Believe it or not??

532 23 6
                                    

Semenjak malam itu, entah kenapa aku dan Digo jadi sering bertemu meski hanya sekedar makan. Dan meski dalam tujuh hari ini, aku merasa jika aku dikembalikan pada situasi dimana aku dan Digo pernah menjalin hubungan. Tujuh hari itu aku merasa sebagai Sisi yang dulu. Sisi yang manja saat ia bersama pacarnya. Semua itu terasa nyata. Bahkan aku tak mengingat lagi bagaimana keruhnya masalah yang pernah aku alami dengannya. Ingatan tentang itu benar-benar terlupakan saat Digo dengan manisnya memperlakukanku. Tapi menikmati itu, sebenarnya ada satu hal yang mengganjal perasaanku. Selama aku bertemu dengan Digo, tak pernah sekalipun aku bertemu dengan Thea. Mengetahui keberadaannya pun tidak. Meski Digo menjelaskan jika dia tengah sibuk, tapi aku merasa aneh dengan keadaan itu. Aneh karena aku yakin jika ia tak akan pernah membiarkan Digo pergi seorang diri. Tapi ya sudahlah..
Dan selama seminggu ini, Digo yang sering menemuiku, tanpa harus aku menutupinya, Ega dan Kribo pun tahu semua itu. Meski mereka melarangku, tapi aku tetap menemui Digo. Mungkin aku bukan sahabat terbaik mereka, karena aku tak mendengarkan kata-kata mereka. Tapi hati ini bergerak dengan sendirinya untuk menemui Digo. Iyaa, aku masih menyayanginya. Bahkan aku masih mencintai Digo. Lalu, apa aku salah jika cinta menuntunku kembali padanya? Begitu pun sebaliknya, apa Digo juga salah dalam hal itu?
---
"Sii.." teriak Ega yang kali itu mendapatiku keluar dari kampus. Aku pun seketika menengok dan menunggunya menghampiriku.
"Apaan??" tanyaku.
"Lo mau kemana?? Kuliah lo udah kelar?" tanya Ega balik. Hhmm,, iya aku tahu kenapa dia menanyakan itu.
"Udah. Gue mau jalan..." jawabku singkat. Tapi mendengar jawaban singkatku itu membuat Ega terus bertanya.
"Lo mau jalan? Sama Digo?" tanya Ega lagi.
"Iya, Gaaa.. Gue mau mau jalan sama dia. Ada hal yang harus gue tanyain sama dia. Dan kali ini, gue harus tahu yang sebenarnya.." jawabku menjelaskan. Dan mengetahui itu, Ega mencoba mencegahku pergi. Suatu hal yang selalu ia lakukan saat aku ingin menemui Digo. Aku tahu dia tak akan membiarkanku pergi. Tapi, disini aku yang tak mau mendengarkannya. Aku selalu melawan apa yang di perintahkan Ega. Padahal aku tahu jika ia tak mau jika aku tersakiti lagi oleh laki-laki yang sama. Tapi aku harap kamu mengerti, Ga...
"Tapi, Si.." ucap Ega yang mencoba mencegahku. Tapi belum selesai ia mengucap, aku pun menghentikan kata-katanya itu dengan seketika.
"Gaa,, gue harus tahu ini. Gue harus tahu apa yang gue nggak tahu..." sahutku.
"Maksud lo..??" tanya Ega tak mengerti.
"Nanti kalo gue udah tahu, gue pastiin kalo gue akan cerita sama lo. Ok! Bye..." jawabku yang kemudian berjalan meninggalkannya. Ega, adalah orang baik. Dan dia sahabat terbaikku. Tapi aku...
***
Dan satu jam kemudian...
Sore itu aku yang telah sampai di tempat aku dan Digo membuat janji, ternyata aku menemukan Digo tengah menungguku di tempat itu. Dan tanpa mengulur waktu, aku pun segera menghampirinya.
"Haii... Udah lama?" sapaku sembari menata kursi dudukku. Mengetahui kedatanganku, ia pun tersenyum menyambutnya. Itulah, senyuman khas dia. Senyuman yang akhir-akhir ini membuatku luluh.
"Belum kok, baru aja sampai.. Hhmm, aku udah pesenin kamu minum. Milkshake chocolate kesukaan kamu.." jawab Digo. Daaan, mendengar kalimatnya terakhir itu seketika membuatku tertegun. Dia masih ingat minuman favoritku. Dan ternyata 10 bulan berpisah itu tak membuat ia lupa akan hal kecil seperti itu.
"☺, itu pilihan terbaik. Trus, nggak pesen makan??" tanyaku kemudian.
"Kayaknya ntar aja deh. Soalnya ada hal serius yang aku pengen omongin sama kamu.." jawab Digo. Belum bicara serius aja udah masang muka serius. Serius apaan emangnya? Tumben..
"Yap! Aku juga, ada hal yang pengen aku tanya sama kamu..." ucapku kemudian. Ia pun kemudian memasang wajah seriusnya di depanku. Dan tanpa basa-basi, Digo pun akhirnya memulai pembicaraannya.
"Hhmm,, sebenarnya aku nggak tahu harus memulainya dari mana, karena kalau aku ngebahas masalah yang pernah membuat kita terpisah tuh aku takut. Aku takut kalau kamu marah dan nantinya pergi dari sini..." ucap Digo yang saat itu ku dengar dengan nada hati-hati. Dan mendengar itu, aku pun tersentak dengan tiba-tiba. Buat apa Digo membahas masalah itu? Sedangkan yang aku tahu, dia mencoba memperbaiki semua. Dan aku pun mencoba hal yang sama, melupakan itu dan menjalani semua dengan hal baru. Tapi kenapa kali ini ia membahas itu? Aku yang tadinya merasa bahagia, tiba-tiba wajah ini pun memasang mimik yang menjelaskan jika aku tak mau membahas hal itu.
"Tapi tunggu, sebenarnya pembicaraanku bukan ke arah situ. Hhmm,, sebenarnya aku ingin menjalani hari baru tanpa mengingat hal itu. Dan aku ingin memulainya bersama kamu, Si. Aku ingin kamu menjadi bagian terindahku lagi. Bagian terindah yang dulu pernah ada dikehidupanku. Karena, semenjak perpisahan itu, kehidupanku berbeda. Aku ngerasa ada yang hilang. Ada suatu hal yang nggak bisa membuat aku tersenyum bahagia. Dan aku bisa tersenyum bahagia itu hanya karena kamu. Kamu yang bisa melengkapi hidupku.." lanjut Digo panjang lebar. Dek! Mendengar itu, tiba-tiba kakiku merasa ngilu. Dan aku dihadapkan pada situasi yang membuatku hanya bisa terdiam. Karena bibir ini seketika tak bisa mengucap satu katapun untuk itu. Dan melihatku seperti itu, perlahan Digo pun memegang tanganku yang kali itu tengah ku letakan di atas meja. Dengan lembut ia pun mengeratkan tangannya untuk memegang tanganku. Merasa jika aku nyaman diperlakukan seperti itu, aku pun membiarkannya.
"Aku nggak tahu apa aku bisa memulainya lagi. Karena hati ini susah untuk mengumpulkan kepercayaan itu kembali..." jawabku dengan nada lirih. Lirihan itu memberinya tanda jika aku takut. Tapi dibalik ketakutan itu terselip kebahagiaan karena Digo masih mencintaiku. Tuhan, aku harus bagaimana...
"Aku tahu itu!! Dan beri aku kesempatan untuk membuktikan sama kamu jika aku benar-benar mencintai kamu..!!" ucap Digo mencoba meyakinkanku. Terlihat olehku jika ia memang bersungguh-sungguh. Tapi bagaimana dengan Thea? Iya, Thea!! Thea dimana??
"Mungkin aku bisa memberi kesempatan kamu untuk melakukan itu. Tapi, bagaimana dengan Thea? Aku nggak pernah ketemu sama dia.." tanyaku kemudian. Karena selama ini aku nggak pernah bertemu dengannya.
"Hhmm maaf, Si, untuk saat ini aku nggak bisa nemuin kamu sama Thea. Tapi aku pastiin sama kamu, kalau aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia!!" jawab Digo dengan gelagat yang membuatku curiga. Dan mengetahui itu, aku pun nggak tinggal diam dan membiarkannya menyimpan sesuatu dariku.
"Kenapa harus gitu? Kenapa aku nggak bisa ketemu sama Thea? Oohh,, jadi karena kamu masih punya hubungan sama dia, trus kamu nggak mau aku ketemu sama Thea. Iya?? Kalau gitu, jangan harap kamu bisa memulai hubungan lagi sama aku.." tanyaku kemudian dengan nada kesal. Kekesalan itu bermula karena aku merasa jika Digo benar-benar menyembunyikan sesuatu dariku. Dia berbeda saat menyebut nama Thea di depanku.
"Sii, bukan itu maksud aku.." ucap Digo yang terus meyakinkanku jika dugaanku salah. Tapi, bagaimana aku bisa percaya kalau Digo masih menyimpan sesuatu itu.
"Kalau memang benar kamu nggak ada hubungan samaThea, temuin aku sama dia sekarang! Kalau enggak ya udah, ini terakhir kalinya kamu ketemu sama aku. Karena aku nggak akan pernah percaya lagi sama kamu.." ucapku mengancamnya. Melihat sikap kesalku itu ternyata tak membuat Digo membiarkanku pergi tanpa penjelasan darinya. Seketika ia menahanku yang kali itu aku telah bersiap untuk meninggalkannya. Ia menahan tempat dudukku yang ia tahu jika aku menggesernya. Tapi, mengetahui jika Digo mencoba mencegahku untuk pergi, aku tak mempedulikan itu. Dan dengan paksa, aku pun terus berusaha melepas tangan Digo dari kursi yang aku duduki. Suatu situasi yang mengembalikanku pada kekesalan yang begitu memuncaknya. Situasi yang mengingatkanku pada kejadian yang pernah aku alamai beberapa bulan sebelumnya. Digoo,, kenapa sih kamu nggak pernah ngertiin aku? Belum cukup kamu menghancurkan ku waktu itu? Dan kali ini, saat aku mulai melupakan masa itu, apa kamu ingin memulai kesalahan itu kembali? Digooo ...
(ಥ﹏ಥ)

My Love. My Life [ Tuhan, kenapa harus aku!? ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang