Jangan lupa vote and comment yaa...
╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝
•
•
•
≪━─━─━─━─====== • ✠ • ======─━─━─━─━≫“Ya udah. Kalau gitu, kamu tunggu aja, jangan dibuat bingung. Udah, ya. Sekarang, kamu yang sabar. Aku ngerti gimana posisi kamu. Kamu belum bisa lupain dia. Kalau Allah mengambil dia, berarti, dia bukan yang terbaik untuk kamu. Allah tahu mana yang terbaik buat kamu. Allah akan mengganti yang jauh lebih baik untuk kamu, karena Allah sayang kamu. Er, kamu ingat kata-kataku.”
“Tapi, gua rasanya masih berat banget, Tha. Sumpah, ini berat. Ngelupain dia, tuh, susah banget. Apalagi seminggu setelah gua putus sama dia, dia tuh udah mosting foto Ifa. Padahal, waktu dia terakhir di rumah gua sebelum pulang, dia bilang ke gua kalau gak bakal milih salah satu dari cewek yang deketin dia. Kenapa sekarang malah gini? Gila gak, sih?! Ya kalau yang setahu gua, sih, dia tuh sengaja mau bikin gua benci sama dia supaya gua bisa ngelupain dia. Dia gak mau ngelihat gua sakit hati, karena dia masih sayang gua. Gitu gak, sih?”
“Ya kalau setahu aku, sih, mungkin juga gitu. Udah, sekarang daripada kamu pusing mikirin ini, lebih baik kita pergi ke Lembah Indah. Kita ke sana. Di sana sekarang bagus. Meskipun masih tahap pembangunan, tapi, gratis. Seenggaknya kita bisa ngeliat awan yang dekat dengan kita. Kita bisa liat pemandangan yang bagus di sana. Gimana? Mau nggak?” ajak Martha.
“Ya udah, deh. Yuk, gua juga udah kangen banget keluar bareng sama lu. Bayangin aja, selama setahun lebih kita udah gak pernah keluar lagi, gak pernah sama-sama lagi,” ucap Ernita sambil berusaha tersenyum.
“Nah, itu tau. Ya udah, yuk, kita berangkat!”
Setelah itu, mereka berdua pergi menuju Lembah Indah—yang merupakan tempat wisata yang bagus di daerah mereka.
Er, kamu yang sabar, ya. Sebenernya, aku tau apa alasan sebenarnya Mas Dito mutusin kamu. Kamu pasti nggak akan nyangka. Tapi, aku juga nggak bisa bilang ini sekarang, karena bukan waktu yang tepat. Aku takut kalau kamu malah ngira bahwa aku mau ngerusak hubungan kamu, batin Martha ketika ia mengendarai motor.
Sebenarnya, ia sudah mengetahui apa alasan Dito memutuskan Ernita, karena ia memiliki kemampuan di luar kemampuan manusia biasa. Akan tetapi, ia tak mau menceritakan kepada Ernita. Karena ia tahu, bahwa waktu itu belum tepat.
***
Hari demi hari berlalu. Masih terasa sulit bagi Ernita untuk melupakan Dito. Wajar saja, mereka menjalin hubungan selama tiga belas bulan lamanya, dan tidak ada hujan tidak ada angin tiba-tiba Dito mengatakan bahwa akan mengakhiri hubungannya dengan Ernita.
Tentu saja pernyataan tersebut membuat hati Ernita seakan terguncang sangat keras—yang membuatnya lemah tak berdaya. Bahkan, sempat ia berniat hendak mengakhiri hidup karena hampir depresi juga. Akan tetapi, ia kembali tersadar, bahwa akan banyak orang yang merasa kehilangan sepeninggal dirinya nanti.
Tak sedikit pula orang-orang yang sangat menyayanginya, dan ia tak mau membuat kesedihan semakin memilukan di antara orang lain. Karena itulah, lebih baik ia yang merasakan sakit hati daripada orang lain turut merasakannya. Jika ia mempunyai kebahagiaan, akan ia bagi bersama orang lain. Akan tetapi, jika itu membuat sakit hati, biarlah ia tanggung sendiri.
Suatu hari, Ernita benar-benar kembali dibuat bimbang dengan alasan Dito memutuskannya. Ia pun berkali-kali tampak berpikir, kenapa Mas Dito mutusin aku? Kalau emang hanya karena masalah itu, kenapa dia sekarang udah deket lagi sama cewek lain? Apakah dia bohong? Tapi, dia nggak pernah bohong sama aku. Dia nggak gitu orangnya. Aku udah kenal dia banget.
Tiba-tiba, ada seseorang yang mengejutkan Ernita.
“Er, woi! Lu besok ke mana?!”
“Astagfirullah! Ihh ternyata lu. Kirain siapa ... ngagetin aja.”
“Salah lu sendiri. Siapa yang nyuruh lu ngelamun, ha? Mentang-mentang lu sendirian gak ada geng Yuri di kelas, malah ngelamun sendirian. Gua tanya, besok ada acara ke mana?”
“Ohh besok gua free. Gua mana pernah ada job, orang gua aja kagak pernah keluar kalau bukan sama lu.
“Ya udah, besok lu ke rumah gua. Abis itu, kita main. Entah ke keraton atau ke Lembah Indah, atau ke mana gitu.”
“Hmm ya udah deh,” ucap Ernita seperti terlihat lemas.
“Lu sebenarnya mikirin apaan, sih? Ngelamun mulu. Kayaknya kalau gua amati, beberapa hari terakhir ini lu ngelamun mulu, deh. Lu ngelamunin apaan?”
“Ya gimana, ya, Tha. Gua tuh masih bingung dan penuh tanda tanya besar di otak gua. Gua gak ngerti kapan bisa mecahin teka-teki ini.”
“Apa yang lu pikirin?”
“Gak jauh beda, sih. Masih seputar Mas Dito. Lu tau, 'kan, Mas Dito mutusin gua karena alasan itu? Sebelum putus, di sempat bilang sama gua kalau gak bakal deket sama cewek yang pernah ngejar-ngejar dia. Tapi buktinya, kenapa sekarang dia tuh malah sama Ifa? Itu gimana coba? Kayak aneh gitu loh. Sama aja dia bohong, 'kan? Kalau dia bohong, kenapa gak dari awal aja dia bilang sebelum putus kalau bakal deket sama Ifa? Biar gua gak kecewa gitu loh.”
“Udah, lu jangan terlalu mikirin masalah ini. Makannya, besok lu ke rumah gua. Kita omongin ini lagi, biar lu nggak terus-terusan mikirin masalah kayak gini. Oke?”
“Oke deh.”
Setelah itu, mereka berdua kembali mengobrol basa-basi.
***
Hari Minggu, Ernita pergi ke rumah Martha seperti janjinya kemarin saat di kelas.
“Jadi, kapan kita bahas masalah itu? Di rumah ini, atau pas kita keluar?”
“Ntar aja pas di luar.”
“Kita berangkat sekarang, atau nanti, nih?”
“Sekarang aja, deh. Takutnya ntar keburu hujan.”
╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Bagus nggak? Kalau bagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa.... Karena itu gratis.
See you next part😍...Salam,
Eryun Nita
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best Friends [End]
Teen FictionSahabat itu datang saat dibutuhkan, bukan datang hanya saat membutuhkan saja. *** Apa yang terlintas di benak kalian, jika mendengar kata teman dan sahabat? Sepintas terlihat sama, bukan? Padahal, k...