11

1K 119 12
                                    

The first story

Don't Judge me, because this is just my imagination

Mmmh 🙂

🔪

.
.
.

"Berhenti mengikutiku." Jennie terlonjak mendapati Irene yang sudah bersedekap dada dihadapannya. Irene berbalik menatap dingin Jennie hingga membuat gadis pemilik mata kucing itu bergidik ketakutan.

"Ani. Aku hanya penasaran saja."

Irene menaikkan sebelah alisnya. "Lupakan." Timpal Jennie cepat, dengan segera ia pergi meninggalkan Irene yang masih setia berdiri ditempatnya.

"Gadis aneh." Gumam Irene.

Drrtt..

Drrtt..

Irene menggeser layar ponselnya lalu mendekatkan ke telinga untuk mendengar seseorang diseberang sana.

"Yeoboseyo?"

"..."

"Arraseo. Nde.."


Dilain tempat, Jisoo tengah menikmati secangkir coklat panas sambil sesekali memakan biskuit dan memainkan ponselnya. Ia melirik jam di tangannya, seharusnya Jennie sudah pul-

"EONNIE!!"

Jisoo meringis mendengar teriakan nyaring milik Jennie. Keinginan untuk memarahi Jennie hilang seketika saat sang adik mencium pipi kanannya.

Sepertinya dia sedang menjinakkan singa?

Jisoo menatap tajam Jennie saat gadis itu meminum coklat panas miliknya yang baru 2 kali ia teguk. "Aahhh..."

"Dasar kucing." Gumam Jisoo.

"Eonnie?"

Jisoo mendongak menatap Jennie yang kembali menyesap coklat panasnya. "Besok aku akan pulang terlambat. Aku akan ada latihan pembedahan tambahan dikelas dan akan pergi untuk membeli peralatan bedah." Jisoo tersenyum lalu mengangguk menanggapi Jennie.

"Jangan terlalu lelah. Eonnie tidak mau kau sakit."

"Ndee~"

Tak lama Jennie beranjak menuju kamarnya untuk mengganti pakaian, baru beberapa langkah terdengar teriakan nyaring Jisoo. "YAKK, KIM JENNIE, KAU HABISKAN COKLATKU!?"

"BUAT SAJA YANG BARU EONNIE, JANGAN SEPERTI ORANG SUSAH."

Jennie terkikik setelah kembali membalas teriakan Jisoo tak kalah nyaring.

Sungguh jahil kakak beradik itu.

...

Jennie berjalan cepat memasuki rumah sakit ternama di Korea. Ia menuju lift dan menekan angka 7 disana. Ia tersenyum dan membungkukkan sedikit badannya menyapa perawat maupun dokter yang berpapasan dengannya.

"Anyeonghaseyo Sajangnim." Sapa Jennie membungkukkan badannya.

Pria paruh baya didepannya itu mengulas senyum tipis mempersilahkan Jennie duduk. "Bagaimana tawaran saya Jennie-ssi?"

"Saya belum bisa memutuskan Sajangnim. Saya masih semester 5 dan belum be-"

"Anda cukup cerdas, tidak. Anda sangat cerdas Jennie-ssi. IPK per'semester milikmu bahkan selalu sempurna untuk jurusan sulit seperti kedokteran."

Our Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang