beranjak dari duduknya kemudian berjalan meninggalkan ruang santai.
"Harry, cepat ambil jubahnya sekarang!" Ron berbisik. Harry mengangguk, kemudian berdiri dan beranjak hendak mengambil jubahnya. Namun Fred dan George menghadangnya diujung tangga.
"Mau menyelinap lagi, seeker?"
Melihat itu Ron dan Rose berpandangan. Rose tahu, Ron kini sedang menyuruhnya menghentikan si kembar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSEMARY POTTER and The Year She Found Herself
Fanfiction[BOOK 1] Mengetahui dirinya adalah satu dari Dua Potter yang Hidup, membuat Rose harus merelakan kenyataan bahwa keluarga yang selama ini mengasuhnya bukanlah keluarga yang sebenarnya. Sama seperti Harry yang dititipkan pada keluarga pamannya, Dumbl...