C A R M E N

366 53 5
                                    

Baiklah, bekerja di kantor polisi pasti akan berjalan mulus. Itu kan hanya mimpi. Semoga saja. Aku hanya perlu melakukan kebalikan dari apa yang terjadi bukan? Maka semuanya akan baik-baik saja. Entah apa karena aku takut atau bagaimana, tapi kantor polisi tampak lebih besar dari biasanya. Aku mulai melangkah dengan segelas kopi yang sudah aku beli untuk Chanwoo, sebagai maaf karena aku sudah absen kemarin. Selangkah, lalu dua langkah, dan aku masuk ke dalam. Kapten yang melihatku langsung datang menghampiriku.

"Inspektur bilang kemarin kau absen. Ada apa?" Syukurlah dia tidak tampak marah.

"Maaf, kapten. Aku pulang perang dengan beberapa luka, aku harus menemui dokter"

"Baiklah, coba katakan itu pada rekanmu yang sedang kelelahan setelah jaga malam itu," kapten menunjuk Chanwoo yang sedang tertidur di atas mejanya.

"Saya permisi, Kapten O'Shea. Selamat bertugas"

Kapten hanya memberiku hormat sebelum dia pergi. Aku melanglah menuju meja milik Chanwoo. Dia bahkan sudah bangun ketika aku sampai. Aku menyodorkan kopi dan dia langsung meminumnya.

"Terima kasih... aku sangat butuh ini.."

"Di saat semua orang yang punya meja di sini tidak pakai seragam, kecuali kapten tentunya, kenapa hanya kau yang pakai seragam?" Ujarku bertanya, apakah Chanwoo yang nyata memiliki alasan yang sama dengan Chanwoo di dalam mimpiku.

"Oh, aku detektif junior, tapi surat promosiku tertahan karena beberapa alasan. Jadi kapten memberiku meja dan beberapa kasus kecil untuk menghiburku," jawab raksasa itu.

Sejauh ini baik-baik saja. Aku harap tidak ada orang jerman yang menghentikan waktu dan menembaki kami berdua. Juga semoga saja aku tidak berubah karena menyentuh barang milik orang lain. Chanwoo menenggak kopi yang aku berikan dan dia tampak menyukainya. Syukurlah, aku harap dia tidak marah karena aku meninggalkannya untuk sehari.

"Ngomong-ngomong. Kasus yang kita kunjungi TKP-nya kemarin, akan diselidiki oleh Inspektur sendiri. Karena mungkin saja kasus ini ada hubungannya dengan kasus kematian Tuan Sebastian Bach," ujarnya lagi setelah dia menaruh gelas kopi di atas meja.

"Kenapa?"

"Koroner berkata, lebih baik kita jauh-jauh soal ini"

"Ada lagi yang dia katakan?"

"Beberapa organ dalamnya hilang. Seperti jantung dan empedu. Entahlah, aku rasa ini aksi satanis. Korban juga mendapat beberapa cakaran hewan di tubuhnya."

"Apa kau yakin kalau korban tidak mencakar dirinya sendiri?"

"Kukunya dicabuti satu-satu dan dibuang entah kemana. Bekas cakaran itu juga sejajar, tidak seperti bekas cakaran kuku manusia. Apa kau berpikir ini seperti ritual memanggil setan?"

"Aku rasa tidak. Apa kau berpikir begitu karena badannya ditemukan pada salib yang terbalik?"

"Darimana kau tau?"

"Aku baca berkasnya saat kau tidur. Setidaknya sebelum dibawa ke ruangan Inspektur," ujarku berbohong.

Kebanyakan yang mimpiku katakan adalah kenyataan. Meski ada beberapa hal yang tidak terjadi. Rasa khawatirku masih menyerang ketika bagian paling buruk dari mimpiku belum memiliki hal yang pasti. Sekarang ini aku hanya duduk berdua dengan Chanwoo di mejanya. Pria itu pasti kebosanan karena kasusnya diambil alih oleh Hanbin. Kantung matanya bicara banyak hal. Barangkali dia begadang sepanjang malam memikirkan pekerjaannya. Untuk beberapa alasan, Chanwoo mengambil sebuah kertas dan pena sebelum kemudian menggambar sesuatu di atasnya. Seekor ular, mengelilingi dunia, dan.. menggigit ekornya sendiri. Oh, itu Jörmungandr. Ular dunia dalam mitologi dari daerah seberang. Thor mati karena bisanya. Tapi untuk apa dia menggambar itu?

REDLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang