Part 36

7 8 0
                                    


Sebenarnya bukan baik-baik aja, tapi berusaha baik-baik aja.
~Haris Clark Lauren


Karna ucapaan ku yang nyeleneh kemarin, sekarang aku jadi merasa gugup untuk memasuki kelas dan berbalas pandangan dengan Haris.

"Masalah yang kepergok aja belum kelar, lah sekrang pake keceplosan lagi. Ara-Ara ada masalah hidup apa sih gue ini! "
Walau terasa berat dan amat sangat ragu, aku tetap memijakkan kaki ku di lantai dalam kelas. Dan berupaya untuk tampak biasa-biasa saja.

Namun sialnya kehadiran Haris yang sudah mengisi bangku tempat biasa ia duduk ki yang di sebelahnya terdapat bangku yang selalu ku tepati membuat pertahanan ku hampir goyah.

Aku dengan santai berjalan melewati Haris begitu saja, lalu menduduki bangku yang terletak di deretan belakang walau sebenarnya aku tak suka duduk di sini, tapi demi menjauh dan menghindari kontak mata dengan Haris aku harus melakukan ini.

Tak luput dari penglihataan ku Haris tampak bingung dengan keanehan ku hari ini, aku mencoba tak perduli dan memilih tuk menengelamkan wajah ku di kedua lipatan tanggan di atas meja.

Mata ku memang tak bisa melihat apa yang sedang terjadi pada Haris saat ini, namun telinga ku bisa mendengarkan gerasak-gerusuk yang di ciptakan Haris di tempatnya.

Dan setelahnya aku dapat mendengar suara langkah kaki Haris yang mendekat ke tempat ku saat ini, aku tetap berlagak tak perduli dan mencoba untuk tak terusik sama sekali dengan langkah kaki Haris.

"Ra lo marah ya sama gue karna ucapaan gue yang kemarin? maaf ya Ra. " Ucap Haris yang kini sudah berdiri di dekat ku.

Aku langsung menegakkan kepala ku dan menatap wajah Haris yang menunjukkan mimik merasa bersalah.

"Enggak kok lo gak salah dan gue juga gak lagi marah. Maaf ya kemarin gue ngebentak lo, dan tentang apa yang gue ucapin kemarin juga lupain aja gue emang suka gak jelas gitu omongannya. " Jelas ku memberanikan diri menatap wajah Haris.

"Iya Ra. " Jawab Haris singkat lalu kembali ke tempatnya.

Dalam dia Haris menyimpan rasa sakit, kata yang tak sengaja di ucapkan oleh Ara kemarin sepenuhnya adalah refleks belaka.

Dan Haris tau sesuatu tentang itu, sesuatu yang tercuap begitu saja tanpa kita sadari adalah jawaban yang sebenar-benarnya.

Haris hanya mampu mendoakan agar Aranya bisa cepat bahagia dengan lelaki yang ia pilih.

Lama-kelamaan kelas terisi penuh dan kedatangan Bu Laura membuat kami duduk rapi di tempat masing-masing, lalu mulai belajar seperti biasanya.

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, seperti saat ini kami semua sudah di perbolehkan untuk pulang oleh Bu Laura.

Saat hendak melangkahkan kaki tuk keluar kelas, Haris menahan pergerkan ku sontak aku langsung melihat wajahnya sembari menaikkan satu alis mata, bertanya.

"Mau jalan bareng bentar gak Ra? " Tanya Haris

~ ~

Awalnya aku ingin menolak ajakan Haris, namun melihat ia yang sangat berharap membuat ku mau tak mau menerima ajakan Haris.

Kontra Kita || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang