W A R M T H

215 35 27
                                    

A/n: sedikit nsfr (not safe for ramadhan), mohon baca setelah bedhug maghrib. Tapi kalo kalean g pwasa yaudin, lanjot.
.
.
.

Aku masih duduk di taman petang ini. Anginnya sejuk. Aku bahkan bisa melihat kandang kuda dari sini. Langit kemerahan, menjelang malam. Biasanya aku membangunkan Hanbin di saat seperti ini. Namun sekarang dia sudah berkegiatan layaknya manusia biasa. Meski begitu, aku masih khawatir dia bisa saja memperparah kedua tangannya itu. Hal yang terakhir aku inginkan adalah melihatnya jatuh sakit. Ah! Sudah, aku tak mau memikirkannya lagi.

"Jinhwan! Hanbin mencarimu!" Donghyuk memanggil dari dalam.

Rupanya dia sudah kembali. Aku pun bergegas. Mungkin saja Hanbin membutuhkanku. Chanwoo dan Ji Won keluar dari pintu bawah tanah. Keduanya tampak terguncang.

"Apakah kalian-"

"Tolong.. jangan bicara dulu dengan kami," Ji Won memutus perkataanku. Jarang-jarang dia seperti ini.

Baiklah, aku rasa mereka juga butuh waktu untuk memahami kenyataan. Langkahku kembali melaju ke aula depan. Namun aku tak menemukan Hanbin di sini. Bisa jadi dia ada di kamar. Lantai atas menjadi tujuanku saat ini. Sesampainya naik, aku mengintip ruang kerja Hanbin, kosong tak ada makhluk. Kembali aku berjalan sampai di depan pintu kamarnya yang tertutup.

Tok! Tok! Tok!

Aku mengetuk.

"Ini aku, Jinhwan.."

"Tidak ada yang melarangmu masuk"

Langsung saja aku masuk. Kamarnya agak sedikit berdebu. Aku belum sempat membersihkannya, tapi tetap saja rapi. Bunyi air datang dari kamar mandi. Hanbin sedang kesulitan melepaskan mantelnya untuk bebersih diri. Namun saat aku menghampiri dia malah menjauh.

"Sebelum kau menolongku, berjanjilah untuk tidak marah," ujarnya.

"Kenapa?"

"Sudah, janji saja"

"Baiklah aku janji tidak akan marah"

Aku melepaskan mantel Hanbin. Terasa agak berat di bagian lengan. Hanbin pun memunggungiku, nampaknya dia menyembunyikan sesuatu. Namun pakaiannya tidak bisa berbohong. Bercak merah pada mantel dan bau anyir, tangannya terluka.

"Kau tak bilang pada Donghyuk kalau kau terluka?"

Ting! Tong!

Bel pintu berbunyi.

"Biar aku saja! Pizzanya pasti sudah datang!!" Ji Won menyahut berteriak dari lantai bawah.

"Pak tua itu cerewet kalau aku begini," pak tua? Kau sadar siapa yang jauh lebih tua jika dibandingkan dirimu, Hanbin! Donghyuk tak jauh dari dua puluh dua tahun!

"Biar kulihat.." aku menarik tangan Hanbin yang lain dan menuntunnya ke tempat tidur.

Setan ini hanya menuruti perkataanku. Biasanya dia melunjak, tapi kali ini tidak. Mungkin dia sudah lelah dengan semua kekacauan ini. Lengan kirinya berdarah hebat. Bagaimana bisa dia menahan semua ini? Perbannya pun basah kuyup saking banyaknya yang dia keluarkan. Aku menghela nafas, sedangkan Hanbin si Vampir Tua hanya mengalihkan wajahnya dariku macam anak kecil yang habis jatuh dari sepeda.

"Kenapa bisa begini?" Aku bertanya seraya melepas perban yang sudah kotor itu.

"Terlalu banyak.. matahari"

Lagi, aku menghela nafas, lebih panjang dari yang sebelumnya.

"Bersihkan dirimu dan akan kuambilkan perban baru"

REDLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang