1 | Derita

816 33 16
                                    

Holaa Readers...
Selamat datang di cerita aku yang ke-4. Btw, ini novel ya, dan aku ikut sertakan ke event Writing 30 days with Add Publisher. Tolong support aku yahh, dengan cara vote, comment, and share ke temen-temen kaliann...

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



≪━─━─━─━─====== • ✠ • ======─━─━─━─━≫

Pagi itu, sang mentari tak melihat terlihat menampakan wujudnya. Ia lebih memilih untuk bersembunyi di balik awan yang putih, yang perlahan diterpa oleh angin dengan sepoi-sepoi. Namun, tidak dengan seorang anak yang tengah menggendong tasnya di punggung dengan rambut panjang yang ia ikat seperti kuncir kuda sambil berjalan ke sekolah. Namanya adalah Ernita, biasa dipanggil Er atau Nita.

Ia tetap gigih untuk bersekolah, meskipun ia tahu bahwa kedatangannya nanti tidak akan mendapat sambutan baik dari teman-temannya. Baginya, semua caci makian yang ia dapatkan tidak menjadi penghalang untuk ia terus menuntut ilmu. Ia terus berjalan menyusuri jalan setapak. Karena rumahnya yang cukup dekat dengan sekolah, sehingga, berjalan kaki pun tak membuatnya lelah.

Sesampainya di depan gerbang, ia berhenti sejenak. Ia mengembuskan napas panjang, sembari menyiapkan diri dan mental untuk menghadapi hari ini. Perlahan ia berjalan menuju kelasnya.

Saat sudah sampai di depan kelas, terlihat sudah ada Yuri dan gengnya yang berdiri di depan pintu. Mereka adalah orang yang membenci Ernita. Mata mereka menatap tajam pada Ernita, sedangkan wajah Ernita hanya menunduk.

Perlahan Ernita mencoba masuk kelas dengan sedikit menunduk. Yuri sedikit minggir tanda mempersilakan Ernita untuk lewat. Tiba-tiba ....

“Aduh!!” pekik Ernita, ketika tubuhnya terjatuh ke lantai.

“Ehh, sorry, sengaja,” ucap Yuri dengan senyum liciknya.

“Makannya, kalau jalan tuh, lihat-lihat! Punya mata dipakai buat apa? Buat pajangan?” sahut Tari, yang merupakan sahabat Yuri dan sama-sama saling membenci Ernita.

Ernita hanya diam. Perlahan ia berdiri dan berjalan menuju tempat duduknya.

Baru saja Ernita meletakkan tasnya di bangku, telinganya kembali mendengar kata-kata yang membuat telinganya sakit.

“Kalau jadi anak tuh, yang pinter sekolah! Bukan pinter nyuci. Mau jadi babu, apa gimana?!” Tiba-tiba Tari melontarkan kalimat sindiran yang ditujukan pada Ernita.

Ernita hanya diam. Apa yang mereka katakan? Apa mereka ngomongin aku? Ya Allah, salah apa lagi aku? Apa gara-gara kemarin, ya? Soalnya 'kan, kemarin pas mereka datang ke rumah, aku pas lagi nyuci tas, batin Ernita.

Bener saja, tebakan Ernita tepat. Kemarin adalah ulang tahun Vasa. Kemudian, Yuri dan gengnya berencana untuk membuat surprise ke rumah Vasa. Yuri dan Tari pergi ke rumah Ernita untuk mengajak Ernita juga. Namun, saat itu Ernita tengah mencuci tas, dan yang menjawab Yuri adalah Nia, ibu Ernita. Maka dari itu, mereka menyindir Ernita demikian.

Ah, biarin aja, deh. 'Kan, emang udah kebiasaan mereka suka nyindir. Lebih baik aku abaikan saja, batin Ernita lagi.

Setelah itu, Ernita segera mengambil sapu karena hari ini adalah jadwal piketnya. Ia membersihkan kelas dengan sebersih mungkin, karena ia berusaha menjadi kesibukan. Ia bosan jika harus membaca buku sampai menunggu jam masuk. Tentu saja, karena hal itu sudah Ernita lakukan setiap hari ketika ia tak mempunyai teman. Hanya bukulah yang bisa menjadi temannya. Sehingga, ketika piket, ia selalu membersihkan kelas sambil mencari kesibukan sampai jam masuk.

Selesai menyapu, ia membereskan meja guru, menata buku serapi mungkin, lalu membersihkannya dengan kemoceng. Setelah itu, ia membersihkan papan tulis, menatap bangku serapi mungkin, sampai jam masuk.

Hingga tak terasa bel pun telah berbunyi, menandakan bahwa semua siswa harus segera memulai pelajaran.

***

Siangnya saat jam istirahat, Ernita tidak pergi untuk ke kantin. Ia lebih memilih diam di kelas. Kemudian, geng Yuri pun datang. Mereka langsung menuju belakang kelas untuk mengambil gelas plastik dan menuju ke galon air. Di kelas itu, diberlakukan bahwa setiap harinya, setiap siswa yang piket harus membawa satu liter air minum untuk dituangkan ke dalam galon untuk diminum bersama.

Saat Yuri mengambil air minum, tak sengaja air yang diambil pun tumpah ke lantai, membuat lantai menjadi basah.

Tak lama kemudian, anak laki-laki pun datang.

“Duh, ini gimana, sih?! Jadinya kotor, deh!” gerutu Yuri

“Bersihin dong, Yur! Nanti kalau lantainya licin, banyak yang jatuh,” perintah Tari.

“Ih, enak aja, kenapa gue? Ya yang piket, dong, yang bersihin! Sekarang hari Rabu, ya yang piketnya hari Rabu yang bersihin!” ucap Yuri tak mau kalah.

“Enak aja, nyuruh bersihin yang piket! Yang numpahin, dong, yang bersihin! Itu yang numpahin lu 'kan, Yur? Ya udah, lu bersihin tu lantai!” sahut Evan yang tiba-tiba muncul di belakang Yuri.

Yuri pun terkejut karena Evan bersama teman-temannya sudah berada di belakangnya.

“Kenapa harus gue? Ya yang piket, dong!” ucap Yuri tetap tidak mau kalah.

“Kenapa yang piket?! Harusnya lu tuh, yang bersihin, bukan yang piket! Enak aja nyuruh-nyuruh. Yang numpahin siapa, yang bersihin siapa?!” Tiba-tiba Hasan ikut menyolot.

Ernita yang sedari tadi melihat kejadian itu dari tempat duduknya hanya bisa diam.

Pasti mereka nyindir aku lagi, supaya aku yang bersihkan lantai kotor itu tadi, batin Ernita.

Benar saja, hari itu hari Rabu ... dan saat itu, adalah jatah piket Evan, Hasan, dan juga Ernita. Sebenarnya, Yuri bermaksud untuk menyuruh agar Ernitalah yang membersihkannya saja. Namun, karena tiba-tiba Evan dan Hasan ada di belakang Yuri, sehingga, mereka berdua merasa bahwa Yuri telah menyuruh mereka untuk membersihkan lantai. Jelas aja, Evan dan Hasan tidak terima, dan tak mau melakukan perintah Yuri, karena mereka merasa mereka tidak berbuat kesalahan.

“Udah, sekarang lu ambil kain pel, bersihin tu lantai sampai kinclong. Kalau lu gak mau, gua laporin lu sama wali kelas! Lu mau didenda?!” ancam Zaka, yang merupakan ketua geng di gengnya, sekaligus merupakan ketua kelas.

“Duh, ribet amat, sih! Ya udah, biar gue sendiri yang ngepel!” bentak Yuri. Kemudian ia bergegas untuk mengambil pel.

Alhamdulillah, aku selamat dari perbudakan mereka. Untung aja, tadi Evan sama Hasan datang. Sehingga, mereka ikut-ikutan tidak terima jika mereka disuruh-suruh untuk ngepel batin erni ta kemudian ia melanjutkan membaca buku.

***

╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Kalau bagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa.... Karena itu gratis.
See you next part😍...

Salam
Eryun Nita

My Best Friends [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang