Sick!!

540 19 4
                                    

Masih di hari yang sama, dan saat itu waktu menjelang sore. Jam dinding kamarku menunjukkan jarumnya di angka 4. Dan sepulang dari sekolah, aku masih setianya berada di ranjang tempat tidurku. Badanku yang panas juga belum turun dari suhu tingginya. Meski badan aku panas, tapi aku merasakan hawa dingin ada sekitarku. Selimut tebal yang membalut badanku ternyata tak bisa menghangatkan tubuhku. Aku menggigil, keringat-keringat dinginpun keluar dari tubuhku. Entah sakit ini karena memang badan aku yang rentan, atau kah memang benar seperti apa yang di kata Digo. Aku tak tahu itu. Yang jelas saat ini aku merasakan sakit yang kurasa bertubi-tubi. Badan ini sakit, hati ini juga mrnjerit kesakitan. Menerima kenyataan pahit itu ternyata membuatku menjadi orang yang begitu lemah di hadapanMu. Aku selalu memintaMu ketegaran, tapi kenapa aku tak punya niat yang lebih untuk itu. Hanya sekedar meminta, tapi lupa akan bersyukur atas rahmatMu.

Digo, setelah aku tahu semuanya, apa pantas aku menangisimu dan memintamu untuk kembali padaku? Apa aku harus tetap mempertahankan cintaku padamu setelah aku tahu kau berkhianat selama itu? Sebenarnya aku lelah menangis hanya karena seseorang yang tega sepertimu. Tapi hati ini tak bisa berbohong jika pada akhirnya hati ini tetap menjerit. Digoo..

Srreeekk... Di saat air mataku hendak keluar, tiba-tiba aku mendengar jika pintu kamarku terbuka. Karena merasa tubuh ini lemah, aku tak mencari tahu siapa yang telah masuk ke dalam kamarku. Dan aku juga masih dalam keadaan berselimut dan memejamkam mata.

"Sii, yaelaah!! Gila lu yaa.. Gue nunggu 1 jam lebih di sekolah lo. Ternyata udah molor aja di rumah!! Hp lo kenapa juga nggak bisa di hubungi? Lo mah tega!!" ucap Ega sembari menghampiriku yang tengah tertidur. Kata-kata Ega ku dengar sedikit dengan nada kesal di dalamnya. Aku tahu jika ia akan marah, karena aku pulang sebelum jam pulang sekolah. Ponsel yang sedari tadi mati juga tak ku hidupkan. Aku membiarkan ponselku mati, dan aku juga membiarkan Ega menungguku di sekolah tanpa kabar.

"Sii, bangun!! Tanggung jawab lo!!" ucap Ega yang masih menemukanku dalam keadaan tidur. Sebenarnya aku bukan tertidur, tapi aku lemah. Tak hanya berteriak untuk membangunkanku, Ega juga sedikit menggoyang-goyangkan badanku agar aku terbangun. Aku yang masih menggigil, kemudian mencoba bangun dari tidurku. Sebenarnya aku memejamkan mata bermaksud untuk menahan air mataku yang enggan keluar saat ia datang. Aku mencegah air mataku mengalir di depannya.

"Heii, lo kenapa?? Lo sakit?" tanya Ega yang kali itu mendapatiku berbeda. Seketika ia terlihat cemas saat ia melihatku. Dan ternyata saat aku melihat Ega yang terihat cemas padaku, air mataku pun mengalir tanpa aku bisa menahannya lagi. Ya, aku menangis di depannya. Menangis karena suatu hal yang pasti akan membuatnya marah jika aku menceritakannya.

"Sii..." sembari mengambil posisi duduk di dekatku, ia mencoba menenangkanku dan bermaksud untuk membuatku menjawab peetanyaannya. Tapi aku hanya terdiam dan terus meneteskan air mataku. Merasa tak kuasa aku menahan sakit itu, seketika aku memeluk Ega dengan kuat. Tanpa berpikir panjang, Ega kemudian membalas pelukanku. Aku menangis sejadinya di pelukan Ega tanpa aku harus menceritakan apa yang terjadi padaku. Sulit untuk menceritakan kepedihan ini, tapi aku juga merasa tak kuat jika sakit ini aku rasakan sendiri.

"Ya udah, nangis aja semau lo!!" ucapnya lirih di dekat telingaku. Suatu tanda jika ia sangat mempedulikanku. Ega yang punya sifat seperti itu, kenapa aku tak pernah terlintas untuk menyukainya? Bagiku dia hanyalah kakak yang selalu ada buat adik kecilnya seperti aku.

---

Beberapa menit kemudian saat merasa tangisku mereda, kemudian perlahan aku melepas pelukan Ega dariku. Kemudian aku memandangnya dengan mimik yang pasti terlihat sedih. Ia pun kemudian dengan lembut mengusap air mata yang membasahi pipiku.

"Udah kelar nangisnya, sekarang cerita sama gue apa yang terjadi sama lo??! Harus jujur!!" tanya Ega tegas. Iya iyaa, aku tahu dia akan bertanya seperti itu. Dan kali itu, aku berniat menceritakan semua yang telah terjadi padaku. Meski nantinya akan membuat Ega marah, tapi niatku untuk menceritakan semuanya telah aku pikirkan. Mungkin nantinya ini akan menjadi kebaikanku dan kebaikan dia.

"Gue lelah dengan semuanya. Kenyataan yang pahit akan hubunganku dengan Digo, membuatku ingin menyudahi semuanya, Ga. Semua ini membuatku sakit!!" jawabku kemudian dengan nada lirih. Nada itu menunjukkan jika aku putus asa dengan hubunganku yang pastinya akan berakhir.

"Maksud lo??" tanya Ega yang tak mngerti dengan kata-kataku. Aku tahu jika Ega tak akan semudah itu mengerti kata-kataku. Dan tanpa basa-basi, aku pun kemudian menceritakan semuanya. Dan perselingkuhan antara Digo dan Thea adalah cerita utamaku. Sebenarnya berat untuk menceritakan semua yang terjadi, tapi aku juga akan merasa terbebani jika aku tak menceritakan pada Ega. Sedangkan Ega juga masih menyukai Thea saat ini.

Dan bagiku, menceritakan hal itu tak butuh waktu lama agar dia mengerti. Intinya adalah perselingkuhan antara Digo dan Thea yang membuatku seperti ini. Ega pun akhirnya mengerti dengan yang aku maksud. Dan seperti dugaanku, mendengar setiap kata-kataku Ega pun marah seketika. Sempat ia tak mempercayai itu, tapi aku berusaha untuk meyakinkannya bahwa semua itu benar.

"Sebenarnya gue masih nggak percaya sama cerita lo! Tapi bukti ini nggak bisa bohong!!" ucap Ega kemudian yang sesaat sebelumnya aku memberikan bukti itu pada Ega. Inget kan tulisan waktu Digo berniat kasih Thea kalung? Bukti itu akurat banget buat memperjelas kata-kataku.

"Gue harus temuin Digo sekarang!!" ucap Ega sembari berniat untuk pergi. Tapi aku seketia menahannya, karena aku tak mau jika ia menemui Digo dalam keadaan emosi.

"Ega! Gue mohon jangan!!" ucapku yang saat itu menahan langkahnya. Ia pun seketika memandangku penuh dengan emosi yang tersimpan untuk Digo.

"Gue sayang sama dia. Gue nggak mau kehilangan dia. Gue udah komitmen, kalau gue nggak akan ninggalin dia sebelum Digo sendiri yang mutusin gue, Ga. Gue sayang sama Digo..." jelasku dengan nada lirih. Nada itu pasti akan terdengar sedih di telinga Ega. Karena aku sendiri masih mengharapkan Digo mencintaiku lebih dari pada mencintai Thea.

"Haruskah gue nurutin apa kata lo?! Sedangkan lo nangis di depan gue seperti ini karena dia!! Kalau lo masih ingin mempertahankan cinta lo, gue mohon hapus air mata lo sekarang! Dan lo harus janji, kalau lo nggak akan pernah nangis lagi demi dia!!" ucap Ega dengan nada tegas karena ia tak ingin melihatku sedih. Aku akan berusaha untuk itu. Tapi jika air mata ini tak bisa terbendung, berarti aku bukanlah orang yang baik. Dan mungkin aku adalah salah satu dari orang-orang munafik di luar sana. Maaf!!

My Love. My Life [ Tuhan, kenapa harus aku!? ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang