The first story
Don't Judge me, because this is just my imagination
Mmmh 🙂
🔪
.
.
.
Irene terbangun kala merasakan Jennie melenguh dalam tidurnya. Tubuhnya terus bergerak ke kanan dan ke kiri tidak nyaman. Kedua tangan yang terkepal kuat di samping tubuhnya tak memberikan pengaruh apapun padanya. Ia memegang kening Jennie dan betapa terkejutnya Irene yang mendapati suhu tubuh gadisnya sangat tinggi.
"Sshh.. Dingin..."
Segera Irene beranjak dari ranjangnya, menuruni tangga dan kembali ke kamar dengan membawa air hangat dan handuk di tangannya. Ia menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan Jennie. Membasahi handuk kecil itu lalu menempelkannya pada kening Jennie. Irene sedikit menyingkap helaian rambut Jennie yang sedikit menutupi wajah pucatnya.
Irene bergerak khawatir di tempat, menggenggam tangan Jennie yang tidak sehangat biasanya. Merapikan selimut tebalnya agar tidak semakin kedinginan.
"Ap..pa.."
Satu nama yang Irene dengar dengan samar, Appa.
Ddrtt ..
Irene tak menghiraukan ponselnya yang terus bergetar karena ada pesan masuk. Hingga suara getaran yang cukup lama langsung mengalihkan atensinya dari Jennie.
Jisoo is calling...
Pikirannya mulai berkecambuk saat ini, ada apa ini?
'Yeobseo?'
'Eonnie, Jennie tidur bukan?'
'Nde. Ada apa Ji? Kenapa suaramu terdengar serak?'
Irene semakin bingung, meskipun terdengar samar, tapi ia yakin Jisoo seperti menahan tangisannya.
'J—'
'Eonnie~'
Irene diam menunggu apa yang selanjutnya Jisoo katakan padanya.
'A-aku.. akan pulang besok.'
'Menjauhlah dulu dari Jennie. Aku akan mengatakan semuanya.'
Irene mulai melangkah menjauh dari kamar Jennie dan beralih turun ke lantai satu.
Ia mulai tidak bisa berpikir jernih sekarang. Tanpa sadar, ia juga ikut menitikkan air matanya bersama Jisoo. Meskipun sekuat tenaga agar mulutnya tak mengeluarkan isakan. Disana, Jisoo menangis tanpa henti dan kini panggilan gadis itu teralih pada sahabatnya Solar.
Jisoo semakin menangis mendengar jika Jennie juga sedang sakit. Entah apa yang terjadi padanya, tiba-tiba tubuhnya demam menggigil.
'Aku akan berusaha besok, semoga Jennie lekas membaik.'
Irene kembali memasuki kamar Jennie, gadis itu sedikit membuka matanya dan memanggil Irene dengan lirih. Segera Irene mendekat kearah Jennie, meraih tangan dingin gadis itu lalu menggenggamnya erat.
"Tidurlah Baby. Demammu belum turun."
Tiba-tiba Jennie menangis tanpa suara sembari membalas genggaman tangan Irene. Matanya sayu menatap lurus tepat di iris gelap irene. Dengan cepat, ia ikut berbaring disamping Jennie lalu mendekap tubuh hangat Jennie agar tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story [COMPLETED]
FanfictionNo description Let's to read the story 🙂 🔪 #2 in Mandu (40221) #6 in Jenrene (160221) #4 in Jenrene (10321) #2 in Jenrene (40321) #5 in Baechu (250221) #3 in Baechu (17321) #2 in Baechu (2421) #1 i...