Kasih putih.. :*

615 12 1
                                    

Keesokan harinya...

"Sedalam yang pernah kurasa.. Hasratku hanyalah untukmu..Terukir manis.. Dalam renunganku jiwamu jiwaku menyatu.. Biarkanlah kurasakan.. Hangatnya sentuhan kasihmu.. Bawa daku penuhiku.. Berilah diriku kasih putih dihatiku" dengan bermodalkan gitar ditanganku, dan dengan rasa teramat bahagianya, pagi itu aku melantunkan lagu favoritku dengan manis di depan Digo. Aku menghampirinya yang pagi itu tengah berada di kelasnya. Sebenarnya sih aku melakukan itu buat ngucapin rasa terima kasih atas perhatiannya kemarin. Dia menjagaku meski aku tak jujur padanya. Digo yang tahu aku menghampirinya, dengan wajah bahagia yang sama ia menunjukkan senyum manisnya padaku. Selesainya aku melantunkan satu lagu penuh di depannya, aku pun kemudian mengakhirinya dengan tersenyum.

"Waahh,, nggak ada receh tuh!! Maaf yah!!" ucapnya menggodaku. Tak apalah nggak ada receh, uang kertas juga boleh. Lhoh!? Mendengar kata-kata Digo seperti itu aku hanya bisa tersenyum tersenyum dan tersenyum.

"Nggak ada receh, tapi adanya ini nih! Nggak apa-apa kan?!" tambah Digo kemudian sembari menyodorkan sesuatu padaku. Jeddeeerrr,, you know what?! Bunga!! Dia kasih aku bunga mawar putih!! Aaaarrrrggg,,, cintaku klepek klepek sama diaa.. Sayangku klepek klepek sama diaa..

"Digoo, selalu begini deh. Niatnya tadi aku yang mau bikin kamu klepek-klepek. Tapi endingnya, selalu aku yang ngerasain klepek-klepek. Huuuhh! Kenapa selalu gagal sih!? Tapi makasi ya sayang bunganya..." ucapku kemudian padanya. Dan satu hal lagi, menjepit hidungnya adalah cara aku berterima kasih. Hidungnya yang mancung itu selalu membuatku gemes gemes gemess...

"Sisi, kamu nggak pernah gagal kok. Kamu nggak pernah enggak ngebuat aku klepek-klepek. Setiap hari tanpa kamu merencanakan itu, aku selalu merasakannya..." jawab Digo yang semakin membuatku 'terbaaang'. Tapi itulah Digo yang selalu bisa membuatku tersenyum bahagia meski itu hanya hal kecil. Simple love!!

"Hadeeehhh nih anak dua, bubar bubar bubaarr!! Udah mau bel masuk keleeesss. Di lanjutin entar aja deh pacarannya!!" ucap salah satu teman kelas Digo pada kita. Hihihii... Itu mah sirik namanya, bukan sok-sok'an ngusir karena mau bel. Ok, aku tahu sebenarnya buanyak sekali yang iri dengan hubunganku dengan Digo. Mungkin lebih tepatnya iri sama aku. Banyak yang berpikir kenapa seorang Digo bisa memilih aku sebagai pacarnya. Prestasi-prestasi yang aku dapat untuk sekolahku tak mengurangi rasa iri perempuan-perempuan lain yang menyukai Digo. Mereka beranggapan, aku yang bertubuh kecil ini hanyalah berdiri di atas popularitasanku karena prestasi. Maksudnya sok pinter gitu, bukan karena memang aku terlihat cantik dan menarik seperti anggapan laki-laki lain. Sedih itu pasti saat mereka dengan beraninya mengucap kata-kata yang tak pernah aku ingin dengar, tapi karena aku yakin Tuhan adil atas hal ini. Dan keamarahanku pun tak akan pernah tersulut karena aku pribadi menahan untuk itu. Simple!!

"Ya udah balik gih!!" ucap Digo kemudian yang menyuruhku pergi. Sheeeetttt,, bukan bermaksud untuk tidak mendengarkan perintahnya, namun di waktu yang bersamaan aku menoleh ke arah pintu kelas Digo dengan cepat. Karena merasa sedari tadi aku tengah diperhatikan seseorang. Namun saat aku mencari sosoknya dari jauh, aku tak menemukan orang itu.

"Kenapa?!" tanya Digo yang bingung dengan sikapku.

"Hah?! Nggak apa-apa. Ya udah aku masuk kelas yah!? Daa sayang..." jawabku yang kemudian berlalu dari Digo. Sempat untuk mencari tahu lebih dengan orang yang mengamatiku dan Digo, namun aku kemudian mengurungkan niatku untuk itu. Ya udah lah yaa, mungkin firasat aku aja. Tapi saat aku berada di depan kelas Digo, aku menemukan sesuatu yang terjatuh di sebelah pintu kelas yang terbuka. Dengan cepat aku mengambilnya karena aku tahu itu milik siapa.

------

My Love. My Life [ Tuhan, kenapa harus aku!? ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang