Berakhir... ('・_・')

508 25 5
                                    

Merasakan hangatnya pelukan Digo saat itu, ternyata benar-benar membuatku yakin jika Digo lebih memilihku dari pada Thea. Meski hati ini masih merasakan sakit, tapi setidaknya sakit itu tak akan singgah lama seperti yang aku duga. Obat akan sakit itu hadir dengan sendirinya. Dan bisa di bilang, obat itu berusaha ada untuk tidak membuat sakitku bertahan lama. Digo kembali padaku, dan berusaha menyembuhkan sakit ini meski ia telah melakukan kesalahan. Saat itu rasa kecewa, sakit, marah, sedih akan hubungan mereka memang membuatku lemah, tapi tanpa harus meminta dan memohon pada Digo, dengan sendirinya Digo kembali padaku, dan aku akan berusaha melupakan semua itu dan memulai lembaran baru....

Namun, belum puas aku merasakan kehangatan akan pelukannya, kemudian Digo melepas pelukannya dariku. Digo pun kemudian menatapku dengan tajam. Dan aku yang kali itu masih meneteskan air mata juga melakukan hal yang sama, menatapnya dengan tajam dan penuh kebahagiaan. Digo yang melihat jika wajahku berantakan karena menangis, ia pun dengan sigap mengusap air mata yang membasahi pipiku dengan lembut. Merasakan kelembutan itu, aku pun tersenyum padanya.

"Digooo..." ucapku lirih menyebut namanya.

"Kamu itu orang baik. Kamu itu wanita tegar meski aku tahu jika wanita itu punya titik kelemahan. Kamu itu wanita hebat. Dan kamu itu wanita yang luar biasa..."ucap Digo kemudian. Kata-kata itu terdengar lirih romantis di telingaku. Dan dia yang sedari tadi mengelus pipiku dengan lembut juga memberi tanda jika ia masih menyayangiku. Mendengar itu, aku hanya bisa tersenyum padanya.

"Aku akuin jika aku adalah laki-laki yang bodoh karena aku menyakiti wanita baik seperti kamu. Kamu itu terlalu baik untuk disakitin sama laki-laki pengecut seperti aku. Dan lebih jahatnya lagi jika aku tak mengakhiri semuanya dan membuat kamu terus merasakan sakit. Maafin aku!!" jelas Digo melanjutkan. Mendengar pernyataannya, aku pun menganggukan kepalaku dengan pelan.

"Maafin aku, Si, kalau aku memilih untuk mengakhiri semuanya sama kamu!!" lanjut Digo kemudian. Dek! Mendengar kata-kata Digo yang terakhir membuatku tersentak. Sangat tersentak karena diakhir kata-katanya dia memutuskan mengakhiri hubunganku dengannya. Tanpa aku sadari, pelukan Digo itu adalah pelukan yang mungkin akan menjadi pelukan terakhirnya untukku. Dan ternyata, dia lebih memilih Thea dari pada aku. Digggooooo!!!!!

Dan mendengar pernyataannya itu, senyumanku pun hilang seketika dari raut wajah bahagiaku sebelumnya. Rasa bahagia itu juga ikut sirna bersama hilangnya senyumanku. Aku pun kemudian menatapnya penuh ketidakpercayaan. Menatapnya tajam berharap jika dia berbohong untuk itu. Apa kamu tak tahu jika mata ini memperlihatkan jika aku masih mengharapkan kamu kembali??!

"Maaf!!" ucap Digo yang terus mengucap kata maaf padaku. Tak menghiraukan itu, aku pun kemudian melepas tangannya dari pipiku. Begitu pun aku, seketika melepas kedua tanganku dari tubuhnya. Belum kering air mata yang telah terusap, kini ia mengalir lagi tanpa harus aku memaksanya mengalir. Dan kali itu, Digo pun membiarkannya mengalir.

"Sakit Digo, sakiiitt banget mendengar kata-kata itu. Kata yang tak pernah ingin aku dengar dari bibir kamu..." ucapku kemudian. Hanya bisa menangis memperlihatkan betapa sakitnya aku akan kenyataan ini.

"Sii, aku bener-bener minta maaf sama kamu! Aku bukan orang yang baik buat kamu. Dan orang yang baik buat kamu itu adalah Ega. Dia pantas buat kamu. Dia lebih bisa ngebahagiain kamu dari pada aku. Aku hanya bisa menyakiti kamu, Si!!" jelas Digo yang mencoba meyakinkanku. Aku tahu jika Ega mungkin terlihat lebih baik dari pada Digo, tapi apa aku harus menyalahkan cinta jika cinta yang aku punya lebih memilih Digo?!!

"Semua orang pasti memilih dan mencari pasangan yang baik. Dan menurut kamu, aku adalah wanita baik. Tapi kenapa kamu lebih memilih wanita lain dari pada aku yang kamu anggap baik, hhah!!?" tanyaku kemudian dengan nada sedikit meninggi. Mendengar pertanyaanku, terlihat olehku jika Digo tersudut tak bisa menjawabnya.

"Beri aku 3 alasan kenapa kamu lebih memilih Thea dari pada aku!!? Kenapa kamu lebih memilih wanita yang aku menganggapnya jika dia bukanlah wanita yang baik!!?" lanjutku. Suatu pertanyaan yang benar-benar membuatnya tak bisa menjawabnya. Digo tak bisa menyebutkan satu alasan pun kenapa dia lebih memilih Thea dari pada aku! Jelas terlihat, jika dia sebenarnya ragu atas keputusannya karena telah memilih Thea. Orang yang punya keyakinan, dia akan punya jawaban dan alasan akan keputusannya. Tapi Digo,,, tak satu pun alasan yang keluar dari bibirnya.

"Jawab Digoooo!!!" ucapku yang terus menyudutkannya. Dan kali itu, aku sedikit berteriak di depannya. Aku berteriak karena aku ingin dia tahu bagaimana kesalnya aku padanya. Bagaimana kecewanya aku, bagaimana sakitnya aku akan kelakuannya. Melihat aku yang emosi, Digo pun kemudian tertunduk karena merasa tersudut. Dan Ega yang melihatku dari jauh, seketika itu ia berlari menghampiriku saat ia melihat emosiku kian meninggi.

"Si!! Gue mohon kontrol emosi lo!!" ucap Ega sedekit berbisik. Aku tahu jika ia berusaha menenangkanku. Ia berusaha untuk membuat emosiku tak berlebihan. Tapi, aku tak bisa menahan emosiku lagi di depan Digo. Dan teriakan keras itu adalah tanda jika emosiku memuncak karenanya. Tak menghiraukan Ega yang berada di dekatku, Digo pun kemudian mendekatiku yang terlihat jika ia ingin memelukku. Tapi, sesegera mungkin aku melangkah mundur menjauh darinya. Aku tak menginginkan pelukannya lagi setelah dia berani memutuskan hubungannya denganku.

"Sii.." ucap Digo yang mengetahuiku menghindar dari pelukannya.

"Mungkin aku wanita yang terlihat sok sempurna di depan kamu. Tapi kamu akan tahu nantinya, sebesar apa cinta aku sama kamu setelah aku meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya..." jelasku kemudian mengakhiri kata-kataku.

"Sisiii..."...

"Aku mohon tinggalin aku sekarang!!" ucapku menyuruhnya pergi.

"Tapi, Si...." ucap Digo yang ku tahu jika dia sebenarnya takut melihatku yang tengah emosi seperti itu.

"Pergiiiii....!!!!" teriakku. Melihatku yang terus berteriak dan meluapkan emosi, seketika itu Ega mendekatkan tubuhnya padaku. Dia memegang tubuhku yang mulai terlihat lemah di depannya. Dan tanpa berpikir panjang, dia pun membopongku untuk masuk ke dalam mobilnya. Sementara Digo, terus membuntuti langkahku menuju mobil. Kali itu aku tak bersuara karena sikapnya, tapi kali itu Ega yang turun tangan akan perbuatannya.

"Gue akan bikin perhitungan sama lo kalo lo berani deketin Sisi lagi!! Lo pengecut! Dan sampai kapan pun, lo nggak pernah pantes buat Sisi!! Ngerti lo!!" ucap Ega pada Digo sebelum akhirnya Ega masuk ke dalam mobilnya. Tapi Digo tak menghiraukan kata-kata Ega yang mencoba mengancamnya. Bahkan dia terus memanggilku meski aku telah berada di dalam mobil. Dia juga mengetuk-ngetuk kaca mobil agar aku membukanya. Tapi aku tak melakukan itu. Bahkan aku membuang mukaku saat ia mencoba melihatku lebih dekat dari kaca mobil. Teriakan Digo tak akan membuatku kembali padanya meski hanya memperlihatkan tangis kesedihanku. Dan saat Ega mulai melajukan kendaraannya, Digo masih setianya berada di posisi semula sebelum mobil berjalan. Bahkan dia sedikit berlari menyeimbangi laju kendaraan Ega. Dia juga masih berusaha mengetuk kaca mobil agar aku membukanya. Dan dia juga belum lelah untuk terus berteriak memanggilku. Ya Tuhan, aku tak bisa berkata apa-apa karena semua ini. Hanya bisa menangis menunjukkan bagaimana sakitnya aku akan kyataan ini. Maafkan aku Tuhan!!!

______

My Love. My Life [ Tuhan, kenapa harus aku!? ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang