Efek galau ini sangat berbahaya, aku jadi asal menaruh rasa suka kepadanya.
~Inaya Araby Elara
Kulirik Melvin kesal sedari rapat di mulai sampai rapat berakhir tak ada lelahnya ia memperhatikanku. Dan tak bisa ku pungkiri aku risih di perlakukan seperti itu.Namun sebisa mungkin aku menyembunyikan ketidak nyamananku dengan menyibukan diri dan berpura-pura tak menyadari apapun. Bukan hanya Melvin, aku pun juga di beri tugas untuk mengisi setumpukan kertas dengan nama para anggota osis lainnya.
Syukurnya aku bisa menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat, setelah menaruh setumpukan kertas ke dalam lemari, dengan cepat aku bergegas untuk merapikan alat-alat tulisku lalu pulang.
Aku senang bisa pulang lebih dulu dari Melvin, karena sedari tadi aku merasa tak leluasa melakukan pekerjaanku karenanya.
Di tambah lagi saat ini hanya ada aku dan Melvin di dalam ruang osis, padahal kalau mau Melvin bisa saja mendahuluiku untuk pulang lebih dulu tetapi Melvin malah memilih tuk memperhatikanku sejak tadi.
Kembali kuhembuskan nafas tuk kesekian kalinya, sembari menyandang tas di punggung dan mulai bangkit dari duduk.
"Tugas gue udah beres, gue pamit pulang di luan ya."
Kulangkahkan kakiku, tanpa mendengarkan jawaban dari Melvin terebih dahulu. Bukannya apa, hanya saja aku takut ia menahanku di sini dan berakhir menanyaiku.
Nyatanya tak bisa semudah itu untuk melarikan diri dari seorang Melvin, lihat lah sekarang baru saja aku hendak melangkahkan kaki namun lenganku telah di tahan olehnya.
Dengan berat hati ku balikkan badan dan menatap Melvin dengan satu alis yang terangkat ke atas.
"Tungguin gue nyelesain proposal," ujar Melvin tak lagi menatapku melainkan fokus kepada komputer di hadapannya.
"Lain kali aja ya gue nungguin lo, soalnya hari ini tuh gue ngantuk banget Vin. Sorry," ucapku mengambil alih-alih untuk kembali melangkahkan kaki.
Namun niatku itu harus tertahan saat mendengar ucapaan Melvin yang membuatku bak di tampar oleh setiap kata yang di kataknya.
"Harusnya lo bersyukur jadi wakil dari ketos kaya gue. Mungkin kalau ketos lain bisa aja dia nyuruh wakilnya buat ngerjain ini itu, tapi gue gak gitu Ra, masa lo nungguin gue aja gak mau!"
Tanpa membalas perkataan Melvin langsung kududuki bangku yang terdapat di sebelahnya dan kemudian menunggu sang ketua osisku ini menyelesaikan proposalnya.
Beberapa menit berlalu dengan Melvin yang sama sekali tak bergeming dan sibuk dengan komputer di hadapannya, sementara aku hanya diam menatap lurus kedepan tanpa ekspresi.
"Lo kenapa sih Vin?" Ujar pada akhirnya bersuara, setalah sedari tadi tersimpan rasa kesal karena sikap Melvin.
Melvin menoleh ke arah ku sejenak, lalu kembali menatap komputernya. "Gue kenapa gimana?"
"Kenapa lo gak ngerjain proposalnya dari tadi sih? gue bosen pengen cepet-cepet balik tau gak!" tandasku.
"Gue udah ngerjain ini dari tadi Ara, lagian ini juga tinggal dikit lagi kelar. Lo sabaran dikit napa." sahut Melvin.
Aku mencoba sabar menghadapi Melvin. Rasa kantuk, lapar, kesal, semuanya menjadi satu di jam segini.
"Tawaran gue tadi masih berlaku," ucap Melvin tiba-tiba dan tentu membuatku bertanya-tanya.
"Tawaran?" beoku tak paham apa yang di maksud Melvin.
"Lo boleh cerita tentang apapun ke gue, ya siapa tau gue bisa ngasih saran," sambung Melvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontra Kita || END
Teen FictionKukira jatuh cinta itu indah dan mudah, namun kenyataanya salah. Aku malah terjebak dalam hubungan percintaan kusendiri, telah mencoba mencari kesana-kemari tuk mendapati laki-laki yang tepat tuk mengisi ke kosongan hati. Beberapa pria telah kutemui...