8 | Kehilangan (2)

123 17 22
                                    

Jangan lupa vote and comment yaa...

╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
~ HAPPY READING ~
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝



≪━─━─━─━─====== • ✠ • ======─━─━─━─━≫

~Semua yang bernyawa pasti akan mati.~
~Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya. Karena jika ada pertemuan, pasti ada perpisahan.~

***

Tanti baru saja bangkit dari keterpurukannya. Karena selepas ditinggal ibunya, bapaknya terus sakit-sakitan. Ia sedikit lega karena bapaknya bisa sembuh. Tapi ternyata, kelegaannya itu hanya akan bertahan sementara waktu. Suatu hari, kabar mengejutkan datang dari keluarga Tanti.

Pagi itu, desa Sumbertempur kembali dikagetkan dengan kabar yang tak terduga. Bapak Tanti telah menghembuskan napas terakhirnya. Ia meninggal di rumah sakit—sama seperti almarhumah istrinya dulu.

Tanti benar-benar sangat terpukul akan hal ini. Ia telah kehilangan kedua orang tua yang sangat ia cintai. Kakaknya pun turut pulang karena mendengar kabar ini. Karena setelah ibunya meninggal dulu, ia pulang hanya sebentar, lalu berangkat untuk merantau lagi.

Ernita sangat tidak tidak percaya dengar kabar ini. Bagaimana mungkin kedua orang tua Tanti telah pergi meninggalkan Tanti. Kini, Tanti hidupnya sebatang kara bersama kakaknya. Sedangkan sekarang, kakaknya telah merantau ke luar kota yang sangat jauh dari daerahnya.

Seusai takziah, Ernita tak berani ke rumah Tanti. Ia memilih untuk tetap di rumah untuk membiarkan Tanti menyendiri sementara waktu untuk merenungkan nasibnya.

Tanti benar-benar sangat depresi rasanya. Ia telah kehilangan bapaknya. Mungkin, ia terkadang memberlakukan bapaknya kurang baik—karena memang ia masih kecil, masih labil, dan bapaknya selalu menyuruhnya untuk mengambilkan apa pun—karena memang kondisi bapaknya tidak memungkinkan untuk melakukan semuanya sendirian.

Kini, tinggallah Tanti sendirian di rumah. Untuk acara tahlil, Mak As beserta saudara Tanti yang lainnya datang ke rumah untuk memasak beserta menyiapkan segalanya.

Tanti menjadi jarang masuk sekolah. Seusai tujuh hari setelah bapaknya meninggal, Tanti masuk sekolah dan bertemu dengan Ernita. Kemudian mereka ngobrol banyak sekali

“Nit, maaf, ya, mungkin ... setelah ini ... aku jarang banget di rumah. Aku ikut Mak As dan tinggal di rumah Dokter Wanto. Bahkan, Dokter Wanto merencanakan agar aku pindah sekolah. Tapi, aku tidak tahu kabarnya benar tidaknya.”

“Apa?! Pindah sekolah?! Tapi, Tan, tidak! Jangan! Kamu nggak boleh pindah sekolah! Kalau kamu pindah, nanti di sini aku sendirian. Aku nggak ada temennya,” larang Ernita dengan raut sedih.

“Nit, kamu tenang aja. Temen 'kan, banyak. Ada Fifi juga yang pernah gabung sama kita. Ya ... kalau kamu masih mau sama dia, sih—habis kejadian itu. Atau ... sama yang lain, seperti Yuri, Vasa, Tari, Riris, Afifah, dan teman-teman lainnya.”

“Tapi, Tan, kalau kamu pergi, aku bukan hanya kehilangan sosok teman, melainkan sahabat. Kamu aku anggap sahabat, bukan hanya sekedar teman. Karena teman hanya akan datang pada kita saat mereka membutuhkan kita. Tapi sahabat, akan selalu tentang kepada kita saat kita membutuhkan mereka ... dan kamu adalah sahabat. Ketahuilah, aku nggak akan bisa menjalani hari-hari di sekolah tanpa kamu.”

“Kamu pasti bisa. Tapi, ini masih kabar-kabar saja, belum tentu pasti tidaknya. Udah, ya, Nit, jangan dipikirin lagi.”

“Ya udah.”

Sejak hari itu, Tanti jarang masuk sekolah. Kadang seminggu dua kali, kadang seminggu tiga kali. Itu pun ia berangkat tidak pernah dari rumahnya. Ia berangkat dari rumah Dokter Wanto. Beberapa potong baju dan seragam ia bawa ke rumah Dokter Wanto. Karena tidak memungkinkan jika ia akan hidup sendirian di rumahnya.

***

Suatu hari, Tanti tidak masuk sekolah. Ernita hanya sendirian saja, tidak mempunyai teman. Tiba-tiba, terlihat ada dua orang tengah memasuki halaman sekolah. Seorang anak perempuan bersama dengan seorang wanita paruh baya.

Saat itu, jam istirahat, dan kebetulan Ernita sedang duduk-duduk di koridor kelas.

Loh, itu ... bukannya Tanti sama Mak As, ya? Kenapa mereka datang ke sini? Kenapa Tanti tadi tidak masuk, dan sekarang baru datang? Jika telat, kenapa tidak memakai seragam? Ernita kebingungan. Setelah itu, ia pergi menghampiri Tanti.

“Tanti!” teriak Ernita sambil menghampiri Tanti. Mereka pun berpelukan. Sesaat kemudian, Tanti melepaskan pelukan tersebut.

“Tanti, kamu ke mana saja selama ini?”

“‘Kan, aku beberapa minggu yang lalu udah pernah bilang ke kamu, kalau aku akan jarang masuk sekolah.”

“Oh ... iya. Lalu, kenapa kamu baru datang jam segini? Terus, nggak pakai seragam, dan kamu datang sama Mak As. Sekarang, Mak As ke mana?”

“Mak As ke kantor untuk minta izin memulangkan aku.”

“Loh, maksud kamu ... kamu pulang gimana?”

“Maafin aku, Nit. Aku jadi pindah, aku dipindahkan ke Wonosari. Nanti, semua biaya sekolahku dan biaya hidup aku ditanggung sama Dokter Wanto. Kata Mak As, ternyata, dulu sewaktu di rumah sakit sebelum ibu meninggal, ibu sempat berpesan bahwa ingin menitipkan aku pada Dokter Wanto ... dan Dokter Wanto pun tidak keberatan. ”

“Apa?! Enggak-enggak, ini nggak mungkin, 'kan?! Kamu pasti bohong, 'kan? Kamu bercanda, 'kan? Kamu nggak boleh pindah, Tan!”

“Nita, aku nggak bohong. Ini udah jadi keputusan. Aku harus pindah. Kalau nggak pindah, aku mau tinggal sama siapa di sini? Kalau aku setiap hari harus antar jemput ke sini, ya nggak mungkin juga. Karena Dokter Wanto juga bertugas. Dia nggak punya sopir pribadi, karena memang tidak mau. Anaknya pun yang satu sudah menikah. Yang satunya sekarang sudah SMA. Aku nggak mungkin tega kalau terlalu mempersulit mereka. Dokter Wanto sudah mau membiayai hidupku saja, aku sudah sangat bersyukur. Makanya, aku tidak mau menyusahkan dia.”

“Kalau gitu, ya nggak papa, Dokter Wanto membiayai sekolah kamu. Tapi, di sini kamu di rumahku nginepnya, ya? Makan di rumahku, semua di rumahku. Dokter Wanto tetap membiayai kamu, tapi kamu tinggal di sini. Bagaimana?” Ernita terus berusaha membujuk Tanti supaya Tanti mau. Karena Ernita tidak kuat jika harus kehilangan sahabat satu-satunya.

╔═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╗
• • B E R S A M B U N G • •
╚═════ ▓▓ ࿇ ▓▓ ═════╝

Sampai di sini dulu yaa...
Gimana ceritanya? Bagus nggak? Kalau bagus, jangan lupa untuk vote, comment, and share yaa ... karena itu gratis.
See you next part😍 ....

Salam,
Eryun Nita

My Best Friends [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang