M A N

208 38 8
                                    

Ya. Tak perlu ditanya lagi. Sesungguhnya aku percaya pada Jinhwan. Namun tak banyak yang bisa aku uraikan. Aku yakin dia bisa menjaga dirinya sendiri, meski lebih sering terpancing ketika bersamaku. Wenceslas seharusnya sudah mengerti apa yang harus dilakukannya ketika aku menyerahkan sebongkah berlian.

"Empat... puluh tiga.. itu berarti pelakunya.. adalah seorang tukang cuci di kastil itu,"

Ada sebuah pembunuhan di istana tadi malam. Ratu sendiri yang mengundangku ke dalam. Sebuah pesta dansa kerajaan di tengah gemuruh perang. Sang Ratu mungkin ingin menghibur diri dan Raja George setelah semua kabar tak berwarna dari baris depan. Korbannya? Duke of Lambeth. Entah apakah ini berhubungan politik atau tidak. Tapi yang jelas si pembunuh punya nyali yang cukup besar di sini.

Nyut! Nyut!

Luka-luka ini memaksaku untuk berhenti menulis. Ini siang hari dan jelas aku tak bisa kemana-mana setelah Jinhwan minggat. Nyeri. Sakit sekali. Aku memegangi pergelangan, tempat di mana sakitnya paling liar.

"Jin-"

Sial! Aku mulai rindu.

Benar, dia sudah tidak di rumah ini lagi. Aku sendiri yang mengirimnya ke Manchester, namun kenapa aku lupa. Jam satu siang dan aku yakin tak mendengar Everest menginjakkan kaki di kebun atau membuka pintu belakang. Apakah dia pergi ke dokter hewan? Paling tidak dia bisa pamit dulu padaku sebelum pergi.

Tok! Tok!

"Eve? Masuklah..."

"Maaf, Tuan. Nyonya Guinnevere datang berkunjung"

Gwen? Oh sial. Aku sedang tak ingin kedatangan siapapun hari ini, kecuali Donghyuk. Bisakah aku mengusirnya untuk sekali saja dari rumahku? Ugh! Menyebalkan sekali. Di saat seperti ini pula aku harus menahan sakit ketika bicara padanya. Semoga dia tidak akan mengatakan hal-hal atau permintaan aneh lainnya.

"Masuklah.."jawabku sedikit kesal.

Wanita itu melangkah masuk. Blus ungu, celana hitam, dan kedua matanya yang tertutup sehelai kain. Siapa yang menyangka kalau dia sudah melek akan keadaan sekitarnya. Baguslah, dia tidak terus-menerus dalam gaya Victorian. Toh orang-orang bisa menganggapnya gila. Paling tidak itu sebuah kemajuan. Dia tidak menarik kursi, hanya berdiri.

"Aku ingin berjalan-jalan ke taman denganmu," ujar Guinnevere tepat setelah dia berhenti melangkah.

"Kau ingin aku mati atau apa?"

"Jay Kim sudah tak lagi bersamamu?"

"Apa pedulimu? Dia pelayanku dan kau bukan pesuruhnya"

"Baiklah.."

"Kau gila!? Kalau kau punya masalah kau bisa cerita pada nenek tua pengasuhmu itu!! Mengabdi padaku!? Yang benar saja! Kau bahkan tidak mau melihat dunia dari sudut pandangmu! Bagaimana kau bisa melihat dunia dari sudut pandang seorang Warlock!!?" Aku melunjak ketika Guinnevere mengangkat tangannya. Apakah semua Nephilim sebodoh ini? Mereka hanya berpikir pakai hati, dan hati mereka bodoh sekali.

"Aku, Guinnevere Morgan-"

"Astaga! Pergi atau aku akan hubungi Charlotte!"

"Puteri Uriel, meminjamkan kekuatanku pada Tuan Besar Pandemonium, Hanbin Kim, sampai petang karena aku ingin jalan-jalan dengannya. Selesai"

Yang benar saja. Jauh-jauh kau kemari hanya untuk jalan-jalan ke taman. Aku tidak suka skandal. Terlebih jika seorang Elit melihatku. Mereka pasti meminta penjelasan! Untung saja tak ada anggota yang kenal dengan wajahku. Tapi tetap saja kenapa dia ingin mengajakku jalan-jalan?

REDLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang