Rose tertidur diatas ranjang rumah sakit sekolah. Dia menghadap ke kanan seraya meringkuk, persis seperti bayi dalam perut ibunya. Madam Pomfrey memberinya ramuan penenang dan ramuan tidur saat dia tiba tadi. George menyelimuti tubuh kecil gadis yang nampak kedinginan itu.
Dilihatnya tangan kiri gadis itu penuh luka gores. Mungkin teriris ranting-ranting saat dia lari dan mencoba bersembunyi.
Percy meminta Ron dan Harry mengikutinya kembali ke asrama sejak Rose ditangani oleh Madam Pomfrey. "Tak ada yang perlu dikhawatirkan." Katanya.
"Hei, Georgie, apa kau tidak merasa rambutnya terlalu panjang? Lihatlah! Aku baru menyadari jika rambutnya sudah sepinggang." oceh Fred.
"Bukan waktu yang tepat untuk mengatakan itu Freddie." Jawab George.
"Umm... Apa menurutmu sebaiknya kita memberitahu ayah dan ibu tentang ini?" George menatap saudara kembarnya.
Fred menggeleng. "Jangan. Mereka pasti akan membatalkan rencananya ke Rumania dan menyuruh kita semua pulang saat Natal. Dan jika itu terjadi, Charlie bisa uring-uringan."
Professor McGonagall masuk ke ruangan itu. Rupanya dia telah mendengar apa yang terjadi dari Percy yang seorang prefek.
"Sudah lewat pukul 10, kalian kenapa masih di sini?" tanya wanita itu.
Fred dan George diam, tak menjawab. Professor McGonagall mendekati ranjang Rose dan menatap anak itu. Kemudian dia berpaling pada wanita berpakaian perawat yang tengah merawat anak lainnya.
"Bagaimana keadaan gadis ini, Pomfrey?" tanyanya.
Pomfrey menengok ke arah McGonagall. "Dia masih hidup, jika itu yang ingin kau pastikan."
Kemudian wanita itu berjalan mendekati McGonagall. "Tolong suruh anak-anak ini kembali ke asrama. Tak ada yang boleh menunggui pasien disini."
McGonagall segera menatap Fred dan George. "Dengar itu? Aku tak akan mengurangi point Gryffindor jika kalian segera melakukannya."
"Jangan tunggu sampai aku berubah pikiran." Imbuhnya.
Fred dan George menatap Rose sejenak, kemudian beranjak meninggalkan gadis itu. "Sampai besok, Rosie!"
***
Cahaya mentari pagi yang menyusup dari jendela, menyapa wajah Rose. Anak itu membuka matanya perlahan. Madam Pomfrey yang menyadari itu seketika menatapnya, "Tidur nyenyak, Nona Potter?"
Rose mencoba duduk. Dia masih merasakan kepalanya sedikit berat. Namun perasaannya sudah lebih baik ketimbang tadi malam.
"Oh, kau sudah bangun."
"Selamat pagi, Rosie!"
Rose menoleh dan mendapati Fred dan George didepan pintu. Mereka sudah mengenakan seragam sekolah dan menenteng buku-bukunya.
"Apakah aku mempersilakan kalian menjenguk Nona Potter?" Tanya Pomfrey lembut.
Rose tersenyum kecil menatap si kembar yang menggerutu, kemudian berpaling pada wanita yang sedang duduk dibalik meja perawat.
"Boleh aku kembali ke asrama?" Tanyanya.
Madam Pomfrey menatapnya. "Tunggu sebentar lagi, aku harus memastikan kau sudah lebih baik."
Rose kemudian menatap sekelilingnya. Ada beberapa anak lain di sana. Kemudian gadis itu menundukkan kepalanya. Menatap kakinya yang diayun-ayunkan dan tangannya yang menyangga tubuhnya di kanan kiri. Tepat saat dia menyadari tangan kirinya penuh luka gores, Madam Pomfrey mendekatinya.
"Ini ramuan peperup. Minumlah." Ujarnya.
Rose menatap Madam Pomfrey heran. "Untuk apa?"
Wanita itu menempelkan punggung tangannya ke dahi Rose. "Agak demam. Kau flu. Minumlah ramuan itu dan istirahatlah dulu. Kau boleh kembali nanti sore."
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSEMARY POTTER and The Year She Found Herself
Fanfiction[BOOK 1] Mengetahui dirinya adalah satu dari Dua Potter yang Hidup, membuat Rose harus merelakan kenyataan bahwa keluarga yang selama ini mengasuhnya bukanlah keluarga yang sebenarnya. Sama seperti Harry yang dititipkan pada keluarga pamannya, Dumbl...