Part 3

1.2K 210 13
                                    

Fred melempar bola salju tepat ke wajah Ron. Si kembar kemudian tertawa terbahak-bahak menyaksikan adiknya terjembab dan merusakkan boneka salju yang dibuatnya. Rose menolong Ron dan menatap kedua kakaknya dengan tatapan kesal.

"Mengapa selalu aku? Kalian tidak pernah mengganggu Rose!" Ron protes.

"Oh, itu karena kami bukan pecundang." jawab George.

"Pecundang mengganggu anak perempuan. Kami tidak." imbuh Fred.

"Baiklah, 'bukan pecundang'... Kau pikir mengganggu anak berusia 10 tahun itu juga bukan pecundang?" Rose menimpali.

Ini adalah tahun kedua Fred dan George bersekolah di Hogwarts. Mereka berhasil mengikuti jejak Bill, Charlie, dan Percy yang ditempatkan di asrama Gryffindor oleh topi penyortir. Seperti yang dibayangkan, dua anak laki-laki berpostur tinggi dan kurus itu, seketika menjadi sangat terkenal di sekolah karena keusilannya. Tahun lalu, mereka membuat temannya, Lee Jordan, hampir kehilangan rambut saat mereka menghadiahkan kartu ucapan selamat ulang tahun yang dapat terbakar dengan sendirinya.

Kembali ke tahun lalu, saat keluarga Weasley mengantar Fred dan George membeli perlengkapan sekolahnya di Diagon Alley, Rose melewati kerumunan orang-orang yang terus membicarakan tentang 'Dua Potter yang Hidup'. Waktu itu, Rose hanya menganggapnya sebagai pembicaraan orang dewasa. Namun kali ini, Rose kembali mendengarnya saat mengunjungi Diagon Alley bersama si kembar menjelang libur natalnya untuk membeli hewan peliharaan.

"Apa kalian dengar orang-orang membicarakan 'Dua Potter yang Hidup'?" Tanya Rose sembari berusaha menyamai langkah kaki kedua kakaknya.

"Semua orang di dunia ini membicarakannya. Bahkan di sekolah kami. Siapa yang tak tahu?" Jawab Fred.

"Jika ada, maka itu aku." jawab Rose.

"Oh, ayolah Rosie... kau gadis yang paling penuh dengan rasa penasaran, kau tidak mungkin melewatkan tentang 'Dua Potter yang Hidup'." Ujar George.

"Georgie, apa aku terlihat sedang bercanda?" Rose menatap George dengan tatapan serius.

"Fredie, kurasa kau bisa tangani ini." George menatap Fred sembari mengedipkan sebelah matanya.

Fred menatap gadis kecil didepannya. "Mereka adalah 2 orang dari keluarga Potter yang dapat bertahan hidup dari serangan... kau-tahu-siapa 10 tahun lalu." Dia memulai ceritanya.

"Kau-tahu-siapa?" Rose mengernyitkan dahinya.

"Serius, Rose? Kau tak tahu apapun tentangnya?" Fred setengah berteriak.

"Tak seperti kalian, ayah dan ibu lebih sering mengurungku di rumah. Aku tak tahu apa yang orang-orang bicarakan." ujar Rose.

George menghela nafas sesaat sebelum mengucapkan kalimatnya. "Tahun depan adalah waktu dimana mereka berdua akan datang ke Hogwarts. Itulah sebabnya orang-orang membicarakan mereka akhir-akhir ini."

"Georgie... kau bilang aku yang tangani ini." Fred menatap saudara kembarnya kesal. Dia menghentikan langkah kakinya di depan toko yang menjual hewan peliharaan.

"Terima kasih. Jangan katakan apapun! Aku akan bertanya pada ayah dan ibu saja." ujar Rose menghentikan cikal bakal pertarungan si kembar. Akan mengerikan jika mereka sampai beradu argumen. Dementor bisa saja berkumpul untuk memasang taruhan.

"Kau membaca pikiran kami lagi?" Tanya Fred.

"Hei, sopanlah sedikit pada kakakmu!" George menatap adiknya yang tertawa sembari memasuki toko.

***

Rose mendapatkan seekor kucing hutan Norwegia dengan bulu berwarna abu-abu berloreng hitam dibagian punggungnya, dan putih polos dibagian perutnya. Dia memberinya nama Jaceworth.

ROSEMARY POTTER and The Year She Found HerselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang