Part 25

866 97 6
                                    

Dekorasi aula besar malam ini, didominasi symbol Slytherin dan warna Hijau. Tak lain dan tak bukan, karena Slytherin memenangkan piala asrama tahun ini. Rose berjalan masuk ke aula dengan wajah murung. Fred dan George terus berupaya untuk menghibur gadis kecil itu.

"Berbahagialah, Rosie... Sebentar lagi kita pulang."

"Ya, dan kau bisa bertemu Ginny. Kau merindukannya kan?"

"Merangkaklah untuk mengais-ngais poin, Potter!" Malfoy yang melewati mereka berujar dengan pedas. Kemudian dia tertawa bersama kedua temannya. Rose dan si kembar menatap Malfoy.

"Tinggalkan dia." Fred menarik lengan Rose.

"Kau tak akan mau kekurangan poin lagi hanya untuk memantrai anak itu, Rosie." George menimpali.

Rose tak menjawab. Mereka kemudian berjalan ke meja Gryffindor. Rose duduk disebelah Percy dan berseberangan dengan Ron. Hermione juga merengut. Dia masih meratapi seratus lima puluh poin Gryffindor yang hilang. Jika tidak, seharusnya Gryffindor bisa menang piala asrama tahun ini.

Rose mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan. Dia ingin melihat ekspresi anak-anak di aula karena ini adalah pesta akhir tahun pertamanya. Saat tak sengaja menatap kearah meja Slytherin, matanya beradu dengan Malfoy, Crabbe, dan Goyle yang tengah menertawainya. Lebih tepatnya, menertawai Gryffindor.

Malas meladeni, Rose langsung memalingkan wajahnya dan membenarkan posisi duduknya yang tadi sempat tergeser 60°. Gadis kecil itu melotot mendapati piringnya sudah penuh dengan segunung potongan ayam kalkun dan kentang.

"Apa-apaan?"

"Wah, rakus juga kau rupanya." Ejek Ron.

Fred dan George terkekeh. Membuat gadis itu meliriknya tajam. Percy menghela nafas dan tertawa kecil.

"Mereka ingin kau cepat besar, Rose. Katanya, jika pergi bersamamu, mereka seperti membawa kurcaci."

"Kurcaci? Itu yang mereka katakan dibelakangku?" Rose menoleh ke arah Percy. Matanya melotot. "Aku tidak pernah bilang mereka setinggi troll. Apa itu adil, Perce?"

Percy mengedikkan sebelah bahunya. "Kurasa cukup adil sekarang karena kau baru saja mengatakannya."

Tiba-tiba aula sunyi senyap. Anak-anak berbisik-bisik. Rose kembali mengedarkan pandangannya untuk melihat apa yang terjadi.

Ternyata Harry sudah berdiri didepan pintu, berjalan masuk. Kemudian menuju meja Gryffindor dan duduk diantara Ron dan Hermione. Anak laki-laki itu tampak canggung karena seisi ruangan sampai berdiri untuk melihatnya.

"Kau sudah sehat?" Rose membuyarkan kecanggungan Harry.

"Bagaimana Madam Pomfrey bisa mengizinkanmu kemari?" Hermione heran.

"Ya, kami pikir kau tidak akan datang." Ron mengimbuhi.

Harry tersenyum tipis. Dia menatap Dumbledore yang duduk dideretan meja guru. "Dumbledore yang meminta Madam Pomfrey mengizinkanku datang. Lagipula, mana mungkin aku melewatkan pesta akhir tahun?"

Tak lama, kepala sekolah berjenggot putih panjang itu berdiri dan berseru. "Satu tahun lagi telah berlalu. Dan ini merupakan tahun yang luar biasa."

Semua anak di aula menatap pria tua itu.

"Kuharap kepala kalian sedikit lebih penuh, anak-anak, sehingga kalian bisa mengosongkannya saat liburan musim panas." Dumbledore meneliti wajah siswa-siswinya satu persatu.

"Nah, seperti yang kupahami, sebelum kalian pulang aku harus menganugerahkan piala asrama. Dan skornya... Gryffindor menempati tempat keempat dengan tiga ratus dua belas poin. Hufflepuff berada di tempat ketiga dengan tiga ratus lima puluh dua poin. Berikutnya, Ravenclaw ditempat kedua dengan empat ratus dua puluh enam poin. Dan Slytherin unggul dengan empat ratus tujuh puluh dua poin."

ROSEMARY POTTER and The Year She Found HerselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang