3 r d

224 36 11
                                    

Ayah..

Kau pasti mengerti apa yang kau lakukan hanyalah bintang dunia yang sangat ingin kau gapai..

Sekalipun kau sudah bukan lagi seorang manusia. Pasti akan ada tempat bagimu setelah kematian yang menunggu lama. Namun aku melihat kalau itu sudah lagi tak berlaku padamu. Sungguh aku tidak mau hal ini terjadi padamu, apalagi mendatangkan sahabatku padamu. Tetapi karena kau memaksaku, maka aku sendiri yang harus melakukannya.

Trang!!!

Bagaimanapun aku membencimu, tak ada hal lain yang kau punya semenjak kita bertemu. 

Sring!!

Hampir empat ratus tahun pula kita bersama. Mungkin tanpamu aku sudah jadi orang gila saat Hanbyul pergi.

Srett!

"Grh..."

Namun apakah kau sebenarnya tau?

"Menyerahlah!! Kau tidak tau sudah berapa lama aku menanti akan hal ini, Hanbin!!"

Jika kau membunuh Vampir yang menggigitmu, kau akan kembali menjadi manusia. Kemudian menua sesuai dengan usiamu, dan yang terakhir adalah kembali menyatu dengan apa yang kau pijak seumur hidupmu.

Yah, itu skenario terburuknya. Namun aku masih punya beberapa urusan lain. Beruntungnya semua vampir akan mati jika terlalap api.

Faktanya kau tidak mendapatkan keabadian dari orang lain, melainkan diriku.

"Ahahahahahaha!!! Kau masih saja empuk seperti dulu!!"

Aku semakin lelah. Sengaja aku memanggil Dainsleif karena magis apapun yang aku lakukan dengan darahku tak mempan padanya. Sehingga kuputuskan untuk menggunakan cara primitif. Haruskah aku kalah agar aku bisa mengalahkannya? Adakah kesempatan ketiga untukku? Tanganku sudah mulai menghitam hanya dengan memakai bilah obsidian ini. Pedang bagus, namun semakin lama dipakai kau bisa termakan kutukan.

Trang!!

Ayah bahkan tidak mau menyerah untuk menghabisiku. Semakin lama serangannya semakin kuat, atau aku yang memang sudah kelelahan. Dua lubang pada tubuhku dan aku masih harus bertahan hidup.

Ayah menekan pedangnya padaku, berusaha untuk memotong urat nadi. Ini buruk, aku tak punya banyak tenaga dan obsidian hanyalah kaca vulkanik

Duk!

Kedua kakiku menendang ayah, kami pun tersungkur ke tanah namun aku masih sadar dengan situasi.

"Daedalus!"

Semoga saja ini berhasil. Meski aku tak yakin mantra pohon bisa menahannya lama.

Akar-akar besar mulai muncul dari bawah tanah. Melilit ayah dan membuatnya terhenti untuk memikirkan nafsunya membunuhku. Semakin lama lilitannya semakin kencang. Sayangnya aku tak punya cukup tenaga untuk membuat hasrat membunuhnya meledakkan dirinya sendiri. Toh aku yakin hal itu akan jadi lebih mudah.

Hanya satu yang bisa aku lakukan saat ini tanpa membuka kekuatanku yang lain.

Aku menatap Dainsleif, dengan ketidaktahuan apakah aku akan selamat setelah memakai sihir gelap ini. Bahkan pedang ini sendiri sudah mengutuk setengah lengan kananku.

"Ayah.. kau harus berusaha lebih licik lagi untuk bisa membunuhku.."

Jleb!

Tidak, aku hanya menusuk dadaku sendiri. Bukan hal besar.

Kecuali kalau dunia mulai buram dan tiang-tiang kaki mulai rubuh.

"Somnus...-"

"Hanbin hentikan sekarang ju-"

REDLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang