10 | Kebenaran yang Terungkap

113 15 15
                                    

Jangan lupa vote and comment yaa...

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



≪━─━─━─━─====== • ✠ • ======─━─━─━─━≫

~Sedalam apa pun bangkai dipendam, lambat laun pasti baunya akan tercium juga.~
~Sedalam apa pun keburukan dan juga kebohongan disembunyikan, suatu saat pasti akan terbongkar juga. Karena sejatinya, tidak ada kebohongan yang abadi.~

***

Suatu hari, adalah waktunya pelajaran Matematika. Ernita terkenal paling pandai di kelasnya. Saat itu, soalnya yang diberikan oleh Pak Radi sangat banyak. Sehingga, Ernita tidak bisa menyelesaikannya dengan cepat. Tiba-tiba, Tari berucap, “Nit, gue nyontek, dong!”

Enak aja nyonyek-nyontek. Gua aja ngerjain ini susah banget lagi, batin Ernita.

“Sorry, ya, gua belum selesai,” ucap Ernita. Meskipun ia tahu ia sangat dikucilkan, tapi, terkadang ia sadar, bahwa ada kalanya ia harus menolak dan tak selamanya harus menuruti apa yang dimau geng Yuri.

Huh dasar! Awas aja lo, gue aduin sama temen-temen, batin Tari.

“San, tuh, si Nita. Gue gak boleh nyontek. Pelit banget, sih! Mentang-mentang dia pintar aja, gak mau nyontekin kita. Itu tuh, yang bikin gue sama anak-anak gak suka sama dia. Gak pernah mau temenan sama dia karena dia pelit banget.” Tari memutar balikkan fakta.

“Bentar, gua yang coba ngomong ke dia,” ucap Hasan.

“Woi, Nit!”

Ernita menoleh.

“Kenapa?

“Lu tuh jadi anak pelit amat, sih! Gak mau nyontekin. Wajar aja, kalau anak-anak gak mau temenan sama lu. Itu salah lu sendiri. Lunya aja yang pelitnya minta ampun. Dasar lu!”

“Iya tuh, si Nita, sahut Tari.”

Setelah itu, Tari dan Hasan memalingkan wajah dan terlihat seperti kesal.

Ya Allah, salah apa lagi aku? Apa cuma karena aku nggak nyontekin mereka—mereka sampai nggak mau temenan. Tapi nggak mungkin! Aku tadi bilangnya belum selesai. Tapi, kenapa Hasan bilangnya nggak boleh nyontek? Ini pasti ulahnya Tari. Dia memutarbalikkkan fakta gitu. Berarti intinya, mereka gak mau temenan sama aku bukan hanya karena masalah pakaian saat hari pahlawan itu. Tapi, mereka juga iri karena aku pintar. Mereka nggak bisa menggeser posisiku di ranking satu sejak kelas satu SD. Pada dasarnya, mereka iri. Ya! aku tahu sekarang. Tapi, bagaimana caranya aku memberontak? Bagaimana caranya aku bangkit? Aku tidak berdaya, aku sendirian, aku tidak mempunyai teman. Tanti, di mana kamu? Aku pengen ketemu sama kamu. Aku pengen nyari kamu dan ketemu sama kamu untuk menceritakan masalahku di kelas ini, batin Ernita dengan wajah sedih.

Ia berusaha mencari keberadaan Tanti. Saat di rumah, ia pun bertanya pada ibunya.

“Bu, rumahnya Dokter Wanto itu di mana, sih?”

“Kenapa kamu nanyain rumah Dokter Wanto? Kamu mau periksa ke sana?”

“Ya enggak, Bu, bukan gitu. Aku cuman tanya aja. Soalnya, 'kan, Tanti tinggal di sana. Aku kangen sama Tanti. Udah satu tahun nggak ketemu dia sama sekali.”

“Ya bukannya kamu dulu udah pernah diajak ke rumah Dokter Wanto waktu masih belum sekolah? Masak lupa, sih?”

“Ya jelas lupa lah, Bu. Itu 'kan, udah beberapa tahun yang lalu. Aku cuma inget kalau rumahnya di dekat terminal. Bener nggak, sih?”

My Best Friends [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang