W I N T E R

233 35 37
                                    

"Junhoe?" Aku terheran saat laki-laki jangkung ini muncul di saat waktu yang tidak tepat.

"Ah, Jinhwan. Maaf aku datang jauh jam. Bisa aku masuk?"

"Ya, tentu. Kopi? Teh? Moonshine ceri?"

"Tidak perlu. Apa kau sudah selesai berberes?" Junhoe melangkah masuk dan melepaskan mantel hijau nya. Pria itu membawa sebuah buku yang tergantung pada pinggangnya.

"Eh? Ehm.. ya baru saja.."

Aku menutup pintu dan menghampiri Junhoe yang sudah jauh masuk ke dalam. Pria itu menuju dapur. Setelah di sana dia mencari-cari sesuatu. Mungkin sebuah alat, yang penting aku tak tau benda macam apa yang dia butuhkan.

"Alkohol. Ada tidak?"

"Kau ingin minum atau alkohol?" Aku bertanya memastikan.

"Alkohol! Etanol, metanol, propanol, butanol, apapun!"

Sepertinya aku punya pemantik butanol. Di mana aku meletakkannya? Apakah masih ada di kamar?

"Oh, lupakan. Aku menemukan minyak," Junhoe meletakkan bukunya di atas meja. Dia pun membuka tempat penyimpanan minyak tanah dan mencelupkan jarinya.

"Ada apa dengan buku itu?" Aku pun bertanya, penasaran.

"Seseorang menghapus data dirinya dengan sengaja," Junhoe menjawab seraya mengusap-usap sela kosong dari buku itu.

Aku tak tau buku apa ini. Namun isinya adalah daftar nama dan jenis-jenis selongsong senjata laras panjang. Junhoe tampak kesal saat usahanya tak berbuan hasil. Dia mengeluarkan sepuntung rokok dan menyalakannya. Wajahnya terlihat berpikir keras tentang bagaimana dia memecahkan teka-teki ini.

"Apakah ini ada hubungannya dengan kematian Tuan Virgil?"

"Entah, tapi sepertinya iya. Kau tau kan Werewolf hanya bisa mati dengan perak," Junhoe menjawab dengan asap rokok yang keluar dari mulutnya.

"Sama halnya dengan vampir?"

"Ya. Setan-setan ini begitu berkelas"

Junhoe tampak begitu serius memerhatikan lembaran itu. Padahal tak ada sesuatu yang menarik perhatian. Biar aku beritau seperti apa Junhoe saat ini. Tangan kirinya memegang puntung rokok sementara yang kanan yang menopang badannya di atas meja makan. Rambutnya berantakan ditambah lagi asap-asap keluar dari mulutnya dan menutupi sudut-sudut mata. Tali suspender putih dan Kemeja kelabu dengan kancing atas yang nampaknya tidak pernah masuk ke lubang-

Ah baiklah..

Aku akan berhenti sampai di situ saja.

"Sejak kapan kau mulai merokok?" Aku pun bertanya, penasaran.

"Sejak misi keduaku di Italia. Seorang kenalan memberiku cerutu lalu kami merokok bersama di samping tangki bahan bakar pesawat"

Itu cukup berbahaya bagiku.

"Beberapa orang merokok untuk menunjukkan betapa kayanya mereka," lanjut Junhoe sambil membolak-balikkan buku tersebut.

"Bagaimana rasanya merokok?"

Junhoe menatapku, asap rokok keluar melalui hidungnya. Tatapan itu berbeda dari yang biasanya. Sesaat hening, pria itu kembali menghisap puntungnya yang masih panjang.

"Kau benar-benar ingin tau?" Ujarnya sambil bertolak pinggang. Lagi, asap-asap itu menutupi wajahnya ketika dia bicara.

"Lupakan saja.."

"Apakah gadis kebun itu ada di sini?"

"Dia sedang membawa kuda-kuda ke dokter hewan"

"Kemari.." Junhoe melambaikan tangannya padaku.

REDLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang