39

565 71 9
                                    

The first story

Don't Judge me, because this is just my imagination

Mmmh 🙂

🔪

.
.
.

"Nona Jennie boleh pulang untuk hari ini karena perkembangan baiknya sudah terlihat jelas. Jika Nona Jennie menunjukkan gejala yang tidak biasa, Nona bisa menghubungi kami,"

Jisoo tersenyum kemudian mengangguk. "Panggil Jisoo saja dokter. Lagipula, dokter adalah sahabat Appa. Jadi kita keluarga dokter,"

"A-ah,, nde,"

Setelah Jisoo menemui dokter, ia kembali ke ruang rawat Jennie. Ia mengulas senyum melihat Jennie yang sedang menjahili Irene hingga gadis yang paling tua itu merengut kesal namun tetap diam, mencoba bersabar... :)

Jisoo tak bersuara sedikitpun dan sibuk menikmati bagaimana tertekannya wajah yang sudah ia anggap sebagai Eonnie-nya itu.

"Ayo makan ayamnya Baennie. Aku janji akan menghabiskan semua bubur tidak enak ini," Puppy eyes yang ditunjukkan Jennie pada Irene tak lantas membuat ia gemas, akan tetapi bertambah sudah dosa Irene karena terus mengumpat dalam hati.

Irene berani bersumpah ia akan lemas setelah menuruti ucapan Jennie.

"Aku tidak bisa makan ayam Baby," Ujar Irene lembut, selembut baju keluaran brand ternama.

"Bisaa~ kan tinggal dimasukkan ke mulut, kunyah, telan, selesai, kenyang,"

Astagaa.. mulut adiknya Jisoo :")

"Ti—"

"Ayo makan Baenniee~ atau— aku adukan pada Chu Eonnie apa yang Eonnie lakukan padaku saat Chu Eonnie pergi?" Kedua mata Irene terbelalak. Yang benar saja!?

Ia tak melakukan apapun!

Bukan-bukan, tapi maksudnya belum. Ehee...

Tak kalah terkejutnya, Jisoo ikut menutup mulutnya sendiri. Ia tak ingin bertindak lebih, ia masih ingin menikmati kepasrahan Irene yang hanya bisa dilakukan oleh Jennie seorang.

"Satu suap saja ya?" Tanya Irene bergidik saat sepotong ayam didekatkan Jennie kearahnya.

Jennie menggeleng lucu, "Habiskan. Ini hanya 5 potong,"

5 potong tapi berukuran besar Kim Jennie!

Sabar Irene... Dia kesayanganmu..

Tolong bersabar..

Irene lantas membuka mulut dengan mata terpejam erat, menunggu suapan iblis dari Jennie. Kunyahan lambat berhasil Irene lakukan, selang beberapa detik setelah kunyahan itu masuk ke perutnya sesuatu dari sana mendorong untuk dikeluarkan.

Ia berlari paksa menuju kamar mandi sambil menutup mulutnya erat.

HUEK!

HUEK!

Semua yang Irene makan siang ini keluar paksa begitu saja. Sebelah tangan memegang wastafel dan sebelah lagi berusaha menahan rambutnya yang ikut menjuntai kebawah. Dirinya sempat terkejut kala sebuah tangan hangat memijat tengkuknya.

Bukan Jennie, tapi itu Jisoo. Irene menebak dari aroma parfum yang selalu gadis sulung Kim gunakan.

"Mianhae, Eonnie. Akan aku marahi Jennie, gadis itu memang nakal,"

Our Story [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang