J O B

249 37 26
                                    

Aku kembali terbangun di pagi hari. Kali ini mentari tidak menerabas jendela. Kamar ini cukup pengap tanpa ventilasi yang bagus. Meski begitu entah kenapa aku, dan Chanwoo bertahan tidur di sini semalam. Jam bandul milik Bocah Tengik itu tergeletak di meja dan menunjukkan pukul enam pagi. Aku ingat benar kalau Hanbin harus bekerja pukul delapan. Kalau dihitung, aku pun juga sudah lama tak datang menghadap Kapten O'Shea. Lantai kamar ini cukup dingin tanpa alas karpet. Langkahku menuju keluar dan berjalan menuju dapur. Mungkin saja ada sesuatu yang-

"Yunhyeong!!?"

S.. s.. sedang apa dia di sini!? Bagaimana dia tau kalau aku..

"Oh, hai! Aku mencium bau kalian dan sampai kemari," jawab Yunhyeong.

Baiklah, terakhir kali seseorang muncul tiba-tiba dia bukanlah makhluk baik-baik. Aku tau werewolf adalah serigala, dan serigala termasuk keluarga anjing, dan anjing dapat mengendus bau. Namun apakah dia benar-benar Warlock tukang sayur yang selalu keliling London dengan gerobak kuda?

"Sepertinya kalian berpesta semalam. Ji Won dan Junhoe pun masih tergeletak di sana," Yunhyeong berkata.

"Ah, benar. Junhoe baru saja menyelesaikan misinya, dia memutuskan untuk merayakannya bersama kami"

Ingat Jinhwan, kau harus waspada.

"Aku ingin bicara pada Hanbin"

"Mengenai apa?"

Yunhyeong menghela nafas. "Akan kubicarakan setelah aku memasak sarapan untuk kita semua!" Jawabnya dengan sebuah senyuman.

"Baiklah, aku akan membangunkan Hanbin dan yang lainnya"

"Oh, ya ampun bau enak apa ini?" Donghyuk pun muncul. Dia terbangun karena mencium bau masakan. Wajahnya terlihat mengantuk sekali. Rambutnya yang gondrong dan berantakan itu tambah membuat kesan ngantuknya jadi besar. Kaos polos putih milik Hanbin dan celana pendek bergaris. Tak ada penampilan yang lebih santai dari Donghyuk saat ini.

"Siapa dia, Jinhwan?" Yunhyeong bertanya padaku

"Ini Donghyuk yang kau kenal. Bagaimana bisa? Ceritanya panjang," jawabku yang pada akhirnya membantu Yunhyeong menata meja terlebih dahulu.

"Kau sudah lupa denganku? Ah, biar.." Donghyuk menarik kursi dan duduk di atasnya.

"Bukan begitu, kemarin kau cepak dan sekarang rambutmu terlihat begitu lebat, Pastor"

Ah, ya.. aku rasa dia belum mendengar beritanya.

"Aku sudah bukan penceramah lagi. Panggil saja Donghyuk. Bagaimana dengan Elizabeth? Kudengar dari Tuan Virgil kalian sudah mengungsi dari London," Pria berambut gondrong itu pun bertanya sambil mengusap-usap wajahnya yang mengantuk.

"Teh atau kopi?" Tawarku.

"Teh saja, apa ada koran baru?"

"Oh, aku beli di jalan tadi. Bocah loper koran yang manis, jadi aku membelinya"

Aku berjalan menuju lemari dan mencari ketel air. Aku memindahkan sebuah wajan yang sudah tidak digunakan Yunhyeong. Sembari mengisi teko, aku berpikir. Sungguh aku masih tidak mengerti bagaimana bisa kami berada di tempat yang sama. Jika tujuh orang tinggal di rumah ini, aku yakin Hanbin tak akan sudi membayar tagihan per kepala. Lagipula, kenapa mereka semua mendadak ingin menghabiskan waktu bersama? Aku terbiasa dengan Donghyuk, Ji Won, dan Chanwoo.

Tapi ada apa dengan Junhoe dan Yunhyeong. Bagaimana dengan Elizabeth?

"Oh, aku ingat. Aku baru saja mendapat satu kantong darah dari rumah sakit. Mungkin Jinhwan bisa ikut panggilkan Hanbin untuk makan bersama," sahut Yunhyeong.

REDLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang