Aku emang suka gak jelas, tapi kalau suka kamu sudah pasti jelas.
~Byla Galatea Camilia
"Kalian ngapain? " Tanya Haris.Aku sontak menjauh dari Atala dan mencoba menetralkan rasa malu yang entah kenapa menimpa ku.
"M-makasih Atala udah nolongin gue, gue ke toilet dulu ya. " Ujar ku langsung pergi sebelum mendengarakan jawaban dari Haris dan Atala telebih dahulu.
Sesampainya di toilet aku segera membasuh wajah dan melihat pantulan diri ku di cermin.
"Andai aja tadi Atala gak nolongin gue, pasti sekarang kepala gue udah bengkak. " Monolog ku sembari mengingat-ngingat kalau tadi ada yang jahil membuang asal botol dari atas, dan botol itu juga masih berisi setengah.
"Agrr Atala tu gak salah, yang salah itu gue. Ngapain gue pake ngeliat-liat wajahnya sampe kepergok sama Haris. " Lagi-lagi aku bermonolog sembari menutup wajah ku dengan kedua telapak tanggan.
Aku keluar dari toilet, lalu berjalan menuju kelas untuk menggambil tas dan pulang.
Aku tak bisa berlama-lama di sini setelah menatapi wajah Atala, dan kepergok oleh Haris.
Pasti Haris berpikir macam-macam, aku benci situasi canggung yang akan terjadi saat kami bertemu nanti, semoga saja aku tak bertemu dengan mereka berdua atau salah satu dari mereka.
Baru saja aku melangkahkan kaki tuk keluar dari kelas ini, namun aku dengan cepat di pertemukan oleh Haris.
Tak sampai di situ Haris juga menghadang ku dengan cara berdiri tepat di hadapan ku.
"Haris minggir gue mau pulang, " Ucap ku pada akhirnya dan tentu saja tanpa menatap wajah Haris.
Haris memegang dagu ku, dan membuat ku menatap kedua matanya.
"Lo kenapa Ra, kok jadi aneh gini sih? pipi lo juga merah tadi, jangan-jangan lo suka ya sama Atala?! " Tebak Haris sembari tersenyum sumringan.
"Enggak gue gak suka sama siapa-siapa, gue cuma kaget aja tadi. " Jawab ku.
"Halah Ra, bilang aja kali gausah ngeles gitu. Lo mau gue bantu deket sama Atala gak? " Ucap Haris yang entah mengapa tiba-tiba saja menawarkan sebuah tawaran yang bodoh.
"Ck apaan sih Haris, kan gue udah bilang gue gak suka sama Atala. Udah ah gue mau balik, "
"Yaudah kalau masih malu, tapi kalau besok lo berubah pikiran lo tinggal bilang ke gue, oke? " Ujar Haris sembari tersenyum menggoda ku.
"Terserah. " Balas ku acuh lalu pergi meninggalkan Haris yang terasa menjengkelkan.
Sementara di kelas, Haris yang semula tersenyum manis di hadapan Ara menjadi murung.
Hati dan lisanya tak sejalan, hatinya sakit namun lisannya terus berdusta bahwa ia baik-baik saja.
Bahakan ia mendukung Ara bersama yang lain walau awalnya Haris ingin Ara menjadi miliknya, mungkin memang begini lah baiknya mencintai dalam diam dan membiarkan orang yang kita cinta mendambakan orang lain.
¤ • ¤ • ¤
"Is masih ga paham susah aish soalnyaa. " Adu Byla sembari menenggelamkan wajahnya di antara lipatan tanggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontra Kita || END
Teen FictionKukira jatuh cinta itu indah dan mudah, namun kenyataanya salah. Aku malah terjebak dalam hubungan percintaan kusendiri, telah mencoba mencari kesana-kemari tuk mendapati laki-laki yang tepat tuk mengisi ke kosongan hati. Beberapa pria telah kutemui...