Part 24

425 85 3
                                    

"HARRY!!"

Rose terbangun dari tidurnya. Wajahnya sangat pucat sekarang. Dia duduk terengah-engah dikursi lengan. Dilihatnya Fred dan George berada disamping kanan dan kirinya. Sementara didepannya, dia melihat Ron.

"Ron!" Rose langsung memeluk anak itu. Ron tampaknya tak sekaget Fred dan George melihat reaksi Rose.

"Kali ini, kau tidak mimpi buruk, kan?" Ron melepas pelukan Rose dan tersenyum kecil.

"Kau... tahu aku ada disana?" bisik Rose. Tentu saja Fred dan George bisa mendengarnya. Ron mengangguk.

"Si kembar bilang, kau tidur terlalu pulas, bahkan nyaris seperti orang pingsan. Saat itulah aku menyadari, aku tidak sedang berhalusinasi ketika mendengar suaramu."

Rose menatap Ron. "Mana Hermione?"

"Dia sedang mengirim surat untuk Dumbledore." Ron berdiri. "Bagaimana Harry?"

Seperti tersadar sesuatu. Wajah Rose langsung tegang. Dia melirik ketiga anak laki-laki didepannya. "Harry dalam masalah besar!"

"Voldemort bersembunyi dibalik turban Quirrell. Dia ada bersamanya sepanjang waktu!"

Ron terbelalak. Fred dan George tercengang, mereka saling berpandangan.

"Kau ingat saat kita melempari kepalanya dengan salju, Georgie?" Gumam Fred.

George mengangguk. "Aku ingat kita melempar salju tepat ke arah Voldemort."

Ron dan Rose menatap si kembar. "Waaah" Ron menatap kedua kakaknya dengan tatapan tak percaya.

Rose berdiri dari duduknya. Dia mendekati pintu asrama secepat yang dia bisa dengan langkahnya yang sempoyongan.

"Kau mau kemana?" Ron meraih lengan Rose.

"Menemui Snape." jawab Rose menepis tangan anak laki-laki itu. "Dia bisa menghentikan Quirrell. Itu yang dikatakannya."

"Kau bisa membuat poin kita hilang lagi." tukas Ron.

"Peduli apa dengan poin? Nyawa Harry dalam bahaya!" Rose tak mengindahkan Ron. Dia kembali merapalkan mantra untuk menyembunyikan dirinya dan segera pergi keluar asrama sendirian.

"Tipikal Hufflepuff."

Semua mata sontak menoleh kearah tangga. Percy sudah berdiri diujungnya. Anak itu, dengan kacamatanya yang tergantung didaun telinga, melipat tangannya didepan dada dan menatap ketiga adiknya.

"Matilah kita..." gumam Ron. Si kembar saling berpandangan.

"Fred, George, kenapa kalian diam saja? Adikmu pergi sendirian!" Percy melangkah menuruni tangga mendekati adik-adiknya. Kalimatnya membuat Ron dan si kembar tercengang.

Sementara itu, Rose menuruni tangga Menara seraya membuka petanya. Dengan gemetar, ditelusurinya peta itu dengan matanya, mencari Snape.

"Professor Snape... Professor Snape..." jarinya menunjuk satu persatu ruangan dipeta itu.

Rose menutup petanya dan menyimpannya kembali kedalam saku. Dia melihat nama Snape ada dikoridor tempatnya bertemu Quirrell tadi. Dia bersama Filch. Anak perempuan itu bergegas melangkahkan kakinya kearah koridor lantai dua kastil.

Rose menghentikan langkahnya ketika melihat Peeves sedang menarik-narik tikar diujung tangga. Pasti dia mau membuat jebakan, agar besok siapapun yang melewati tangga menuju koridor lantai dua ini, terjatuh. Dan dia akan tertawa sepuasnya menyaksikan itu.

Anak itu berjalan dengan sangat pelan menuruni tangga terakhir itu. Melewati Peeves yang tengah memunggunginya. Dilihatnya Peeves menoleh. Hantu itu terbang hingga hampir menyentuh langit-langit tangga menuju koridor lantai tiga.

ROSEMARY POTTER and The Year She Found HerselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang