D U T Y

512 87 15
                                    

Ya, pria itu menyeretku kembali pulang. Aku tidak tau apa yang menjadi masalahnya. Sepertinya sesuatu telah terjadi, pasalnya aku melihat Pastor Kim Donghyuk berdiri di depan puri. Aku membukakan pintu untuk Hanbin dan beliau, sebelum aku masuk kedalam puri. Suara bantingan kaki Hanbin membuat telingaku sakit. Tentunya dia sangat kesal malam ini. Pastor dengan tergesa-gesa mengikutinya ke sebuah ruangan di lantai atas. Aku tidak mengerti, apakah ini salahku? Dia menjemputku di bar dengan sangat kesal. Meski ini bukan kali pertama aku dimarahi, tapi tetap saja aku merasa tidak enak padanya. Perlahan aku mengikutinya. Hanya ada satu pintu kayu besar yang ada di hadapanku sekarang ini. Aku menempelkan telingaku di pintu dan mulai menguping.

"Apa yang kau katakan!? Aku tidak bisa membiarkan kediamanku diketahui oleh seekor serigala!! Aku menolak kasus itu!!" Aku mendengar Hanbin membentak.,1

Kasus?

"Hanbin, dengar.. keamananmu akan terjamin oleh Westminster-"

"Kasus ini bukan hanya menyangkut serigala dan penyihir. Tapi seluruh Warlock Klub Pandemonium!! Tutup kasus ini sekarang juga kalau Westminster tidak mau menangani hal buruk seperti tiga ratus tahun yang lalu!!"

Apa yang sedang mereka bicarakan.

"Untuk itu Tuan Bach mengirimkan bocah itu padamu!"

"Siapa!? Jinhwan!? Dia hanya seorang mortal!!"

"Apapun keputusanmu. Westminster tidak akan berubah pikiran. Kau akan menangani kasus ini suka ataupun tidak!!" Pastor Kim menaikkan suaranya.

Aku rasa aku sudah mendengar cukup banyak. Perlahan aku mengengkat kepalaku.

KRAAKKK!

Sebuah pisau menancap dan sedikit menembus pintu itu. Jaraknya hanya satu inci dari mataku. Tubuhku mendadak lemas. Kepalaku bisa saja pecah jika aku bergeser sedikit saja.

"Siapa yang menyuruhmu menguping!!?"

Aku rasa ini juga akhir dari hidupku. Seseorang membuka pintu. Kulihat Pastor Donghyuk berpura-pura melihat ke kanan dan kiri.

"Pergilah, sebelum dia kemari," bisiknya.

Aku sempat ingin berlari. Namun sesuatu seperti menusuk dan meraih jantungku. Semua langkahku terhenti, mataku terbelalak. Aku terjatuh pada lututku begitu saja. Rasanya sakit sekali, namun tenggorokanku terasa rapuh dan kering.

"KIM HANBIN!! DEMI TUHAN!! UNTUK APA KAU MENGAMBIL JANTUNGNYA!!?" Pastor berteriak.

"Bawa dia kemari"

"Kau keterlaluan, Hanbin!"

"BAWA DIA KEMARI! SEKALIPUN KAU LAPORKAN HAL INI PADA WESTMINSTER, JANGAN HARAP AKU AKAN MENANGANI KASUSMU!!"

Aku merasa lemas. Pastor Kim merangkulku dan membawaku memasuki ruangan. Tampak redup dan remang-remang. Inikah kamarnya? Baunya seperti darah dan membuat bulu kudukku merinding. Terlepas dari itu semua, aku bisa melihat matanya dengan jelas. Sepasang mata berwarna cokelat keemasan, menatap dengan niat merendahkanku. Tangannya menggenggam kuat sesuatu. Seperti jantung, namun membeku, entah apa.

"Kau tidak apa-apa?" Pastor bertanya padaku.

Yang jelas aku terlalu lemas untuk menjawabnya. Aku perlahan jatuh dari rangkulan. Semuanya terasa sakit. Nafasku semakin berat.

"Kim Hanbin! Hentikan sekarang juga!! Atau akan kubacakan Alkitab padamu!!"

Rasa sakit itu perlahan menghilang. Aku perlahan berdiri di atas kakiku dengan bantuan Pastor Kim.

"Keluar kalian berdua. Membuat kepalaku sakit saja," ujarnya sedikit lebih tenang.

Pastor Kim kembali merangkul dan membantuku berjalan menuju kamar. Tangga yang tadi kunaiki sepertinya memiliki anak tangga tambahan. Aku sempat mendengar pastor berceloteh tentang kepribadian si Tuan Rumah, namun aku tidak terlalu mendengarkan. Pria itu membaringkanku di atas ranjang begitu kami sampai di kamarku. Dunia seperti berputar. Rasa sakit itu belum hilang sepenuhnya.

REDLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang