G R A D

326 54 20
                                    

Hanbin menyadari sesuatu. Luka di kedua tangannya hilang. Hilang seperti tidak pernah terjadi apa-apa di sana. Ditambah dia bisa berdiri di bawah matahari tanpa payung hitamnya. Vampir itu masih berusaha menyadarinya. Wajahnya menengadah, dan kemudian tangannya menutupi silaunya matahari siang ini. Hangatnya sungguh terasa. Dia menatapku, tidak percaya. Kemudian berlari dan kembali memelukku.

"Terima kasih.. Demi Tuhan manapun yang ada di dunia ini... aku bersyukur sekali..."

Aku tau bahwa setiap iblis juga bisa menangis, bahagia, dan tak lupa amarah. Tak apa. Kubalas pelukannya, karena dia memang pantas mendapatkan semua ini. Setidaknya itu yang aku pikirkan. Senang rasanya melihat tuanku bahagia. Meski aku tidak tau kutukan mana yang sudah menjangkitnya selama ini.

"Inspektur!"

"Kau sebaiknya pulang juga. Lupakan tentang kasus yang tadinya kau kerjakan kalau masih ingin hidup," ujar Hanbin sambil melepaskan pelukanku tiba-tiba.

Chanwoo mengambil topinya yang terjatuh, dan kembali ke kantor polisi.

Aku berjalan ke arah Deimos. Kuda yang baik. Aku sempat berpikir akan kehilanganmu. Sedikit belaian mungkin bisa membuatmu senang. Mengenai kau yang bicara tadi, aku agak terkejut. Seperti nama yang Hanbin berikan, kau berdiri di tengah kekacauan. Yah, maafkan aku. Ketika aku hendak menaikinya, Hanbin sudah lebih dulu naik di atas Deimos. Sayangnya aku tidak terbiasa naik kuda tanpa sadel.

"Kalau begitu... aku akan jalan kaki"

"Siapa juga yang ingin memberimu tumpangan? Ayo, Deimos.."

Terlepas dari rasa terima kasihnya, dia masih seorang vampir tua menyebalkan. Sudahlah, tidak ada artinya lagi. Angkat saja beban dunia itu seperti Atlas. Dasar bodoh. Sepertinya aku menyesal sudah melakukan hal bodoh di dalam batinku tadi.

Atau memang tidak sama sekali. Toh, aku juga tidak tau. Kita lihat saja.

Bajuku agak kotor. Haruskah aku membantu Everest sambil menunggu Reverend? Aku sudah makan, sih. Tapi mampir ke Butterbeer untuk menyapa Junhoe sepertinya bakal menyenangkan. Aku belum selesai membereskan kamarnya sih. Lantai bawah sudah kubersihkan semuanya. Jemuran? Everest yang mengurusi. Baiklah, aku akan kembali ke puri. Melihat beberapa hal yang bisa dikerjakan. Semoga hari ini Hanbin tidak minta yang aneh-aneh.

"Yo! Jay! London kota yang sempit bukan?"

Oh, orang nyentrik itu lagi! Siapa? Iya, Ji Won. Dia terlihat dengan sekopnya yang terbungkus kain. Pria ini tampak lebih besar dari terakhir kali aku menjumpainya di bar. Apakah dia mau ke pemakaman?

"Apa kau ingin menggali?"

"Ya, di sebuah puri besar di dekat Buckingham, Westminster Manor. Kau mau ikut? Itu tempat tinggal Sang Putri"

Kalaupun ada anggota kerajaan yang meninggal, pasti jalanan sudah ramai. Berita apa yang datang dari sana? Sudah lama aku tidak mendengar dari Putri Mary. Mungkin saja Hanbin tidak akan keberatan jika aku bermain sedikit ke kerajaan.

-------

"Apakah kau tukang gali kuburnya?" Ujar seorang pelayan berbadan tegap dari balik pagar.

"Ya! Kau punya lahan, kau punya uang, kau punya mayat, akan kubuat rumah minimalis untuk mayat yang malang itu. Aku ingin tidur siang, jadi ayo selesaikan"

"Tuan Putri tidak ingin seseorang yang tidak diperlukan berada di sini"

"Oh dia bersamaku. Tenang saja, anak baru di Westminster. Bolehkah?"

"Ya, tentu silahkan. Buka gerbangnya!!"

Aku tidak pernah masuk ke komplek kerajaan. Ini pertama kalinya bagiku. Kebun depannya sangat luas dengan air mancur besar, juga beberapa penjaga dengan topi bulu yang tinggi. Beberapa tukang kebun memangkas semak pagar. Oh, mereka pasti digaji lebih pantas dariku. Apakah Hanbin bakal menurut kalau aku menuntut naik gaji? Bisa dibilang aku cemburu mengenai hal berwarna hijau yang mereka terima. Terlepas dari semua itu kepala pelayan mengantar kami masuk jauh ke dalam puri. Banyak lukisan para Putri yang pernah tinggal di sini. Koran jarang sekali menyorot tentang Putri Mary. Aku rasa karena Sang Putri sendiri tidak keluar banyak, kecuali untuk acara penting. Ji Won merangkulku. Dia tinggi dan aku merasa sedikit berat pada bahuku, ditambah aku belum pulih dari efek samping kekuatanku.

REDLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang