Infuriated Part²

485 22 3
                                    

Dan perlahan, aku mengambil satu dari isi kotak itu. Dan saat aku mengeluarkannya, Thea terdiam dan aku tahu jika dia ingin mengetahui maksudku. Astaga, pengen ngerauk mukanya deh. Bener-bener dah, masih nggak ngerti juga sama isi kotak itu! Celingak celinguk celingak celinguk... Padahal udah jelas isinya apaan!!

"Lo pernah nyari gantungan ini kan? Gantungan yang lo pakai di tas lo.. Saat gue keluar dari kelas Digo waktu itu, gue nemuin ini. Dan gue tahu yang punya ini cuma lo di sekolah. Awalnya gue nggak berpikir buruk saat gue nemuin gantungan ini. Tapi yang gue pikir, kenapa ini bisa di depan kelas Digo?! Kelas Digo di ujung, dan siapa pun nggak akan pernah melewati jika dia ke ruangan manapun..." jelasku panjang lebar dengan menunjukkan gantungan itu pada Thea. Thea pun gugup tak berkata apapun saat mendengar penjelasanku.

"Lo mau cari tahu kan gue ngapain ke kelas Digo pagi-pagi seperti itu? Lo cemburu kan ngelihat gue sama Digo?" tanyaku kemudian. Dan kali ini Thea pun meneteskan air matanya lagi di depanku. Dan aku yakin jika Thea mulai mengerti dengan kata-kataku. Terlebih dengan maksud dari isi kotak itu. Dengan masih tak menghiraukan itu, aku pun melanjutkan kata-kataku.

"Dan ini, nota dari toko kue yang gue kasih ke lo. Gue minta tolong sama lo buat ambil kue tart yang akan gue kasih ke Digo waktu dia ulang tahun. Tapi, tak lama setelah gue kasih ke lo, kertas ini udah di sebelah tempat sampah dapur gue. Gue tahu lo sengaja membuangnya, tapi ternyata lo masukin ini nggak pada tempatnya karena lo membuangnya dengan berjalan. Mungkin lo bermaksud menggagalkan rencana gue buat kasih kejutan pada Digo, tapi lo salah! Bukan gue namanya kalo gue nggak bisa beli lagi.. Lo jahat Thea!!" jelasku lagi dengan panjang lebar. Dan kali ini, aku merasa jika aku ingin menangis. Sebenarnya aku tak ingin menangis di situasi seperti ini. Karena sebelumnya aku merasa tegar, aku merasa mampu untuk mengatakan semuanya. Tapi kenapa tiba-tiba air mata ini ingin mengalir... Sisii, please nggak usah nangis!! Please!! Sementara Digo yang mendengarkan penjelasanku kali itu sedikit merasa bingung. Mungkin aneh di dengar Digo saat mengetahui Thea memperlakukanku seperti itu.

"Thea, bener yang di omongin sama Sisi??" tanya Digo pada Thea. So, Digo nggak tahu pacar gelapnya sejahat itu sama aku? Atau hanya pura-pura nggak tahu?!

"Gue bener-bener minta maaf,Si, sama lo!! Gue emang perempuan jahat!!" ucap Thea yang tak menghiraukan pertanyaan Digo. Aku tahu dia tak menjawab pertanyaan Digo karena pernyataanku benar adanya. Mendengar Thea yang terus-menerus memohon maaf padaku, kali itu aku tak bisa menahan air mataku. Air mata ini akhirnya mengalir, memberi tanda jika aku membenci mereka. Meski sebenarnya, tak sekalipun aku menginginkan keadaan dimana persahabatanku hancur hanya karena cinta. Ya Tuhan..

Sementara Digo yang mendengar kata-kata Thea kemudian merubah raut wajahnya. Ia tiba-tiba memperlihatkan jika ia sedikit kesal. Entah apa karena dia tahu jika Thea setega itu? Atau karena hal lain?? ....

"Gue nggak tahu apa gue bisa maafin lo, Thea!!? Gue bener-bener sakit menerima semua ini. Gue sayang sama lo, tapi kenapa lo tega sama gue, hhah!!??" ucapku kemudian pada Thea. Dengan nada yang sedikit meninggi, aku pun akhirnya menangis. Jelas, jika aku menangis adalah sebuah tanda jika aku kecewa. Sampai-sampai tak ada satu katapun yang bisa menjelaskan bagaimana sakitnya hati aku karena mereka.

"Gue nggak tahu lagi, Si, gimana caranya gue minta maaf sama lo!? Gue bener-bener nyesel, Si...." ucap Thea dengan suara tangis tersedu. Aku tahu Thea akan melakukan itu. Aku tahu jika Thea orang yang baik. Dia selalu meminta maaf padaku jika dia melakakukan kesalahan meskipun itu hanya sekedar menjahiliku. Tapi untuk kali ini dia bukan menjahiliku, dia menyakitiku. Dan aku tak tahu, apa sakit ini bisa disembuhkan.

"Kata lo, lo mau ngelakuin apa aja demi kata maaf dari gue?!!" tanyaku kemudian pada Thea. Dan Thea pun menganggukan kepalanya pelan untuk menjawabnya.

"Kalau gitu, gue mau lo putar waktu setahun lalu. Gue pengen lo balikin keadaan dimana semuanya belum terjadi!!!" ucapku pada Thea. Mungkin mendengar kata-kataku itu membuat Thea hanya bisa terdiam. Jelas, dia tak akan bisa memutar waktu untuk kembali. Bukan bermaksud untuk menyudutkannya karena hal itu, tapi aku hanya ingin tahu bagaimana ekspresi Thea saat aku menginginkan semuanya kembali seperti semula. Sementara Digo yang mendengarkan kata-kataku hanya bisa tertunduk. Dia tahu jika waktu tak akan pernah bisa kembali.

"Kenapa? Lo nggak bisa ngelakuinnya? Iya..??! Lo bohong! Kata lo, lo mau dan yakin bisa ngelakuin apapun yang gue mau!!!" ucapku yang semakin membuatnya tersudut. Tak henti-hentinya Thea mengeluarkan air matanya memberi tanda jika ia sangat menyesal. Iyaa, aku tahu itu, tapi penyesalan itu tak akan pernah bisa membuat rasa sakit ini hilang begitu saja.

"Semuanya terungkap dengan sendirinya saat gue nemuin ini!! Lo tahu banget kan Digo ini apa??! Lo pasti ingat kan?!" tanyaku pada Digo sembari menunjukkan liontin padanya. Melihat liontin yang aku bawa ternyata membuat Digo tersentak. Terlihat jika dia bingung. Pasti dalam benaknya bertanya-tanya, kenapa liontin ini bisa ada sama aku? Suatu pertanyaan yang aku tahu itu akan terlintas. Aku tak tahu bagaimana reaksi Thea saat ia kehilangan kado pemberian dari Digo waktu itu. Aku juga tak tahu bagaimana ekspresi karena itu.

"Sii, ituuu..." ucap Thea saat ia melihat apa yang ada ditanganku.

"Sebenernya gue nggak sengaja nemuin ini di sela-sela sofa di rumah Digo waktu itu. Gue yang curiga dengan kado ini, tanpa berpikir panjang akan siapa pemiliknya, gue pun membawanya. Sesampainya di rumah, gue buka isinya. Lo tahu Thea gimana ekspresi gue saat tahu isi kadonya??" jelasku. Dan Thea yang masih tak mengerti dengan maksud liontin itu, dia hanya terdiam jika ia tak mengerti.

"Lo lihat ini, dua liontin dari laki-laki yang sama..." lanjutku sembari menunjukkan dua liontin yang sama itu pada Thea. Thea pun kemudian mengambil alih liontin yang ada pada tanganku. Ia mengamati setiap sisi dari dua liontin itu. Tapi terlihat jika ia juga bingung akan maksudnya.

"Aku nggak ngerti ini..." ucap Thea sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Melihat isi kado itu, dan terlebih saat membaca pesan yang ada di dalam kado itu, gue ngerasa jika gue sebagai perempuan tak punya harga diri!! Lo nggak tahu kan Digo gimana perasaan gue saat tahu lo kasih Thea kalung itu??! Lo nggak tahu kaaann!!!" dengan rasa kesal yang semakin memuncak, aku pun kemudian berteriak di depan Digo. Laki-laki yang aku cintai ternyata tega merendahkan diri aku hanya karena sebuah kalung. Apa maksudnya dia memberi kalung yang sama pada dua perempuan yang berbeda?!

"Dan di malam itu, gue tahu lo lebih memilih pergi dengan Thea dari pada mengantarku pergi ke toko buku! Lo lebih mentingin Thea dari pada gue!! Cinta lo palsu Digo!! Cinta lo palsuuu!!!" teriakku lagi. Dan mendengar suaraku yang terus meninggi, Digo sempat mengerutkan wajahnya memberi tanda jika ia benar-benar merasa tersudut.  Tak habis pikir, apa yang ada di benak Digo waktu itu. Yang jelas, dia sudah mempermainkanku. Dia memepermainkan perasaan aku dan mengkhianati cintaku...

My Love. My Life [ Tuhan, kenapa harus aku!? ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang