L O N E R

183 31 15
                                    

"Memenjarakan Charlotte akan sulit! Kita hanya punya buku pengakuan milik Helen dan sepotong jari telunjuk Tuan Virgil. Kita butuh lebih!" Donghyuk meracau saat kami menunggu sebuah taksi untuk pulang.

Hanbin? Dia sudah lebih dulu melompat ke Carnaby. Kami pun hendak ke sana karena dia bilang tempat itu aman untuk sementara waktu. Perkumpulan selesai. Ini pertama kalinya bagiku bergabung dalam diskusi serius bersama para Elite. Tegang, aku masih ragu untuk percaya pada siapa. Dengan kelengahan begini aku bisa ditipu daya dan dipengaruhi. Malam ini langit penuh awan. Aku harap ini bukan bulan purnama karena tentu saja aku akan berubah jika dia datang.

"Waktu semakin tipis, gereja bisa memanggil Hanbin kapan saja," timpalku.

"Jika mereka membekuk Hanbin lebih dulu.. uhuk! Siapa yang akan menggantikan kursinya dalam geng kita?" Pria itu bertanya sambil terbatuk karena sakit.

"Entah, dia yang tau banyak. Satu dari kita tak akan cukup, karena tiap-tiap kita terlalu kacau untuk memimpin.." aku menjawab dan menyimpan kedua tanganku dalam mantel.

Mungkin akan lebih baik jika menjadikan objektif utama dari masalah ini sebagai pemimpin. Dengan begitu tak akan ada yang protes soal kecacatan kinerja. Semua pasti juga setuju. Namun skenario terburuknya adalah, Jinhwan akan merasa bahwa dia bagian paling penting yang harus dilindungi. Tapi rasanya bukan masalah besar, karena toh ini semua juga tentang pria kecil itu.

"Haruskah kita bicarakan ini nanti?" Giliranku bertanya pada Donghyuk.

"Di hadapan Hanbin?"

"Ya, dia pasti mengerti"

Pria itu menghela nafas.

"Baiklah, akan kupikirkan sesuatu mengenai pengganti Hanbin"

"Taksi!!" Aku berteriak saat ada kendaraan dengan cat kuning hitam hendak melintas.

Hari ini berjalan cukup lancar. Bahuku pun sudah mulai terasa biasa dan bisa digerakkan. Kebanyakan serigala pulih cepat namun tidak langsung sembuh. Aku dan Donghyuk menaiki taksi.

=======

"Ayah, bisa aku pinjam buku lain?" Chanwoo tiba-tiba saja datang padaku. Dalam genggamannya sebuah buku yang tadi sore aku berikan.

Apa-apaan ini..

"Berhenti memanggilku ayah. Aku bukan ayahmu"

"Baiklah, tapi bisa pinjamkan aku satu buku lagi?"

"Kau merengek seperti anak kecil, Chanwoo. Berhenti, Kau sudah dewasa," bocah Tengik ini mulai membuatku tidak nyaman.

Dia menghalangi langkahku menuju dapur. Memangnya ada kekacauan apa sih? Toh biasanya juga kacau kenapa harus ditutupi.

"Chanwoo.."

"Satu buku saja!"

"Baiklah! Ambil sesukamu! Toh kau juga tinggal di sini!"

Chanwoo berlari menuju ruang baca. Mungkin nanti malam dia akan menggelar kantung tidur di dekat perapian sambil membaca. Tak ada yang bisa mencegahnya.

"Jinhwan!"

"Ya!?" Pria itu berteriak dari dapur.

"Bawakan baju ke kamarku"

"Segera!"

Malam berubah silir semenjak daun mulai kehilangan warna hijau. Kami, para Warlock setuju untuk menindaklanjuti isu mengenai penelitian ilegal yang dilakukan oleh Juliana Dickens dan Lutece Kembar setelah perdebatan alot. Beberapa isu dan rumor mulai kembali terangkat. Aku berjalan menaiki tangga dan menuju ke kamar. Tak henti aku memikirkan apakah nanti Charlotte akan memenangkan pertarungan. Bagaimana dengan nasib enam orang yang aku pikul ini?

REDLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang