Jangan lupa vote and comment yaa...
╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝
•
•
•
≪━─━─━─━─====== • ✠ • ======─━─━─━─━≫Lima menit kemudian, Martha membalas pesan Ernita.
MarthaKita kelabuhi mereka. Sekarang, kita udah ngerti, kalau niat mereka cuma mau misahin kita. So, sekarang, kita di depan mereka pura-pura aja. Soalnya, mereka bisa aja mempengaruhi kita lagi, supaya kita semakin membenci. Karena kita udah tau itu hanyalah sandiwara, so, kalau mereka ngatain apa-apa tentang kita atau mempengaruhi kita, kita cuman pura-pura iya, iya, iya aja sama mereka. Tapi sebenarnya, kita sama-sama nggak percaya dengan mereka. Kita tetap yakin kalau kita itu nggak seperti apa yang mereka bicarakan. Habis itu, di sekolahan kamu jangan sama geng aku untuk beberapa hari atau bahkan minggu. Kamu harus sendirian dulu. Kamu terpaksa harus sabar, Er. Ini juga untuk rencana kita. Otomatis kalau kamu nggak sama aku, mereka mikirnya rencana mereka udah berhasil buat mempengaruhi kita dan ngadu domba kita. Nanti kalau kita udah menjauh, mereka juga akan mengajak kamu bergabung di geng mereka. Tapi, mereka ngajak kamu gabung di mereka cuma buat manfaatin kamu. Jadi, kamu juga jangan terlalu bodoh. Kalau mereka nanyain PR, kamu pura-pura belum selesai. Kalau mereka nyuruh kamu buat beliin sesuatu, bilang aja kamu ada urusan, gitu aja. Yang penting, kamu masih gabung di geng mereka dan masih punya teman. Kamu boleh nurutin perintah mereka kalau itu gak terlalu menekan kamu. Ingat! Kamu nurutin perintah mereka bukan karena kamu patuh. Tapi, karena ini merupakan bagian dari rencana kita. Kamu harus pura-pura nyaman dengan mereka lagi. Tapi, di sela-sela itu, kita tetap sering main keluar. Tapi, dengan satu syarat. Kita harus sembunyi-sembunyi. Kalau kamu mau ke rumahku, kamu lewat di gang utaranya rumah Tian. Kenapa gitu? Karena kita harus menghindari Tata. Dia benar-benar berbahaya. Terus, kalau kita keluar, kita jangan lewat di gang utaranya rumah Tian. Soalnya, ke utara sedikit dari rumahnya Tian itu, di timur jalan ada rumahnya Zahra. Itu berbahaya untuk kita. Jadi, kalau kita mau keluar, kita harus lewat gang yang paling ujung utara sendiri. Di sana kita lebih aman, dan nanti kalau kita ngelewatin di depan rumahnya Putri, kita langsung ngebut. Gimana? Setuju nggak?
14.17
Ernita
Good job! Ide lu brilliant banget! Oke, gua setuju. Mulai besok, kita jalanin misi ini. Kalau ada apa-apa dan lu nyuruh gua buat ke rumah lu, lu langsung chat gua aja. Secepatnya gua bakal langsung ke rumah lu. Oke?
14.21
Martha
Oke siap!
14.22
***
Besoknya, Martha dan Ernita menjalankan misinya. Martha dan Ernita pura-pura seolah saling membenci ketika di hadapan geng Yuri. Bahkan, terkadang mereka pura-pura bertengkar dan saling melontarkan kalimat yang sangat kasar. Mereka terpaksa melakukan itu, karena demi persahabatan mereka juga. Mereka melakukan hingga beberapa hari terakhir sebelum hari libur tiba.
“Eh, Yur, menurut lo, rencana kita berhasil, gak, sih?” tanya Hani tiba-tiba saat mereka berada di basecamp tempat mereka jajan.
“Kalau menurut gue, mah, rencana kita itu udah pasti berhasil. Lihat aja, sekarang mereka semakin jauh, juga saling membenci. Gue juga ngamatin, di kelas mereka gak pernah ngobrol. Mereka kayak saling membenci gitu,” jawab Yuri sambil menikmati snack.
“Iya, tuh, dan gue juga udah gak pernah lihat mereka keluar bersama lagi,” sahut Tata.
“Lo yakin, Ta? Siapa tau mereka pas lewat, lo gak ada di depan rumah,” sahut Fifi.
“Ehh enak aja lo ngeremehin gue. Asal lo tau, ya, selama kita ngejalanin rencana ini, gue tuh selalu stand by di toko sejak pulang sekolah sampai magrib. Lagian, rumah mereka tuh agak jauhan. Mana mungkin juga mereka keluar habis magrib ... dan selama ini, gue udah gak pernah lihat mereka lagi berlalu lalang di depan rumah gue.”
“Lo yakin, Ta?” Hani masih ragu.
“Yakinlah. Gue berani jamin seratus persen, mereka gak pernah keluar sama sekali. Daripada lo gak percaya, lo tanya aja sana, sama Zahra. Zahra juga rumahnya di pinggir jalan, tuh. Pasti kalau mereka keluar, 'kan, juga ngelewatin depan rumahnya Zahra. Ya gak?”
“Bener juga lo, Ta,” ucap Hani.
“Ya udah, panggil Zahra ke sini aja,” usul Lia.
“Yuk, buruan!” ajak Yuri.
Hani pun memanggil Zahra yang sedang berada di geng Ana—ketika mereka tengah membeli snack. Karena saat itu, Zahra merupakan bagian dari geng Ana.
“Ra, sini bentar, gue mau ngomong. Gue ada perlu sama lo.”
Zahra mendekat.
“Perlu apa?”
“Udah, yuk, ikut gue!”
Hani mengajak Zahra menuju ke geng Yuri.
“Ada apa manggil gua? Ada perlu apa?”
“Gak ada, kok. Gue cuma mau tanya sama lo. Selama beberapa hari terakhir ini, lo sering, gak, ngelihat Martha sama Ernita pergi keluar bareng gitu?”
“Ohhh itu? Gua udah gak pernah ngelihat mereka lagi. Kalau seminggu sebelumnya, sih, emang iya. Gua masih ingat mereka lewat gitu. Bahkan, mereka juga selalu nyapa gua. Tapi, sekitar sejak lima hari atau empat hari yang lalu sampai sekarang, gua udah gak pernah ngeliat mereka keluar lagi,” jelas Zahra santai.
“Lo yakin, Ra? Lo, 'kan, di dalam rumah terus. Gimana bisa tau?” Vasa terlihat tak percaya.
“Eh, ibu gua, 'kan, punya warung. Otomatis, gua juga sering jaga di warung kali. Gua juga tahu siapa aja yang lewat di depan rumah gua.”
“Oh, iya juga, sih. Tapi ... beneran, 'kan, lo gak pernah lihat lagi Martha sampai Ernita keluar bareng gitu?”
“Gak pernah. Emang kenapa?”
“Gak papa, sih,” jawab Tata.
“Udah, mau tanya apa lagi?” tanya Zahra.
“Kami cuma mau tanya itu doang. Thanks, ya, infonya. Lo boleh pergi,” ucap Hani.
Tanpa menjawab, Zahra segera meninggalkan mereka.
Ada-ada aja. Dasar, pertanyaan gak jelas! Geng yang penuh drama, batin Zahra.
Setelah geng Yuri melakukan beberapa pertimbangan dan menyimpulkan berdasarkan perkembangan yang mereka lihat—serta pengakuan dari Tata dan juga Zahra, Yuri yakin, bahwa rencana mereka berhasil, karena Martha dan Ernita sudah saling menjauh dan tak pernah keluar bersama lagi. Akan tetapi, tanpa geng Yuri sadari dan ketahui, di belakang layar—Martha dan Ernita bersandiwara dan mengelabuhi geng Yuri. Entahlah. Sekarang, siapa yang pintar, dan siapa yang bodoh? Siapa ya mengelabuhi, dan siapa yang dikelabuhi? Mungkin, bisa dikatakan ini senjata makan tuan.
Selama liburan akhir tahun, Martha dan Ernita sering keluar bersama untuk pergi ke tempat wisata. Tak jarang mereka kehujanan bersama dan mengalami semuanya bersama. Itulah yang membuat ikatan persahabatan di antara mereka berdua semakin kuat dan seakan mustahil untuk dipisahkan.
╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Bagus nggak? Kalau bagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa.... Karena itu gratis.
See you next part😍...Salam,
Eryun Nita
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best Friends [End]
Teen FictionSahabat itu datang saat dibutuhkan, bukan datang hanya saat membutuhkan saja. *** Apa yang terlintas di benak kalian, jika mendengar kata teman dan sahabat? Sepintas terlihat sama, bukan? Padahal, k...