1. Beginning of Disaster

78K 4.2K 877
                                    

*

*

*

Jeno membulatkan mata saat sebelah tangannya tanpa sengaja menyenggol dan menghancurkan maket yang telah susah payah dibangunnya selama dua minggu. Ia menghentakkan pundaknya, membalikkan tubuh pada seorang pria paruh baya yang telah membuatnya terkejut dengan dobrakan pintu.

"Appa! Lihat, kau merusak maketku!" Jeno memandang ayahnya dengan kesal. Ia kini menyalahkan ayahnya yang secara tak langsung telah merusak maketnya. Karena gara-gara ayahnya lah tangannya tak sengaja reflek tergeser menabrak salah satu massa bangunan saat ia sedang mengerjakan maket itu.

"Lee Jeno!"

Jeno membungkam bibirnya mengerucut, sedikit merasa takut ketika sang ayah menyentaknya dengan suara keras.

"Berapa kali pembantu harus naik turun ke kamarmu hanya untuk menyuruhmu datang kebawah?! Semua orang menunda makan malam untuk menunggumu tapi kau malah membuang waktu disini."

Jeno mendengus. Benar memang apa yang dikatakan ayahnya. Beberapa saat yang lalu pembantu di rumahnya terus-menerus datang ke kamarnya dan menyuruhnya turun ke bawah untuk ikut makan malam. Tapi ia hanya mengiyakan ucapan pembantunya tanpa ada niat sedikitpun meninggalkan maket yang mungkin akan selesai dalam beberapa jam lagi.

Dan sayangnya maket itu telah roboh sekarang.

Menyakitkan.

"Appa! Aku tidak membuang waktu. Aku sibuk-"

"Aku bahkan sampai repot-repot kemari memanggilmu langsung tapi kau sekarang membantahku?! Tinggalkan pekerjaanmu.* Dan ayahnya pun pergi sesudah itu.

Helaan napas Jeno keluar panjang bersamaan dengan wajah lelahnya. Lirikan penuh kesedihan kemudian tertuju pada maket kesayangannya yang sekarat. Dan dengan berat hati langkahnya terkulai gontai meninggalkan maketnya, keluar kamar untuk mengikuti makan malam keluarga di ruang makan.

"Selamat malam, Jen," kakak iparnya, Taeyong, menyapanya dengan halus seperti biasa. Dan Jeno hanya membalas dengan cengiran paksa saja. Bukan berarti ia membenci kakak iparnya. Ia hanya malas karena suasana hatinya sedang hancur seperti maketnya.

Jeno duduk dihadapan kakak laki-lakinya, meraih sendok untuk bersiap memakan hidangan yang sudah disiapkan untuknya. Tapi saat ia baru saja akan memasukan makanan itu kemulutnya, tiba-tiba sang ayah memukul tangannya sampai makanan yang tertampung dalam sendok itu terlempar berhamburan.

"Appa!"

"Karenamu, kami semua belum ada yang makan tapi kau langsung seenaknya makan terlebih dahulu tanpa merasa bersalah seperti itu! Dimana rasa sopanmu?!"

Jeno meletakkan kembali sendoknya dan berdecak malas, menyandarkan punggung di kursi dengan tatapan lurus tanpa mau melihat ke ayahnya.

Sementara sang ibu menggeleng pelan. "Kau ini kenapa? Biarkanlah anakmu makan." Ujarnya pada suaminya. Kemudian ia menoleh pada anak bungsunga. "Jangan hiraukan ayahmu. Makan saja. Makan yang banyak," hiburnya.

Jeno memasang wajah cemberut, semakin bersikap manja saat sang ibu menghibur dirinya. Ia menurut, kembali menyendokkan makanan masih dengan raut tertekuk.

The Sweetest Disaster (Nomin Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang