Part [29]

2.9K 145 36
                                    


Ali berusaha memisahkan istrinya dari gadis itu yang sudah babak belur karna sikap brutal istrinya begitu kuat tanpa sadar Ali telah kehilangan kesabaran dan membentaknya.

"Cukup pril,jangan kekanakan,gak gini caranya bikin masalah!" Gertak Ali menahan tangan istrinya agar  terlepas dari gadis itu.

"Masalah kamu bilang,Aku udah sabar berusaha, berubah menjadi istri yang baik dan penurut,kamu. bilang Aku cari masalah,Aku cuma ingin mempertahankan pernikahan kita, sama gadis enggak tau diri itu,apa Aku salah bela diri, buat diri-sendiri dan kamu sama keluarga kecil kita!"

"Kamu.. bilang kecewa sama Aku, gara-gara Aku menelantarkan bian ke panti asuhan,silakan cari orang  dalam foto itu,siapa sebenarnya dan dalang semuanya adalah ulah Maya,dia gadis pura-pura baik demi mendapatkan kamu dan kekayaan kamu dengan cara instan!" Wajah Maya langsung pucat mendengar penjelasan Prilly.

"Maaf Aku, terlalu kasar atas ucapan Aku,karna ini sifat asli Aku kan dari dulu,jadi jangan pernah menilai Aku dari penampilan karna gue kasar,satu hal yang harus kamu tau,saling memegang kepercayaan tapi kamu langgar duluan, malah dibilang Aku ngelak bercerita bohongan!"

"Saya emang pernah di bentak sama ayah saya tapi bentakanmu,sangat menyakitkan dari pada melahirkan putramu,bertaruh dengan nyawa bikin saya hampir putus asa,kalau anda kecewa tidak apa-apa,saya akan pergi,satu hal lagi tolong jaga bian dan cari tau masalah yang menimpaku barusan!"

Prilly berlari keluar rumah dengan keadaan wajah sembab karna tangisan dari pagi sampai malam, meneteskan air mata tanpa henti,wanita itu mulai menjauh dari pekarangan rumahnya di tengah malam yang sangat gelap.

"Kenapa suamiku tidak mempercayaiku,bahkan dia bilang apapun rintangannya akan cari tau dulu sebelum bertindak untuk marah, kenapa...?"

"Apa yang terjadi denganmu Li,semarah apapun kamu pasti bersikap lembut tanpa bentakan atau melukai hatiku."

Prilly langsung berjalan tanpa arah karna ia pergi dari rumah tidak membawa uang sepersen pun hanya dengan tangan kosong, sekali-kali isakan itu terus terdengar kadang sesenggukan dan merasa lelah.

***

"Aws..."

Ali merasakan pusing dan mengingat bentakan pada istrinya ia baru sadar sudah malam.

"Ada apa ini,kenapa perasaanku tidak enak,kenapa kepalaku sakit sekali." Batin Ali, Maya yang melihat itu langsung buru-buru masuk ke kamar,seolah tidak terjadi apa-apa.

Gadis itu menghela napas lega dan mengingat memberikan obat penghilang kesadaran membuat Ali marah atas kepulangan Prilly ke rumah tengah malam,dan sekarang wanita itu pergi sendiri tanpa di usik terlebih dahulu.

Plashback

Maya membuat minuman untuk Ali,entah obat apa yang di masukin ke minuman itu,setelah menunggu hampir jam sepuluh malam,Prilly baru kembali dengan air mata sedangkan Ali sangat marah atas kepulangan,obat itu mulai bereaksi dan Maya tersenyum kemenangan melihat pertengkaran kedua pasutri itu.

Plashback,end.

Pria itu tidak bersalah hanya karena minuman dicampur obat bikin kepala pusing dan susah mengendalikan emosi,sekarang ia ingin mengejar istrinya disisilain dirinya tidak ingin meninggalkan bian bersama Maya.

"Ya Allah maafkan hamba, telah membentak istri hamba, hambamu telah ingkar untuk saling percaya sekarang saya yang mengingkari." Batin Ali lirih.

Ali langsung mengambil bian dari kamar Maya setelah selesai mengetuk pintu kamar gadis itu,dengan tatapan datar Ali sudah memangku bian.

"Maafkan saya,mas?" Cicit Maya menunduk entah hanya akting atau tulus meminta maaf.

"Tidak Apa-apa." Balas Ali singkat.

Setelah Ali berlalu,Maya mulai mendongak dan tersenyum sinis,karna tidak ditanya tentang minuman air putih di campur obat itu, bikin orang emosi saat ada yang mengganggu.

"Wanita itu sudah pergi,dan suaminya malah ajak bian ke kamar bukannya ngejar istrinya tapi aku senang dia pergi, mudah-mudahan enggak balik lagi ke rumah." Batin Maya tersenyum sinis.

"Dan aku akan menguasai rumah ini,menjadi nyonya Alvianita Maya,menjadi keluarga bahagia dan saling mencintai." Maya berhayal bersanding bersama pujaannya,dalam hati ia berdoa,ingin bersungguh-sungguh memiliki keluarga harmonis.

***

Beberapa hari telah berlalu,Maya berusaha cari perhatian Ali apapun ia lakukan agar takluk dengan kecantikannya,sekarang mulai pakai gamis dan hijab sampai leher,padahal Maya melakukan itu demi menarik simpati Ali,tapi pria itu susah untuk di gapai,selama empat hari Prilly belum kembali ke rumah,bahkan di rumah mertuanya pun tidak ada.

"Kesel banget. panas lagi,pake tutup hijab!" Dumel Maya sambil melempar hijab itu ke lantai,karna tidak ada cara lain Maya lakukan,ia bingung menarik simpati Ali sangat sulit, pura-pura jatuh atau sakit mbak jeni yang menolongnya bukan Ali,karna kata dia bilang bukan mahrom bersentuhan kulit dengan lawan jenis.

"Enggak,saya enggak boleh nyerah,harus bisa dapetin mas Ali!" Maya tetap akan melancarkan nekadnya untuk mendekati pria itu, tapi gimana pun caranya, ia harus dapat apa yang dirinya mau.

"Ini baru beberapa hari, masih banyak waktu." Imbuhnya lagi.

Maya langsung keluar kamar dan melihat mbak jeni sedang mengajak main bian yang baru  berusia empat bulan itu,ia ingin menghampiri bian, anak kecil itu sering nangis saat dirinya yang menggendong.

"Mbak jeni,sini biar bian,sama saya aja?" Tanya Maya ingin meraih tubuh bayi mungil itu tapi bian lagi-lagi menangis saat Maya ingin menggendongnya.

"Loh kok Adek bian nangis? Kenapa takut ya sama bibi Maya?" Ucap jeni mengajak bicara bayi itu yang tiba-tiba tertawa dan berhenti nangis.

Maya yang melihat itu mendengkus karna lagi-lagi gagal membuat bian nyaman pada dirinya.

"Gila ini anak kuat banget benci sama aku tapi tenang aja bentar lagi saya akan menjadi mama barumu." Batin Maya Tersenyum tipis.

________________

Ali sedang termenung di depan mesjid setelah selesai kutbah, tiba-tiba seseorang duduk disamping Ali.

"Ustadz kenapa,apa ada masalah?" Tanya bapak berpeci itu sambil mengusap bahu Ali.

"Saya tidak apa-apa," Jawab Ali tersenyum simpul.

"Tadz saya juga pernah punya masalah seperti yang di alami ustadz,ustadz berdoa saja semoga Allah mempertemukan ustadz dengan istri ustadz,maaf bukan saya mau ikut campur,karna beberapa hari ini ustadz sering murung!" Jelas Bapak itu iba.

"Aamiin,terima kasih sarannya,saya akan tetap optimis sambil mencari istri saya." Balas Ali.

"Alhamdulillah,kalau gitu mari masuk,kita ngobrol sama yang lainnya!" Tawar bapak itu tersenyum.

"Maaf pak,saya langsung pulang aja,kasian putra saya sendirian di rumah!" Jelas Ali merasa tidak enak.

"Ya sudah tidak apa-apa,tadz. Salam buat nak bian ya?"

"Iya,pak kalau gitu saya permisi, Assalamualaikum!" Ucap Ali langsung berdiri dan berjabat tangan dengan bapak itu.

"Wa'alaikumsallam." Balas bapak itu tersenyum tipis, sambil menatap punggung Ali yang mulai melangkah jauh.

"Semoga ustadz,cepat ketemu istrinya,Aamiin." Batin bapak itu tersenyum.

Ustadz Itu Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang