Kribo ('・_・')

399 23 0
                                    

Detik, menit, bahkan jam pun berlalu yang sampai akhirnya menunjukkan pukul 3 sore lewat 2 jam dari waktu aku tersadar. Dan Digo, masih dengan setianya menemaniku di rumah sakit. Bahkan tak sedetikpun ia beranjak dari tempat duduknya untuk meninggalkanku. Dengan telaten ia membantuku untuk melakukan hal yang pasti tak bisa ku lakukan sendiri. Dan saat makan pun, ia menyuapiku dengan tangan terampilnya. Begitu terlihat lembut saat Digo menunjukkan jika dia bisa melakukan itu semua. Dan melihat itu semua, aku hanya bisa tersenyum padanya. Karena hati ini mulai yakin, jika Digo benar-benar menyayangiku.
"Kenapa senyum-senyum gitu?! Kelamaan tidur, jadi kangen ya lihat wajah yang gantengnya selangit ini??" tanya Digo tiba-tiba. Dan pertanyaan itu seketika membuat alis kananku terangkat dengan tingginya. Bahkan aku yang kali itu tengah mengunyah makanan, juga ku hentikan karena dia. Digooo,, dia mencoba menggodaku. Padahal dia tahu jika tubuhku masih lemah. Tapi dia mencoba membuat suasana menjadi hangat. Aku yang tak menjawab pertanyaannya kali itu, kemudian mengunyah kembali makanan yang ada di mulutku. Daaaann, belum sampai makanan itu hancur, bahkan aku juga belum sempat menelannya, tiba-tiba aku dikejutkan dengan kedatangan...
"Sisiiiiii......" teriak Kribo memanggilku. Iyaaa, itu Kribo! Ia membuka pintu kamarku dengan rusuh, dan teriakannya itu juga terdengar rusuh ditelingaku. Kriboooo,, kapan sih dia bisa bersikap tenang??
"Sisiii..." teriaknya lagi dengan heboh. Dan kali itu, dengan langkah kaki yang cepat ia pun menghampiriku. Lebih hebohnya lagi, saat ia berlari menghampiriku, dengan bangganya ia merentangkan kedua tangannya yang terlihat jika ia seperti ingin memelukku. Eeiiitttsss... Main peluk-peluk aje!!
"Apaan sih lo Kribo!!?" ucapku sewot. Sembari menahan keinginannya untuk memelukku, aku pun kemudian mengunyah kembali makanan yang ada di mulutku. Dan mengetahui itu, Kribo kemudian mengernyit sembari menatapku. Aku yang tak biasa ditatapnya seperti itu, kemudian aku membuang mukaku sembari terus mengunyah. Tapi, saat aku membuang muka dan tak menatapnya lagi, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu hal yang membuatku bertanya-tanya.
"Kok rasanya si Kribo aneh ya... Tapi apa coba?!" tanyaku dalam hati. Aneh lhoo,, beneran deh! Apa karena efek beberapa hari tertidur, jadi ngerasa aneh saat lihat dia? Tapi anehnya Kribo semakin ngebuat aku bingung. Ada hal yang yang berbeda darinya. Tapi apaa...
"So, ingkar janji nih ceritanya!?" ucap Kribo kemudian. Dengan nada yang ku dengar layaknya orang tengah kecewa, ia pun menurunkan kedua tangannya yang sebelumnya ia lentangkan. Aiih? Ingkar janji? Emang aku janji apaan?? Pertanyaan yang benar-benar membuatku bingung. Bahkan mendengar pertanyaan yang aneh itu membuatku seketika menelan makananku dengan paksa.
"Padahal gue ngelakuin ini demi lo lho, Si!! Tapi ternyata..." ucap Kribo yang masih dengan nada kecewanya. Pliiiiss dehh, aku bingung!!
"Apaan sih, gue ingkar apaan? Lo mah dateng-dateng ngebuat gue bingung deh, Bo!!" sahutku yang merasa semakin bingung dibuatnya. Dia nampak begitu kecewa dengan sikapku, tapi aku memang tak mengerti maksudnya. Sementara Ega yang tahu, justru tersenyum dengan mimik yang aku tak mengerti maksudnya. Dan Digo, dia hanya memandang Kribo keheranan karena aku tahu jika ia juga tak mengerti.
"Lo nggak ngerasa ada yang beda, Si, dari dia??" tanya Ega mencoba memberitahuku. Mendengar itu, aku hanya menggelengkan kepalaku dengan cepat untuk menjawabnya. Memberi tanda jika tak tahu. Tapi sebenarnya memang ada yang beda dari dia, tapi aku tak berhasil menemukan perbedaan itu.
Kribo pun menunjukkan mimik kecewanya lagi saat ia tahu jika aku masih dihadapkan dengan kebingungan. Aku memperhatikan setiap lekuk wajahnya, tapi aku merasa kalau dia nggak berubah layaknya orang abis dioperasi plastik. Dan penampilannya pun juga tak berubah, berdandan ala-ala anak sok gaul yang sukanya musik R&B. Rambut Kribonya juga masih stay jadi mahkota kebanggaannya. Eeehhh,, rambut!! Rambut Kribo kemana?! Iyaa rambutnya.. Astaga, baru sadar kalau rambutnya hanya tinggal sesenti. Rambut yang biasanya megar dengan nggak santai itu tiba-tiba hanya tinggal sesenti. Sumpah demi apa dia memotong rambut cetarnya itu?!
"Kriboooo...." ucapku kemudian dengan nada heran. Sebenarnya aku menyebut namanya itu dengan nada yang cukup hati-hati, karena aku tak tahu kenapa ia sampai dan mau memotong rambutnya itu. Tapi Kribo hanya terdiam menatapku, dan tatapannya itu tak ku mengerti sama sekali apa maksudnya.
"Iyaa, gue lakuin ini semua demi lo! Gue janji sama diri gue sendiri, kalau lo bangun dari tidur lo, gue akan potong rambut gue!!" jelas Kribo kemudian. Dan mendengar itu, aku hanya mengerutkan dahiku dan menatapnya.
"Gue sebagai sahabat lo, takut Si kalau harus kehilangan lo! Gue belum siap kehilangan sahabat terbaik gue. Gue tahu lo peduli sama gue dan lo juga sayang sama gue. Dan gue juga tahu, sebenarnya lo sering ngeledek gue karena lo pengen memberi warna dalam persahabatan kita. Gue nggak marah kok, gue nggak sakit hati, karena gue tahu lo nggak sungguh-sungguh untuk itu!!" lanjutnya. Astaga, Kribo tahu aku sakit? Penjelasannya itu menandakan jika dia tahu sakitku. Sampai-sampai ia punya pikiran seperti itu.  Aku pun seketika gugup mendengar penjelasan Kribo tentangku.
"Apaan sih, emang gue sakit apaan?! Gue kecapekan aja kali.." ucapku berbohong. Aku mencoba untuk menutupi sakitku dari dia, tapi sepertinya aku salah, dia memasang raut wajahnya lebih serius dari sebelumnya. Menatapku dengan tajam seolah-olah ia memberitahuku jika kebohonganku tak berguna.
"Bagaimana mungkin gue diem aja saat lihat lo terbaring lemah karena koma kemarin?! Dan bagaimana mungkin gue nggak tahu apa yang tengah terjadi dengan sahabat gue?! Lo emang berhasil nutupin sakit lo dari gue, dari Digo, dari orang-orang yang care sama lo, tapi sampai kapan lo akan nutupin itu? Sedangkan gue udah nungguin lo untuk bangun dari kemarin-kemarin..." jelas Kribo lagi dengan panjang lebar. Dan kali itu ia sedikit menekankan nadanya. Aku tahu ia bermaksud untuk mengungkap isi hatinya, tapi kenapa harus begini. Sebenarnya aku tak mau membuatnya sedih, dan sedihnya Kribo dan yang lainnya adalah kesedihanku juga. Aku tak mau mereka sedih karenaku. Lalu, aku harus bagaimana kalau semua itu telah terjadi..
Dan keadaan pun kemudian hening. Kribo tak lagi melanjutkan kata-katanya. Yang lain juga ikut terdiam karena aku tahu jika mereka tak perlu mengucap kata apapun. Aku tertunduk menyembunyikan kesedihanku, tapi ternyata air mata ini tak bisa berkompromi dengan keinginanku. Air itu menetes yang akhirnya ia mengalir dengan deras. Digo yang mengetahuiku tengah menangis, tangannya pun kemudian menyentuh kaki kananku dengan sangat hati-hati. Aku tahu jika ia bermaksud untuk menenangkanku. Sementara Ega yang sedari tadi berdiri di ujung ranjang tidurku hanya bersikap tenang dengan melipat kedua tangannya.
"Gue nggak mau kehilangan lo dengan cara seperti ini, Si!!" ucap Kribo lirih yang akhirnya membuatku menatapnya kembali. Matanya tiba-tiba terlihat sayu olehku, dan dibalik itu aku tahu jika ia sangat menyayangiku. Dan tanpa berpikir panjang, aku pun kemudian melentangkan kedua tanganku lebar-lebar. Memberi ruang Kribo untuk memelukku. Iya, aku ingat dengan kata-kataku beberapa waktu lalu padanya. Sebenarnya aku tak sungguh-sungguh berkata seperti itu, tapi ternyata Kribo mau melakukan itu, dan itu juga demi aku. Kribooo...
Ia tersenyum lebar saat mendapatiku tengah melentangkan tangan. Tanpa harus menunggu lama, dengan cepat Kribo pun memelukku.
"Sisiiiiii,, gue sayang sama lo!!!" ucap Kribo kegirangan. Bahkan ia memelukku kencang karena saking girangnya. Astagaa, ternyata pelukan Kribo yang kencang itu membuatku sesak. Bahkan aku terasa sakit saat dipeluknya. Mungkin karena aku masih lemah, makanya tubuh aku masih rentan untuk dipeluk sekencang itu. Tapi aku berusaha untuk menyembunyikan itu dengan tersenyum, karena aku ingin membuatnya senang. Dan mungkin, itu adalah pelukan pertama sekaligus terakhir Kribo. Karena sebenarnya aku tak kuat lagi untuk bertahan. Aku merasa jika jantungku melemah kembali. Tapi aku harap mereka tak tahu itu...

My Love. My Life [ Tuhan, kenapa harus aku!? ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang