Ron berlari-lari menaiki tangga untuk menghampiri Rose yang baru saja meninggalkan asrama. Anak itu berhenti sejenak diujung tangga untuk mengatur nafasnya yang terengah-engah.
"Kau dari mana saja?" Rose memandangi Ron dari atas sampai bawah.
"Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Dean dan Seamus yang baru saja kembali dari aula besar setelah makan siang.
Ron menoleh kebelakang, menghadap kedua teman sekamarnya. "Pergilah, sana masuk!" Dia mendorong pelan tubuh Dean.
Rose tersenyum kecil kepada dua anak yang tengah melewatinya itu. Hanya sekian detik saat dia mendengar isi pikiran mereka.
"Aku baru sadar kalau dia punya lesung pipi." Bisik Seamus.
"Benarkah? Aku menyadarinya sejak kelas mantra pertama." Dean menimpali. "Senyumnya manis, ya?"
"Kupikir dia galak."
Kalimat terakhir Seamus membuat Rose tertawa tiba-tiba. Ron mengerutkan keningnya keheranan. "Kenapa kau?"
"Ternyata membaca pikiran tak sepenuhnya menyebalkan." Jawab anak perempuan itu.
"Maksudmu?"
"Baiklah, apa yang ingin kau katakan tentang Hagrid?" Rose menatap Ron.
"Kau bahkan melakukannya padaku. Hiss!" Ron hampir saja menjitak kepala Rose ketika anak itu berseru.
"Apa? Hagrid punya na..."
"Sshh!!!" Secepat kilat Ron langsung membungkam mulut Rose. "Pelan-pelan!"
Ron teringat pada tujuannya mencari Rose. Namun sepertinya Rose sudah dengan sengaja lebih dulu menyelidik isi pikirannya.
"Itu kan ilegal!" Rose kembali melanjutkan kalimatnya setelah Ron melepasnya.
"Maka dari itu, kita tidak bisa membiarkannya di sini. Hagrid bisa ketahuan!" Ron menatap sekitarnya.
"Charlie pasti tidak akan mau melewatkan ini." Rose bergumam.
"Kau sama saja dengan Harry, mencetuskan ide tentang Charlie." Ron menyandarkan tubuhnya ke pegangan tangga.
"Kau berharap aku menyuruhmu mengirimnya pada Percy?" Rose menjawab datar.
Ron mendengus. "Tapi masalahnya, Hagrid tak mau melepas makhluk itu. Terlalu cinta sepertinya."
Rose berpikir sejenak. "Lebih baik kau surati Charlie. Jika sudah ada balasan, kita ke gubuk Hagrid dan beri dia pengertian."
"Sudah selesai, kan? Kalau begitu apa kau bisa minggir? Aku harus pergi ke suatu tempat." Rose menggeser tubuh Ron dan melewatinya.
"Aku tak akan bertanya kau mau kemana." Ron mengedikkan bahunya.
"Kau baru saja mengatakannya." Rose tetap berlalu meninggalkan Ron.
"Rose! Jangan katakan pada siapapun soal ini. Pada Fred dan George juga."
Rose berhenti, kemudian berbalik menghadap Ron. "Katakan itu pada seseorang dibelakangmu."
Kemudian gadis itu berbalik lagi dan melanjutkan langkahnya. Sementara Ron langsung menoleh kebelakang. "Peeves!" Serunya.
Peeves nyengir. "Aku mendengarnya. Kalian menyembunyikan sesuatu."
Ron memutar bola matanya. "Peeves, jangan katakan pada siapapun. Pliiiss..."
"Jangan memohon padanya!" teriak Rose.
"Rose! Tolong aku!" Ron berseru. Namun Rose tak menggagasnya. Dia tetap berlalu.
Peeves tertawa. "Aku akan bilang si tolol Filch kalau ada murid yang mau melanggar peraturan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSEMARY POTTER and The Year She Found Herself
Fanfiction[BOOK 1] Mengetahui dirinya adalah satu dari Dua Potter yang Hidup, membuat Rose harus merelakan kenyataan bahwa keluarga yang selama ini mengasuhnya bukanlah keluarga yang sebenarnya. Sama seperti Harry yang dititipkan pada keluarga pamannya, Dumbl...