N E W

469 61 18
                                    

Hari pertamaku di kepolisian berujung dengan pemotongan gaji untuk biaya pengangkutan dan perbaikan mobil patroli. Bersyukur saja dibagi dua bersama Chanwoo. Sebenarnya agak tidak enak juga, tapi mau bagaimana lagi? Apakah aku harus meminta seseorang untuk mengajariku menyetir kendaraan biasa? Bahkan Chanwoo sendiri tidak bisa menyetir. Junhoe tidak tampak kalau dia memiliki sebuah mobil. Yunhyeong? Entahlah, meski pakaiannya semalam cukup necis, aku tidak yakin dia punya satu. Hanbin? Dia tidak perlu mobil, setidaknya itu yang aku pikirkan sekarang. Akan sangat menyedihkan kalau aku minta diajari oleh kapten. Yang bisa aku lakukan dalam keadaan 'normal' di kota ini hanyalah berkuda. Hanya saja, kuda ini tau kemana aku mau pergi, atau ini hanya firasatku saja. Aku memang berniat ke 'Raisins', bar milik Junhoe, setelah mengambil beberapa kantong darah. Aku harap mereka tidak terkoagulasi terlalu cepat dalam sadel kuda.

Kuda ini terlalu pintar untuk seekor kuda.

Klinting!

Bel berbunyi ketika aku membuka pintu bar.

"Kami belum buka-. Oh, Jinhwan!-" Junhoe menyapaku. Dia tampak sedang bersama seseorang.

Tali suspender, kaos kumal, dan celana kain hitam. Yang aku tidak suka, dia menyisir rambutnya dengan pomade. Bodoh, pikirku.

"Ini Ji Won! Pelangganku yang selalu datang sebelum aku buka," orang bernama Ji Won itu menoleh.

Dia tidak buruk. Aku menarik kembali kata-kataku. Tindik salibnya yang menggantung menarik perhatianku. Apakah dia teman aneh dari pastor?

"Panggil aku Bobby, kalau ada orang inggris. Bodohnya mereka tidak bisa mengeja Ji Won dengan benar, sekalipun aku beritau jutaan kali"

"Ya, kau fasih juga. Dengan aksen yang berbeda tentunya. Apa kau dulunya koloni Inggris di Amerika? Junhoe, aku minta susu," Aku bertanya sambil memesan. Semua orang terlihat lebih tinggi dan membuatku ingin lebih banyak minum susu.

"Tepat sekali, aku baru lima bulan di London. Westminster agak tertarik padaku," jawabnya dengan santai.

"Aku tidak terkejut, karena tindik di telinga kananmu"

"Yap! Tuhan adalah cahaya langit dan bumi. Aku seorang tukang gali kubur"

Apakah Westminster ini benar-benar membuat lowongan kerja baru?

"Kenapa? Kenapa tukang gali kubur?"

"Belakangan aku menerima laporan, beberapa eksorsist dan satanis mati dan arwahnya gentayangan sehingga mengganggu penghuni sekitar di London. Bakatku adalah mengubur sesuatu dan membuatnya damai"

Pada dasarnya, semua makhluk yang kau kubur akan mati, entah masih hidup atau memang sudah tak bernyawa. Gaya bicaranya yang mengganti 'seseorang' menjadi 'sesuatu' membuatku tertarik. Tapi intinya, aku yakin kalau dia asalah salah satu teman aneh dari Pastor Kim Donghyuk.

"Kalian para pastor tidak boleh mabuk-mabukan"

Ji Won tampak geli dan tertawa lepas mendengarnya.

"Maaf kawan, tapi kerahku sudah ditarik oleh Vatikan jauh beberapa bulan yang lalu. Aku hanya tukang kubur. Tidak apa-apa kan kalau tukang kubur ini mabuk sedikit?"

"Boleh aku tau kenapa alasannya?" Junhoe yang sedari tadi hanya menyimak, kini mengajukan pertanyaan.

"Aku ini nihilis"

"Nihilis?" Aku dan Junhoe kompak bertanya.

"Menolak ajaran agama dalam bentuk apapun. Aku punya alasanku sendiri sih. Maaf saja aku tidak mau jawab. Aku takut kalau kalian mengikuti jejakku. Halelu-yeah!" Ji Won menenggak habis segelas Martini yang ia pesan

REDLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang