4 | Kebersamaan

210 16 22
                                    

Jangan lupa vote and comment yaa...

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



≪━─━─━─━─====== • ✠ • ======─━─━─━─━≫

"Tanti, nanti jadi 'kan, main ke rumah aku?" tanya Ernita sambil mengemasi buku-buku.

"Jadi dong," ucap Tanti sambil turut mengemasi buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas.

"Oke, nanti pulang sekolah aku tunggu, ya, di rumahku. Kita main masak-masakan, terus kita main boneka, kita mainin semua mainan yang aku punya," ucap Ernita bersemangat-karena memang ia bisa dibilang lebih kaya daripada Tanti. Sehingga, Ernita memiliki mainan yang sangat banyak sekali dan juga bagus-bagus.

"Kenapa-nggak sekalian aja, kamu pulang sekolah mampir ke rumah aku, Nit? Nanti kalau kamu mampir, aku bisa langsung sama kamu pergi ke rumah kamu. Kamu nunggu aku ganti dulu di rumah, sekalian makan," usul Tanti.

"Wahh ... ide yang bagus. Ya udah, oke."

***

Siangnya saat pulang sekolah, Ernita mampir ke rumah Tanti untuk menunggu Tanti ganti baju dan juga makan. Selesai ganti baju, Tanti pun bergegas untuk makan siang.

"Nit, aku makan siang dulu, ya. Kamu mau nunggu, 'kan?"

"Oh, pasti mau dong. Ya udah, kamu makan aja dulu, aku tunggu."

"Nita, ayo, kamu makan sekalian sama Tanti. Tanti kalau ada temennya makan, biasanya semangat. Ayo, cepetan ambil nasi. Tante ambilin aja, ya," ucap Siti.

"Nggak usah, Tante, nanti aku makan di rumah aja," tolak Ernita halus.

"Jangan gitu, Nit. Udah, ayo makan, aku ambilin nasi, ya," sahut Tanti.

Tanpa menunggu, Tanti segera mengambilkan Ernita sepiring nasi dan juga lauk pauk.

"Ya udah, Nit, ayo, kita makan bareng!" ajak Tanti dengan semangat.

Karena sudah terlanjur diambilkan oleh Tanti, Ernita pun tak punya alasan untuk menolak. Sehingga, ia memutuskan untuk menerima sepiring nasi dari Tanti beserta lauknya.

Hmm makanannya tidak terlalu jauh berbeda dengan yang di rumah. Tapi, ini .... Ernita menggantungkan kata-katanya.

"Kenapa diam, Nit? Ayo makan, nanti nasinya keburu dingin, loh."

"Eh, iya-iya."

Kenapa Nita tidak kunjung makan, ya? Apa karena ... lauknya? Oh iya, aku lupa. Dia 'kan, berbeda dengan keluargaku. Mungkin, dia terbiasa makan enak, batin Tanti.

"Nit, maaf ya, kalau makanannya seadanya. Ya kamu tahu sendiri, 'kan, gimana kondisi aku? Keluargaku memang bukan keluarga berada. Makan pun seadanya. Maaf, ya, nggak bisa ngasih kamu makan yang enak," ucap Tanti merendah.

"Eh, nggak papa, kok. Ini udah lebih dari cukup. Aku sendiri di rumah juga makan ini. Aku juga bukan orang kaya. Enggak masalah kok, yang penting bisa bikin kenyang, sudah alhamdulillah. Seperti apa pun, rezeki harus disyukuri. Udah, ayo kita makan," jawab Ernita berusaha membuat Tanti agar tidak merendah.

"Iya, ayo."

Begitulah persahabatan Tanti dan juga Ernita. Meskipun kasta mereka tidaklah sama, tapi, Ernita tidak pernah mempermasalahkan kasta dalam persahabatan. Karena baginya, untuk apa memiliki teman yang kaya jika hanya munafik. Lebih baik mempunyai teman yang apa adanya. Ernita pun juga mulai membiasakan dirinya beradaptasi dengan Tanti dan juga dengan keadaan Tanti. Sehingga, ia memaklumi keadaan Tanti.

Selesai makan, mereka berdua duduk sejenak.

"Eh, Tanti, kamu bawa baju ganti aja sekalian. Nanti sore kamu mandi di rumah aku. Biar nanti kalau pulang ke rumah, kamu udah gak usah mandi lagi," usul Ernita.

"Emangnya ... aku boleh mandi di rumah kamu?" tanya Tanti dengan polosnya.

"Tentu boleh, dong. Katanya teman, pasti boleh," jawab Ernita sambil tersenyum.

"Oh, ya udah, aku ambil ganti baju dulu, ya."

"Iya."

Beberapa menit kemudian, Tanti keluar kamar dengan satu stel pakaian, lengkap dengan pakaian dalam.

"Udah, 'kan?" tanya Ernita.

"Iya, udah. Ayo, ke rumah kamu!" ajak Tanti.

"Iya, ayo."

Mereka berdua pun bergegas menuju rumah Ernita yang jaraknya dari rumah Tanti hanya sekitar seratus meter.

Sesampainya di rumah Ernita, Tanti menaruh pakaiannya di kamar Ernita. Setelah itu, mereka bermain bersama dengan mainan Ernita yang serba mahal hingga sore hari.

***

"Nit, udah sore, nih. Aku harus pulang, nanti ibu nyariin aku."

"Loh, 'kan, kita belum mandi."

"Ya maksudnya, ayo kita mandi dulu. Habis itu aku pulang."

"Eh, tunggu! Ini 'kan, udah sore. Pasti kamu juga udah lapar lagi. Ayo, kita makan dulu," ajak Ernita.

"Nggak usah, aku masih kenyang kok. Tadi aku udah makan banyak di rumah," tolak Tanti pelan.

"Tan, nggak boleh gitu. Aku tadi udah makan di rumah kamu. Jadi, sekarang kamu juga harus makan di rumah aku. Udah, ayo, kita makan. Kita makan seadanya, nggak boleh nolak. Kalau kamu nolak, aku nggak akan mau lagi makan di rumah kamu," ancam Ernita sambil bercanda.

"Hmm ya udah deh, apa boleh buat. Ya udah, ayo makan. Tapi, beresin dulu mainannya."

"Iya, ayo."

Kemudian, mereka berdua membereskan mainan yang mereka gunakan untuk bermain. Setelah itu, mereka bergegas untuk makan sore.

Ternyata keluarga Ernita sangat sederhana, ya. Meskipun mereka lebih kaya daripada keluargaku, tapi, makanan mereka pun tak jauh berbeda denganku. Mereka sangat sederhana dan rendah hati sekali. Nita pun juga tidak pernah mempersalahkan kasta dalam persahabatan. Dia tidak malu berteman denganku yang keadaannya jauh berbeda dengan dia, batin Tanti.

"Tanti, maaf ya, ini hanya ada tumis kacang panjang sama tahu goreng dan tempe goreng aja sama kerupuk. Nggak papa, 'kan?" tanya Ernita sambil memandang lauk yang ada di meja makan.

"Eh, nggak papa kok, Nita. Ini udah enak banget, lebih enak dari makanan aku malahan."

"Nggak juga kok, sama aja. Yang penting bisa bikin kenyang, udah alhamdulillah. Ya udah, ayo makan," ajak Ernita.

"Iya, ayo."

╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Bagus nggak? Kalau bagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa ... karena itu gratis.
See you next part😍 ....

Salam,
Eryun Nita

My Best Friends [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang