"Jaga Harry baik-baik!" Rose berpesan pada George dan Fred saat mereka akan memasuki ruang ganti quidditch.
"Tentu saja. Sudah kubilang, kan, kalau tugas kami memang memastikan Harry tidak mati terhantam Bludger!" Fred tertawa. George menoleh ke saudara kembarnya.
Rose terdiam dan melekatkan tatapan dinginnya pada Fred. Anak laki-laki itu akhirnya salah tingkah.
"Baiklah, Rosie, akan kujaga dia baik-baik." Fred akhirnya berbalik. "Sudah, ya! Ayo, George!"
"Kalian juga."
"Apa?" Si kembar berhenti.
Rose menghela nafas pelan. "Kalian juga, jaga diri kalian!"
Fred dan George saling berpandangan sesaat. Kemudian Fred mendekati Rose dan mencubit pipinya. "Waah... Aku tak tahu punya saudara perempuan bisa semenyenangkan ini."
"Lepas!" Rose menampik tangan Fred. "Aku bukan saudarimu!" Anak itu mengelus pipinya.
Fred menatap Rose, lalu melirik saudara kembarnya yang tertawa mendengar omelan Rose. "Benar juga apa yang dikatakannya, George, dia bukan saudari kita."
"Fred! George! Cepatlah bersiap-siap!" Sebuah seruan dari dalam ruang ganti membuat si kembar menolehkan kepala mereka.
"Baiklah, Woods!" Seru Fred.
"Sang kapten memanggil, kami harus pergi, Rosie." George melambaikan tangannya. "Sampai nanti!"
Fred dan George masuk ke ruang ganti. Rose menyusul Ron dan Hermione pergi ke bangku penonton. Air matanya hampir meleleh saat mengatakan bukan saudari mereka, tapi dia berusaha menahannya sekuat mungkin. Rose kembali teringat apa yang ditunjukkan cermin itu.
"Kau lihat tadi?" bisik Fred pada saudara kembarnya ketika Woods sedang berbicara empat mata dengan Harry.
"Ya, matanya berkaca-kaca. Kupikir kau tak menyadarinya." George mengambil jubah quidditchnya.
"Mana mungkin? Siapa yang kenal dia lebih baik dibanding kita?"
"Ronnie." jawab George dengan cepat.
"Iya sih..."
Ron sudah duduk bersama Hermione dan Neville saat Rose tiba dibangku penonton. Si kembar Patil duduk didepan Hermione. Rose kemudian mendekati Ron.
"Apa bangku ini kosong?" Anak itu menunjuk tempat kosong diantara Ron dan Neville.
"Duduk saja. Itu memang tempatmu." Ron tak melepaskan pandangannya dari pertandingan. Rose menoleh pada Neville dan menyapanya. "Hi, Neville!"
Neville tersenyum tipis. "Hai, Rose!"
"Aku tidak pernah lihat Snape segalak itu." Ron bergumam. Tiba-tiba kepalanya tersentak kedepan. "Ouch!"
Sontak Rose menoleh kearah belakang dan melihat Malfoy serta kedua anak buahnya berdiri dibelakang mereka. "Oh! Sorry Weasley, aku tak melihatmu disitu."
Malfoy nyengir lebar kepada dua temannya. Kemudian berkata pada Rose. "Berapa lama Potter akan bertahan disapunya, kali ini?"
Kemudian anak itu mengedarkan tatapannya kesekitar. "Ada yang mau bertaruh? Atau kau, Weasley?" Diakhir kalimatnya, Malfoy kembali menoleh pada Ron.
Malfoy kemudian duduk dibelakang mereka. Rose memalingkan wajahnya dari anak pirang itu dan menatap ke pertandingan. Hufflepuff baru saja mendapat penalti karena George Weasley melempar bludger kearah mereka.
"Kau tahu bagaimana mereka memilih tim Gryffindor?" Malfoy mulai mengoceh lagi.
"Diam kau, Malfoy! Aku tahu apa yang akan kau katakan!" Ancam Rose yang langsung menoleh kebelakang dan menatap anak itu tajam. Malfoy tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSEMARY POTTER and The Year She Found Herself
Fanfiction[BOOK 1] Mengetahui dirinya adalah satu dari Dua Potter yang Hidup, membuat Rose harus merelakan kenyataan bahwa keluarga yang selama ini mengasuhnya bukanlah keluarga yang sebenarnya. Sama seperti Harry yang dititipkan pada keluarga pamannya, Dumbl...