The first story
Don't Judge me, because this is just my imagination
Mmmh 🙂
🔪
.
.
.Jennie mengendarai mobilnya dengan santai. Ia memilih mampir ke café terlebih dahulu baru setelah itu ia pulang. Jennie mengambil tempat duduk di sudut ruangan dekat dengan jendela besar yang memperlihatkan lalu lalang mobil dan manusia dibawah sana. Kota Seoul terlihat lebih indah jika dilihat dari ketinggian. Sebentar lagi akan malam, namun Jennie enggan beranjak dari zona nyamannya.
Jisoo sudah berangkat satu jam yang lalu, dan sepertinya ia akan kesepian dirumah. Aishh...
Drrtt...
Alarm diponselnya bergetar menandakan notifikasi masuk. Mata membelalakkan, praktikum bedah besok. Bagaimana ia bisa lupa ada acara esok hari? Dengan langkah seribu, Jennie meninggalkan café setelah meninggalkan beberapa lembar uang disana.
Gadis kucing itu telah selesai dengan ritual mandinya dan kini beralih pada laptop, ponsel dan kertas. Ah, jangan lupa peralatan bedah didalam tasnya. Jennie mengotak-atik segala yang ada didepannya hingga ia benar-benar paham. Besok adalah ujian penentu masuk atau tidaknya ia kedalam perlombaan olimpiade dan ujian penentu semester berikutnya. Jika ia berhasil, ujian semester ini bisa ia lewati begitu saja.
Ia begitu fokus membaca setiap buku, artikel ataupun ingatannya pada semester lalu pada objeknya. Kacamata bulat yang bertengger dihidungnya menjadi pelengkap seolah-olah ia memang benar-benar ilmuwan handal dunia.
"Hoaamm.."
Mata kucingnya melirik jam dinding, 1:25 KST, Dini hari. Jennie segera membereskan semuanya dan mulai memejamkan mata. Mengucapkan selamat tidur pada dirinya sendiri.
.
.
.
Hari ini begitu panjang bagi seorang Kim Jennie, lihatlah ia bahkan baru menginjakkan kaki dirumah setelah 10 jam memiliki kegiatan padat dikampus. Jennie kembali merenggangkan ototnya sebelum akhirnya turun dari mobil.
Langkahnya terhenti saat melihat ada sebuah mobil sport berwarna silver terparkir didepan rumahnya. Bahkan sepertinya tidak ada tanda-tanda kehidupan didalamnya. Jennie yang pada dasarnya adalah seseorang penakut terhadap hal baru, ia meraih stik golf yang entah sejak kapan berada didekat mobilnya. Ia bersyukur Tuhan memihak padanya saat ini.
Melihat seseorang yang hendak keluar, Jennie bersiap melayangkan stik golf'nya kearah seseorang itu.
DUG!
"AARRGHHH!!"
Saat ini Jennie menatap gusar seseorang itu yang tertidur, tidak. Ia pingsan karena pukulannya. Terlihat jelas sekitar dahi dan pelipisnya mengeluarkan darah dan.. lebam.
"Mianhae Eonnie~"
.
.
.
Jennie segera mendekat kearahnya yang mulai membuka bola matanya pelan. Jennie kembali meringis mendengar gadis itu mendesis kala menahan kesakitan di kepalanya. Rasa bersalah semakin menjalar diseluruh tubuhnya. Dengan penuh pengertian, Jennie menyodorkan air minum padanya yang di terima dengan senang hati olehnya.
"Eum.. A..apakah masih s..sakit Eonnie?"
"Shh.. Tentu saja pabo."
"Mianhae."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story [COMPLETED]
FanfictionNo description Let's to read the story 🙂 🔪 #2 in Mandu (40221) #6 in Jenrene (160221) #4 in Jenrene (10321) #2 in Jenrene (40321) #5 in Baechu (250221) #3 in Baechu (17321) #2 in Baechu (2421) #1 i...