C O U R T

55 9 3
                                    

Senja.

Maslahnya aku tidak tau lagi apakah Hanbin akan segera pulang atau tidak. Belakangan ini begitu rumit, pasalnya aku juga tidak tau apa yang akan terjadi berikutnya. Atau bahkan siapa aku sebenarnya- tidak, sebenarnya aku ini apa? Manusia? Makhluk jadi-jadian atau apa? Konsentrasi, Jinhwan, kau pasti akan segera dapat jawaban. Berharap saja kau masih hidup saat ada seseorang yang mau menjawab, yah atau lebih tepatnya sesuatu. Tak ada gunanya mengeluh, sekarang ini aku hanya perlu bertahan. Itu saja cukup bukan?

"Sudah makan?" Yunhyeong bergabung denganku duduk di tangga menuju pekarangan belakang. Bau daging, aku harap dia tidak masak semur lagi.

"Kau masak semur lagi?"

"Wellington. Donghyuk menunggu, kalau kau mau bergabung. Toh kelihatannya dia mau bicara dengan yang lain," ujarnya sambil mengeluarkan pemantik dan sebatang rokok.

"Aku tidak tau kau merokok"

"Tadinya berhenti... cuman entah kenapa rasanya saat seperti ini aku ingin sekali merokok. Sesekali tidak apa-apa kan?"

"Hm.. sesekali... tentu saja"

"Maksudmu?"

"Kau tidak bisa mengeja 'sesekali' tanpa 'sesali' bukan?" tanyaku balik sambil beranjak menuju ruang makan.

Mungkin hanya perasaanku saja. Suasana terasa cekam namun ada sesuatu yang membuatku nyaman. Pria berambut putih dengan pakaian kelabu dan sebotol wine di tangan. Dia bergegas duduk, kulihat ujung-ujung jarinya memutih dan raut wajahnya gelisah. Saat dia melihatku, berlagak dia sembunyikan masalah ini. Wajahnya terrsenyum tanpa beban dan itu membuatku tidak nyaman. Apa ada hal penting yang ingin dia sampaikan? Heh tunggu, kalau dia menyembunyikan seusatu bukankah lebih baik dia pakai sarung tangan? Ah benar, aku yakin dia punya hal penting lain yang mau dibicarakan.

"Aku harap kau siap," ujarnya sambil berusaha membuka sumbat wine

"Untuk apa?"

"Hanbin sudah membuat gugatan. Gereja akan memanggil Institut dan memulai investigasi, pengadilan dalam seminggu-" ujarannya terjeda.

"Hohoho Dongdong jemari yang bagus, kapan kau akan punya sayap?" Ji Won pun muncul dari arah pintu depan.

"Kau tau kan kalau kekuatan besar punya tanggung jawab yang besar juga," Donghyu kembali menghela nafas, kali ini meletakkan kacamata.

"Eh, mungkin saja Tuhan punya rencana besar untukmu," jawab Ji Won yang nampaknya bercanda. Namun jujur aku tidak tau apakah dia jujur benar-benar meyakinkan Donghyuk kalau semua akan baik-baik saj atau dia bercanda karena dia tau apa yang akan terjadi?

Derap langkah dari kebun terdengar, Yunhyeong sudah kembali. Tetapi dia duduk sambil menaikkan lengan kemejanya. Bau rokok, namun tidak pekat, apakah dia hanya merokok setengah batang? Pria itu kemudian meneguk air dari gelas yang ada di hadapannya. Dia sudah menata meja sedemikian rupa untuk makan malam. Dan sepertinya kami menunggu satu orang lagi selain Hanbin untuk duduk di ruang makan ini.

"Junhoe?" Yunhyeong bertanya.

"Dia mungkin telat, tapi aku yakin dia datang," Ji Won menjawab sambil melepas mantel dan duduk di sebelah Donghyuk.

"Kalau ini menyangkut masalah Chan dan dunia, dia pasti ikut campur. Tenang saja, dia sudah dilatih untuk hal macam ini," Donghyuk menambah

Aku hanya menghela nafas, merasa kalau aku tidak bisa masuk ke dalam percakapan ini. Sungguh canggung, aku tak tau banyak. Hanya bisa iya dan mungkin menuruti apa yang mereka katakan. Jika Hanbin memanggil kemari apa sebenarnya penderitaan ini akan segera berakhir?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REDLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang