36

596 60 2
                                    

The first story

Don't Judge me, because this is just my imagination

Mmmh 🙂

🔪

.
.
.

"Dimana Jisoo dan Jennie?"

Nafas Irene terengah-engah, matanya bergulir menatap gadis yang lebih muda didepannya meminta penjelasan.

"Jisoo Eonnie masih di UGD dan belum sadarkan diri setelah kehilangan banyak darah dan..."

Perasaan Irene berdenyut, menatap dengan tatapan menuntut kearah Rosè yang ia perhatikan tengah menggigit bibir bawahnya. "... J-jennie Eonnie, dia di ruang ICU. D-dia kehilangan banyak darah juga dan... disini darah yang sama dengan milik Jennie Eonnie habis,"

"Darahku sama dengan darahnya, aku bisa mendonorkan darahku untuk Jennie,"

Rosè menahan tangan Irene yang hendak pergi, "Eonnie, jika ada yang ingin transfusi darah, dokter bilang harus dua orang Eonnie, jika tidak-"

"Aku tidak peduli Chaeng, aku hanya ingin Jennie-ku kembali,"

"Jika kau tidak peduli dan gegabah dalam mengambil keputusan, bagaimana saat Jennie Eonnie bangun dan tidak melihat dirimu disisinya? Jelaskan Eonnie!? Bagaimana perasaannya nanti?"

Irene terdiam sejenak, menatap kosong pintu ICU yang didalamnya terdapat sang kekasih yang sedang berjuang mempertahankan nyawanya. Benar, ia tak boleh egois kali ini. Tapi... Jennie-nya juga butuh darah sekarang.

"Hanya ada satu orang lagi yang memiliki darah yang sama denganku—"

.
.
.

"Astaga, dimana ini?" Kedua bola matanya ia gerakkan untuk mengagumi tempat yang indah ini.

"Indah sekali,"

Kaki telanjangnya menyusuri tiap jalan setapak sedikit berbatu disana. Kepalanya beberapa kali menoleh ke kanan dan ke kiri, menikmati indahnya hamparan rumput hijau yang segar, bunga warna-warni yang mekar dan wangi, dan juga kupu-kupu yang beterbangan di sekitar mereka.

Ia memejamkan kedua matanya, disini sangat sejuk sekali.

"Jennie-ya?"

Matanya terbuka, ada sebuah suara lembut yang memanggil namanya. Ia mengedarkan pandangannya mencari sosok itu, namun tak kunjung ia temukan.

"Jennie-ya?"

Tubuh Jennie menegang, bibirnya terkatup rapat, kedua matanya terpaku menatap 2 sosok yang selama ia sangat ia rindukan dan selama ini ia nantikan untuk bisa bertemu. Dan sekarang,, terwujud. Rasa rindunya terobati.

"M-mommy? D-daddy?"

Jennie berlari menubrukkan tubuhnya pada sang ayah dan ibu yang sudah merentangkan kedua tangannya menyambut dirinya. Jennie menangis dalam pelukan orang tuanya, rasa rindu yang telah lama berkecambuk itu seakan hilang seketika dan digantikan dengan rasa haru penuh tangis di tempat ini.

"Jennie— bogoshippo~"

"Mommy dan Daddy juga merindukan Jennie,"

"Hei, jangan menangis," sang ibu mengusap sisa air mata di pipi Jennie yang masih saja keluar tanpa permisi.

"Hiks, Mom, Dad, ayo pulang,"

Jennie menautkan kedua alisnya, mengapa mereka tidak ingin pulang bersamanya? Apakah Mommy dan Daddy tidak merindukannya dan juga Jisoo? Apakah mereka sudah tidak menyayangi Jennie lagi?

Our Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang