B A C K

218 30 18
                                    


.

.
.

Fiktif.

Tidak nyata.

Palsu.

Bohong.

Tertutupi.

Setidaknya itu yang berada di kepala Jinhwan saat ini. Aku tau Chanwoo tidak bermaksud jahat, mungkin dia benar namun pada waktu yang salah. Jinhwan begitu terguncang dan begitu menanyakan eksistensinya di dunia ini. Tak hanya diri dia sendiri, terkadang dia pun 'tak percaya' kalau semua ini nyata. Apakah dia masih akan menganggap Hanbin sebagai sesuatu yang-

Sial..-

Brakk!!

Sesuatu menimpa punggungku dari atas. Apapun itu sepertinya benda hidup jatuh. Semoga aku tidak mendapat masalah punggung-

"London.."

"Hanbin!?"

Paling tidak ini bukan sebuah berita buruk.

"Hik! Dongdongpayahkaumembuatku jatuh.. hik!"

Hah?

"H.. Hanbin!?"

Ada apa dengan setan ini yang tiba-tiba saja menimpaku. Dari sekian banyak celah dan dia memilih untuk menindihku. Oh, Tuhan! Dia berat sekali. Lantainya pun menjerit-jerit. Bau alkohol menyeruak dan aku yakin dia mampir ke bar sebelum kembali ke sini.

"Hanbin!"

"Hidupbegituberaaaat~~... kenapa tidak rayakan denganku, Dongdong?"

"Kau mabuk! Kalau kau tidak kuat minum jangan siksa dirimu!"

"Ehe.. Ehehehe..-" Hanbin tertawa dengan wajahnya yang pucat dan sedikit merah.

"Dongdongku~~♡... ahahahahahaha!!"

Akhirnya dia pun bangkit dan berlarian kesana-kemari. Tidak biasanya dia gila. Entah apa yang dimasukkan si bartender dalam apa yang dia minum. Langkah derapnya terdengar senang, tanpa beban emosi. Untuk berjaga, aku pun mengikutinya ke lorong. Jalan sempoyongan dan membentur kayu-kayu dinding.

"Ada apa?" Ji Won yang baru saja tiba dari luar bertanya padaku.

"Hanbin.. ehm.. senang setengah mati?"

"Дас вреданя Блять! (Sampai jumpa lagi bangsat!!)" Hanbin berteriak, gila dalam bahasa Rusia.

Duk! Duk! Duk!

Kini dia membenturkan kepalanya ke dinding. Beruntung Tuan Dyatlov tengah pergi ke bar untuk minum.

"Mungkin dia juga depresi setengah hidup," tanggap Ji Won.

"Kenapa berisik sekali? Ini sudah mau mala- lho.." Chanwoo pun mematung di depan kamarnya.

Syukurlah Hanbin tidak kembali membenturkan kepalanya. Vampir itu kembali berjalan sempoyongan. Kali ini kakinya oleng melangkah masuk ke kamar Jinhwan.

"Ayo kita ikuti. Kalau sesuatu terjadi paling tidak kita bisa mencegahnya" aku mengajak. Ji Won dan Chanwoo mengangguk. Kami bertiga pun diam-diam ikut memasuki kamar Jinhwan.

Dia sendiri sedang duduk di atas ranjang sambil memeluk kedua kakinya. Anak malang. Tanpa dia ketahui Hanbin sudah duduk dihadapannya. Aku harap tak ada kejadian gila. Namun perasaanku sama sekali tidak enak.

"Kau sedih..? Heeeeyyy.. kenapa kau sedih..??" Hanbin yang mabuk bertanya pada Jinhwan.

"Pergi, kau hanya ilusi.."

REDLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang