33

848 100 23
                                    

The first story

Don't Judge me, because this is just my imagination

Mmmh 🙂

🔪

.
.
.

Tiga bulan kemudian...

Hubungan antara Irene dengan Jennie semakin erat. Kedua anak manusia itu tidak mau sedikit pun berjauhan, itulah sebabnya Irene ingin segera menyelesaikan study-nya dan merintis bisnis baru dari tangannya sendiri.

"Semangat dong kuliahnya,"

Jennie mempoutkan bibirnya kesal dan semakin menenggelamkan seluruh wajahnya di ceruk leher Irene. "Usap kepalaku Baennie~"

"Tidak mau,"

"Aaa~"

"Usap!"

"Tidak,"

"Aaaa~ yasudah!"

Irene menahan tubuh Jennie yang mendorong tubuhnya dan hendak meninggalkan dirinya. Ia menenangkan kekasihnya yang sedikit rewel belakangan ini, entah karena apa.

Jika kalian bertanya apakah Jennie sudah mengetahui perihal itu? Belum. Mereka tidak sampai hati memberitahukan berita buruk itu pada Jennie. Jujur saja, hati kecil Jennie tidak sanggup menampung berita besar yang dapat mengganggu kesehatannya. Maka dari itu, Jisoo dan dirinya selalu memerhatikan pergerakan Jennie, dimana pun dan kapan pun.

"Kenapa kucing betinaku ini rewel sekali?"

"AKU BUKAN KUCING BETINA!" Irene terlonjak karena teriakan Jennie. Ia lantas diam saja, takut membuat mood Jennie semakin turun.

"Jalan-jalan heum?"

"Shireo. Gendong~"

"Ini sudah di pangku,"

"Gendong Baennie, bukan pangku! Dasar kelinci tua!"

"Heii! Mulutnya," Irene menarik bibir Jennie gemas. Untung saja sayang kan?

"Kita pulang saja ya nanti malam. Kasihan Jisoo di mansion sendiri,"

"Tidak,"

"Tidak rindu Kumma?"

Jennie mengangguk setuju pada Irene. "Jika begitu kita pulang ya?"

.
.
.

"KIM JISOO, ADIKMU PULAAAAANG,"

"YAAKK! ADIK TIDAK TAHU SOPAN SANTUN! PERGI SANA!"

Irene berdecak gemas dengan kelakuan kakak beradik Kim ini. Irene jadi merasa seperti sebuah roti yang dikelilingi ikan dengan kucing. Eh? Apa itu tadi?

"Aduh, sudahlah. Kalian ini tidak jelas sekali,"

"Marahi saja dia Eonnie," Tunjuk Jisoo pada Jennie.

"Aku memarahi mu Kim Jisoo,"

Jisoo membelalakkan matanya, ia berdecih pelan pada Irene dan Jennie ketika dua orang tak tahu diri itu mengejeknya. "Ayo sayang,"

Hap!

Irene menggendong Jennie ala koala menuju kamar. Dan jangan lupa, koper milik mereka yang di tarik pula oleh Irene.

"PANTAS SAJA BETAH DI APARTEMEN, RUPANYA BEGITU KELAKUAN KALIAN!"

"Wleee,,, Jangan iri jangan dengki,"

Our Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang