3 | Nostalgia

235 19 9
                                    

Jangan lupa vote and comment yaa...

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



≪━─━─━─━─====== • ✠ • ======─━─━─━─━≫

Besoknya saat di sekolah, Ernita langsung mendapatkan sindiran seperti biasanya. Akan tetapi, ia tak menghiraukan semua itu. Ia langsung duduk di bangkunya. Kemudian, ia kembali mengingat kenangannya bersama Tanti Wulandari—sahabatnya sejak ia masuk ke sekolah dulu.


Hari ini hari pertama semua siswa SDN Sumbertempur 3 masuk. Ernita pun juga ikut masuk. Ia harus menuruti keinginan orang tuanya disekolahkan di desa tempat neneknya tinggal—ibu dari ibunya. Padahal, dulu ia TK di desa neneknya—ibu dari bapaknya. Sehingga, saat ia masuk sekolah SDN Sumbertempur 03, ia tak miliki teman sama sekali.

Ia berangkat diantar oleh ibunya. Namun, ibunya hanya mengantarnya sampai gerbang sekolah saja. Setelah itu, Ernita masuk ke lingkungan sekolah dan menuju kelasnya sendirian. Saat itu, Ernita kecil sangat percaya diri. Ia tahu bahwa ia tak mengenal siapa pun di sekolah itu. Mungkin, hanya satu atau dua orang yang menjadi saudaranya. Tapi ternyata, dengan beraninya dan dengan percaya dirinya, ia langsung menuju kelas sendirian dan meletakkan tas di kelas, kemudian duduk di bangku. Sesaat kemudian, semua murid baru berdatangan—yang semua masih diantar oleh ibunya, karena masih kelas satu SD. Ernita hanya diam menatap semua orang.

Enak sekali anak-anak itu diantar oleh ibunya. Sedangkan aku, ibuku hanya mengantar sampai gerbang saja. Entah apa yang ada di otak ibuku. Harusnya dia tahu, bahwa aku adalah murid baru. Aku tidak mengenal siapa pun. Tapi, kenapa ibu tidak menemaniku? Biarlah, aku berani, aku tidak butuh teman, batin Ernita kecil saat itu.

Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi. Bu Wati—yang merupakan wali kelas—kelas satu memasuki kelas, kemudian perkenalan. Tak lama setelah itu, bel istirahat berbunyi. Semua anak perempuan bermain bersama, kecuali Ernita. Ia hanya melihat teman-temannya yang berada di koridor kelas sedang bercanda dan bermain bersama, sedangkan dirinya hanya sendirian—tanpa seorang teman.

Jadi ...seperti ini, ya, rasanya ke sekolah baru tanpa mempunyai teman? Seandainya saja, aku dulu sekolah di Sumberdem, mungkin teman-temanku akan banyak sekali, karena kami satu sekolah saat TK. Sudahlah, biarkan saja. Cepat atau lambat, aku akan menemukan teman baru, batin Ernita.

***

“Nita!” panggil Nia, yang merupakan ibu dari Ernita.

“Iya, Bu, ada apa?”

“Ibu mau ke rumahnya Tante Siti dulu, kamu ikut apa enggak?”

“Oh, Tante Siti ... yang ibunya Tanti itu ya, Bu?”

“Iya, mau ikut nggak?”

“Memangnya, Ibu ada perlu apa?

“Ya ada aja. Sudah, kamu ikut apa enggak? Kalau ikut, ayo cepetan!”

“Ya udah, aku ikut.”

Setelah itu, Nia dan Ernita menuju ke rumah Tanti yang kebetulan rumahnya jaraknya dekat.

Saat mereka telah tiba di rumah Tanti, ternyata Siti sedang berada di pekarangan samping rumah. Sedangkan Tanti sedang bermain sendirian di samping rumah.

“Wahh ... ini lagi berkebun, apa gimana, nih?” tanya Nia.

“Eh, ada Mbak Nia,” ucap Siti.

“Lagi berkebun, ya, Mbak Siti?” tanya Nia sambil menghampiri Siti.

“Enggak kok, ini cuman metik cabe aja, buat masak nanti. Ayo, silakan masuk ke rumah,” ajak Siti.

“Iya, Mbak. Nita, kamu main aja sama Tanti, ya. Ibu ada perlu sama Tante Siti.”

“Iya, Bu,” jawab Nita.

Saat itu, Tanti dan Ernita memang sudah saling mengenal. Namum, di sekolah mereka belum terlalu akrab, karena masih beberapa hari mereka masuk sekolah.

“Tanti, itu Nita—anaknya Tante Nia. Kamu ajak main, ya, sama kakak kamu juga,” ucap Siti kepada Tanti, sambil menatap ke arah Wanto—yang merupakan kakak kandung dari Tanti. Usia mereka hanya selisih enam tahun, sehingga, masih sama-sama terbilang kecil.

“Iya, Bu.”

“Nita, ayo sini, main sama aku!” ajak Tanti.

Tanpa ragu, Ernita langsung mendekat dan menghampiri Tanti. Karena pada dasarnya, Ernita memang anak yang pemberani. Ia mudah bersosialisasi sejak masih kecil walaupun dengan orang yang masih baru.

“Lagi main apa, nih?” tanya Ernita sambil mendekat.

“Biasa, masak-masakan. Yuk, ikutan, kita main bareng!”

“Wahh ... boleh banget. Ya udah, ayo.”

Sudah tiga puluh menit mereka bermain bersama. Mereka terlihat mulai akrab. Tiba-tiba, terlintas di pikiran Ernita bahwa ia ingin bermain ke rumah Tanti setiap hari. Karena ia selalu sendirian di rumah, dan tidak mempunyai teman satu pun—juga karena dia masih baru pindah ke rumah barunya yang terletak di samping rumah neneknya.

“Nita, ayo pulang, Ibu sudah selesai urusannya!” ajak Nia.

“Yahh ... ini masih asyik, loh, mainnya,” ucap Ernita.

“Udah Mbak Ni, biarin aja. Nita masih mau main sama Tanti. Lagian 'kan, mereka juga baru akrab, Mbak. Mbak Nia pulang dulu aja, 'kan rumah kita dekat, nanti Ernita bisa pulang sendiri,” ucap Siti.

“Nahh ... iya, Bu. Nanti aku pulang sendiri aja. Sekarang, Ibu pulang dulu, aku masih mau main sama Tanti,” tolak Ernita sambil tersenyum.

“Ya udah kalau gitu, Ibu tinggal dulu, ya, assalamualaikum.”

“Iya, Bu, wa'alaikumussalam.”

Setelah itu, Nia pun bergegas pulang. Terlihat Tanti dan juga Ernita masih tetap bermain bersama mereka menjadi sangat akrab dalam waktu yang lumayan singkat

“Tanti, aku di rumah nggak Ada temennya. Besok, kalau aku mau main ke sini lagi, boleh nggak?” tanya Ernita yang masih sibuk dengan mainannya.

“Wahh ... ide yang bagus. Boleh banget, dong, Nit. Kebetulan aku nggak ada temennya setiap hari.”

“Lah, sama, aku juga nggak ada temennya setiap hari. Ya udah, besok pulang sekolah aku ke rumah kamu, ya.”

“Siap! Eh, tunggu! Kenapa nggak sekalian aja, kita berangkat sekolah bareng? 'Kan, rumah kita dekat. Kita juga satu arah, 'kan, ke sekolahnya?” usul Tanti.

“Oh, iya juga, ya? Ya udah, besok kita berangkat sekolah bersama, ya.”

“Iya. Besok aku ke rumah kamu, aku susul, ya. Tapi, kalau misal udah agak siang aku belum ke rumah kamu, kamu yang ke rumahku, ya. Setelah itu, berangkat bareng.”

“Iya, boleh, deh.”

Sejak saat itu, mereka sering bermain bersama setiap harinya. Mereka juga berangkat sekolah bersama. Lama-kelamaan, mereka menjadi sahabat.

╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Bagus nggak? Kalau qbagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa.... Karena itu gratis.
See you next part😍...

Salam,
Eryun Nita


My Best Friends [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang