The first story
Don't Judge me, because this is just my imagination
Mmmh 🙂
🔪
.
.
.
Tidak terasa, waktu berjalan begitu cepat. Mereka akan melakukan ujian semester akhir.
Beberapa hari kedepan, jurusan Jennie akan mengadakan kegiatan dengan jurusan Seulgi. Keduanya akan melakukan riset berkaitan dengan kesehatan di masyarakat.
"Hai Jen."
"Oh, hai Eonnie."
Jennie menggeser duduknya agar Seulgi dapat bergabung dengannya. Gadis itu duduk sendiri dengan sekotak bekal dan botol minum untuk makan siang. Seulgi tersenyum saat Jennie menawarkan nasi goreng kimchi kearahnya. Seulgi membayangkan bagaimana gadis itu peka jika ia menginginkan bekalnya.
"Aku hanya ingin beberapa suap saja Jen. Igeo.."
Jennie kembali melanjutkan makannya dengan tenang. Pipinya menggembung seirama dengan gerakan bibirnya yang mengunyah nasi didalamnya. Seulgi memesan mandu untuk dirinya dan Jennie. Gadis kucing itu menerima dengan semangat pemberian Seulgi padanya.
"Mmh.. Eonnie.." Seulgi menatap Jennie yang sedang menelan nasinya untuk menunggu apa yang akan gadis itu katakan.
"Kenapa kau mau makan bersamaku? Ani. Maksudku bekas bibirku, ani. Bekas mulutku."
"Kau... tidak jijik?"
Seulgi terkekeh lalu mengacak rambut Jennie. Gadis itu menatap Seulgi kesal karena rambutnya berantakan. "Tidak. Untuk apa aku jijik. Aku sudah biasa berbagi seperti itu."
"Apa kau jijik Jen?" Tanya Seulgi setelah menelan mandu ditangannya.
Jennie menggeleng.
"IRENE EONNIE!" Teriak Jennie saat Irene hendak melewati meja mereka. Gadis dingin itu berhenti tanpa menatap ataupun menoleh pada Jennie. Jennie berdiri menghampiri Irene yang berdiri diam seperti patung memegang nampan makanan.
"Kau mau makan Eonnie?"
"Ayo bergabunglah bersama kami."
Jennie menarik paksa tangan Irene agar ikut duduk bersama. Seulgi menatap tidak suka kearah mereka, ja berdehem lalu melepas genggaman Jennie ditangan Irene. Ia semakin mendekat pada Jennie ketika gadis itu mulai berbicara pada Irene.
Tatapan Seulgi membuat Jennie merinding seketika. Ada apa dengannya? Jennie menggeser tubuhnya mendekati Irene dan Seulgi hal yang ia lakukan sebelumnya. "Ck. Kalian ini kenapa?"
"Ahh, aniya. Hehee.." Baik Jennie ataupun Seulgi, keduanya tersenyum bodoh lalu kembali pada posisi awal. Tingkah mereka yang seperti anak kecil sangat tidak sesuai dengan usia mereka yang sudah 20-an.
Jennie tiba-tiba merasa canggung berada ditengah-tengah Seulgi dan Irene. Entah mengapa atmosfir yang ia rasakan berbeda setelah obrolan mereka berakhir. Senyumnya mengembang melihat Jisoo yang sedang membaca buku sambil berjalan.
"EONNIE!"
Jisoo yang terkejut membuat kakinya tidak sengaja tersandung batu. Ia menatap Jennie yang melambaikan tangan kearahnya. Jisoo mengernyitkan dahinya melihat ada Seulgi dan Irene disamping adiknya. Namun kebingungan itu tidak berlangsung lama karena sang adik menarik paksa lengannya menjauh dari meja itu.
"Kau ini kenapa?"
Jennie tak mengindahkan pertanyaan Jisoo. Ia masih tetap menarik lengan sang kakak menjauh dari meja itu. "Ini aneh Eonnie."
"Wae?"
"Kau tidak lihat? Seulgi Eonnie tidak suka saat aku menarik Irene Eonnie makan bersama kami. Dan sebaliknya, Irene Eonnie juga menarik ku paksa masuk ke mobilnya beberapa hari lalu saat Eonnie tak bisa menjemputku." Jelas Jennie.
"Seulgi Eonnie memang tersenyum, tapi saat kami menjauh aku melihat wajah kesalnya."
Jisoo terdiam sejenak untuk mencerna ucapan Jennie. Tidak lama setelahnya, pemilik bibir hati itu tersenyum lalu tertawa kecil. Jennie menautkan kedua alisnya menatap Jisoo. Apa ada yang salah?
"Jen?"
"Kau menyukai salah satu dari mereka? Atau... keduanya?" Jennie membulatkan matanya mendengar kalimat terakhir Jisoo.
"Tidak! Kau gila Eonnie? Bagaimana bisa aku menyukai keduanya?"
Jisoo tersenyum miring, "Ah, dugaanku benar. Between Irene or Seulgi?"
...
Jennie beralasan pulang terlambat karena dirinya ingin pergi jalan-jalan sebentar. Ia masih memikirkan ucapan Jisoo mengenai Irene dan Seulgi. Kedua gadis dengan kepribadian dan sifat yang berbeda.
Kenyamanan?
Kehangatan?
Atau...
Perhatian?
Jennie menggelengkan kepalanya lalu mengumpat pelan.
Apakah dirinya egois saat dirinya merasa aman dan nyaman pada dua gadis tertua? Entahlah.
Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Mereka telah menghabiskan waktu bersama di sebuah tempat untuk menimba ilmu. Tak jarang mereka saling berbagi, tertawa bahkan melakukan hal gila lainnya.
Entah mengapa perasaan Jennie terlihat sama sama ia bersama Irene ataupun Seulgi.
Perhatian Irene...
Wajah menggemaskan milik Seulgi...
"Aarghhh..."
Jennie mengerang kesal. Ia menubrukkan kepalanya di dinding beberapa kali seperti saat itu. Kali ini kegundahan hatinya sedikit menghilang saat kegiatan menubrukkan kepala sembari menghitung jumlahnya.
Tak berselang lama, ada seseorang yang ikut duduk bersamanya. Seseorang itu menatap aneh kearahnya dengan wajah yang cukup dekat dengan wajahnya.
"Wae?" Tanya Jennie malas.
"Kau gila Nona?"
Jennie berdecak lalu menghentakkan kakinya kasar di aspal. Berjalan meninggalkan pria itu yang masih setia menatap aneh kearahnya. Tapi, tetap saja, seorang Kim Jennie tidak akan peduli dengan hal konyol itu.
Dengan tangan yang terjatuh bebas disekitar pahanya, Jennie berjalan gontai menuju halte bus. Ia akan menghubungi Jisoo agar menjemputnya. Jennie ingin cepat-cepat pulang, ia sudah membayangkan berendam dengan banyak busa sabun dan suara alunan musik yang menenangkan pikirannya saat ini.
"Kalian ini makhluk darimana? Berani sekali mengacau perasaanku!?"
Happy malming, jangan lupa Tarawih
Ngaji juga ya sayang-sayangnya Deukiii😗
Ini ga becanda kok. UP beneran, semoga kalian kangen Deuki,,,, AHHHH😄
Sudah tidurkah kalian sayang²nya Deukii?
Jaga kesehatan dan semangat puasanya yaa💛⚘
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story [COMPLETED]
FanficNo description Let's to read the story 🙂 🔪 #2 in Mandu (40221) #6 in Jenrene (160221) #4 in Jenrene (10321) #2 in Jenrene (40321) #5 in Baechu (250221) #3 in Baechu (17321) #2 in Baechu (2421) #1 i...